JAKARTA. Konsep dan desain sebuah kedai makanan atau bahkan restoran jadi salah satu hal penentu minat pengunjung untuk datang. Namun, kadang hal ini berbenturan dengan selera yang menjadi idealisme si pemilik atau owner bisnis tersebut.
"Oleh sebab itu, warna, kultur, selera dan hal lain yang berkaitan dari masyarakat (calon pengunjung) harus dikenali," ujar Alexander Warmin, Founder of GreenLab Group dalam kegiatan Ideafest 2015 di Jakarta.
Nah, sekarang masalahnya, bagaimana selera yang menjadi idealisme si pemilik yang dituangkan ke dalam desain restorannya itu juga bisa diterima oleh masyarakat. Nah, di sinilah peranan desain bermain.
Tapi, tetap harus mempertimbangkan niat si pemilik itu sendiri. Jika murni ingin bisnis, maka bisnis menjadi timbangan yang paling berat, lalu di tengah-tengahnya ada budget, idealisme pemilik diletakkan di paling bawah.
Kebalikannya, jika masih menitikberatkan pada idealisme, maka niatan bisnis diletakkan yang paling bawah, budget masih di tengah, dan idealisme paling atas.
"Dalam bisnis food & beverage, mau idealisme atau bisnis yang paling atas, sih, sebenarnya sah-sah saja," tandas Alex.
Tapi, yang paling baik adalah yang berimbang. Soal idealisme dan motif bisnis tidak ada yang paling dominan. Keduanya sebaiknya saling berimbang sehingga konsep atau desain restoran bisa tetap membuat minat pengunjung untuk datang tanpa mengurangi idealisme si pemilik.
"Jadi, sebenarnya yang selama ini jadi masalah adalah, dua hal itu, bukan budget. Kadang, dalam memulai bisnisnya, budget si pemilik sudah habis duluan karena dia salah menetapkan pilihannya, bisnis atau idealisme. Padahal, budget itu di tengah-tengah, bisa mengikuti," tutur Alex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
