JELAJAH EKONOMI PARIWISATA - MATARAM. Tak hanya kaya akan destinasi wisata budaya dan alam, Lombok juga terkenal dengan daya tarik Mutiara nan mendunia. Kerang air laut maupun air tawar Lombok mampu menghasilkan mutiara berukuran besar dan berkilau.
Apalagi dipadukan dengan emas, perak, dan rodium mampu mendongkrak harga perhiasan ini hingga menembus puluhan juta. Bila Anda berminat mengoleksi dan menggunakan mutiara Lombok dapat berkunjung ke sentra Mutiara Lombok di Jalan Darul Hikmah, Pagutan, Mataram Lombok.
Di sentra ini terdapat beberapa toko penjual olahan Mutiara. Dibutuhkan waktu dengan jarak tempuh sekitar 30 menit dari Bandara Internasional Lombok.
Tim Jelajah Ekonomi Pariwisata KONTAN 2019 menyambangi Yeni Mutiara Lombok yang buka sejak pukul 09.00 WITA hingga 20.00 WITA. Toko ini memajang mutiara berwarna hitam, gold, dan putih berjenis mutiara air tawar dan air laut.
Baca Juga: Ayo menginap di Santika Sekaligus Pulihkan Wisata Lombok
Nurdin pemilik toko sekaligus pengrajin Mutiara Lombok menyatakan memasok Mutiara dari Bima dan Pantai Pink Seui Nusa Tenggara Barat. Setiap bulan ia membeli tiga hingga empat paket Mutiara. Setiap paket biasanya berisikan 3 kilogram (kg) hingga 4 kg Mutiara Bima.
“Namun tidak ada jaminan setiap paket berisikan mutiara yang berkualitas bagi semua. Bila beruntung bisa semuanya bagus. Lalu semua mutiara itu saya bersihkan dan gosok. Butuh waktu 15 menit untuk menggosok per mutiara. Dibutuhkan keterampilan khusus saat menggosok agar tekstur mutiara tidak rusak,” ujar Nurdin kepada Tim Jelajah Ekonomi KONTAN 2019.
Nurdin membanderol harga mutiara mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 350.000 per gram. Rentang harga ini tergantung kualitas mutiara yang ditawarkan. Namun, Nurdin tidak hanya menawarkan mutiara murni. Juga ada beberapa produk mutiara yang sudah diolah seperti gelang, kalung, liontin, bros, hingga gantungan kunci.
Harga produk yang paling mahal mencapai Rp 38 juta untuk kalung yang terbuat dari mutiara Lombok. Sedangkan produk yang paling diminati oleh pembeli adalah mutiara yang dikombinasikan antara mutiara hitam dan gold.
Agar menarik pelanggan, Nurdin tidak melabeli setiap produk mutiara yang dijual di tokonya. Tujuannya agar pelanggan bisa melakukan tawar menawar.
Baca Juga: Melihat gemerlap pasar perhiasan mutiara Lombok
“Harga suka-suka ini sebagai strategi menghadapi persaingan yang ada. Di toko lain setiap produk pakai label dan tidak bisa nawar. Di sini tak ada label dan bisa tawar menawar. Kita yang penting untung, kami berani seperti ini karena mutiara langsung masok dari lokasi,” jelas Nurdin.
Nurdin mempekerjakan enam karyawan di tokonya. Sedangkan untuk menggosok mutiara dia telah mempekerjakan dua orang. Sedangkan untuk kombinasi mutiara dengan emas, perak, dan rodium, Nurdin menggunakan jasa pengrajin lagi.
Ia mengaku setiap harinya rata-rata pengunjung yang datang ke tokonya ada lima hingga 10 mobil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News