Mata Cheriatna tiba-tiba tertuju pada iklan seminar bisnis online di sebuah koran nasional ternama yang sedang ia baca. Saat itu, tahun 2005, toko sembakonya baru saja gulung tikar.
Tapi, Cheriatna tak kapok berbisnis. Makanya, ia pun ikut seminar bisnis online yang digelar di daerah Grogol, Jakarta Barat itu. Alasannya, ia kepincut dengan salah satu pembicara dalam seminar itu yang masih muda, bujangan, namun sudah bisa berpergian ke luar negeri lantaran sukses dalam berbisnis online. Padahal, sang pembicara tidak punya karyawan dan produk, hanya bermodal laptop dan jaringan internet.
Singkat cerita, tahun 2006, Cheriatna terjun ke bisnis online. Modalnya ketika itu hanya komputer jinjing dan jaringan internet. Ia memakai media sosial blog untuk memasarkan jasa potong rumput dan pohonnya. Ilmunya dia dapat dari orangtuanya yang pedagang kembang dan pohon.
Lalu, Cheriatna juga menawarkan jasa renovasi rumah dan sumur bor. Untuk usaha yang dua ini, dia berkongsi dengan teman-temannya. Bisnis online Cheriatna makin berkembang sehingga dia mampu melebarkan sayap usahanya dengan membangun agen ibadah haji dan umroh online berbendera Cheria Travel.
Sukses di bisnis online mendorong Cheriatna ingin berbagi ilmu. Dia punya alasan sederhana: banyak orang terdidik dan melek internet yang perlu diasah jiwa enterpreneurnya.
Tahun 2010, ia mendirikan Komunitas Bisnis Dari Rumah (BDR). Jaringan komunitas ini terbangun lewat Facebook dan blog. Hingga kini anggotanya sudah mencapai 2.000 orang dan tersebar di seluruh Indonesia. “Anggota kami kebanyakan ibu-ibu rumah tangga dan pegawai yang berencana mau pensiun muda,” kata Cheriatna.
Menurut Cheriatna, Komunitas BDR merupakan wadah untuk berbagi pengalaman dalam menjalankan bisnis online, sekaligus pelatihan secara gratis. Pelatihan terbuka bagi mereka yang sudah punya maupun yang baru ingin memulai bisnis online.
Awalnya Cheriatna yang memberi training. Tapi, setelah anggota komunitas makin banyak, dia meminta mereka juga ikut berbagi ilmunya.
Dalam setiap pelatihan jumlah pesertanya dibatasi antara 10 orang hingga 20 orang agar penyampaian materinya lebih efektif. Sesi pelatihan sebanyak tiga atau empat kali yang bergulir sekali dalam tiap bulan.
Materi yang diajarkan antara lain tentang pengertian bisnis online, cara memasarkan produk, pengenalan produk, cara membuat blog, hingga trik agar produk selalu tampil di laman pertama mesin pencari di internet.
Nah, yang menarik, dalam sesi pelatihan, setiap peserta mendapat pekerjaan rumah (PR) untuk membuat artikel sebanyak 400 karakter yang bercerita tentang produk mereka. Tapi, dalam artikel itu harus diselipkan beberapa kata kunci produk mereka. Tujuannya, supaya lebih mudah terjaring oleh mesin pencari di internet semacam Google.
Lewat PR ini, Cheriatna juga bisa menilai keseriusan peserta pelatihan. “Apakah mereka benar-benar mau bisnis online atau sekadar mau tahu saja,’’ imbuh Cheriatna.
Hasil menjanjikan
Yang jelas, banyak peserta pelatihan yang telah merasakan berkah bisnis online. Grace Anata salah satu contohnya. Sebelumnya, Grace sudah memiliki bisnis online dengan menawarkan boneka tangan dan pakaian anak. Cuma, dia ingin menggali lebih dalam bisnis online setelah membaca artikel tentang Komunitas BDR di internet.
Lantas, dia bergabung di komunitas dengan tagline: Mari Melakukan Bisnis Dari Rumah, Belajarnya Gratis, Komunitasnya Asyik, Modalnya Nol, Hasilnya Dahsyat, Yang Sukses Sudah Banyak, pada 2010. Dan, Grace termasuk dalam kelompok pertama pelatihan bisnis online Komunitas BDR.
Grace juga aktif terlibat dalam Komunitas BDR Bandung. Kini, rata-rata setiap bulan dia bisa menikmati penghasilan sekitar Rp 30 juta dari bisnis boneka tangan dan pakaian anak. “Banyak manfaatnya mendalami bisnis online di komunitas ini,” ujar pengajar di sebuah lembaga pendidikan di Bandung yang mencetak guru taman kanak-kanak (TK) ini.
Pengalaman serupa juga didapatkan Asep Heryana, anggota Komunitas BDR Bandung yang juga aktif sebagai trainer. Sebelum bergabung dengan komunitas ini di 2010, dia sedang merintis bisnis bordir. Kemudian, ia diajak seorang teman untuk mengikuti pelatihan di Komunitas BDR. Asep tertarik ikut pelatihan itu karena dia memang ingin menjajakan usaha bordirnya via online.
Apalagi, Asep bercita-cita produknya tidak hanya beredar di Bandung. Sekarang, lewat bordirbandung.blogspot.com, produk Asep merambah ke beberapa daerah, seperti Surabaya, Samarinda, Palu, dan Papua. Bahkan, dia juga pernah menerima pesanan dari luar negeri. “Sekarang orang di Dubai juga kenal saya,” katanya.
Saking yakinnya dengan masa depan bisnis online-nya, Asep rela melepaskan pekerjaannya sebagai manajer di sebuah perusahaan konveksi di Batujajar, Bandung. Terang saja, rata-rata saban bulan Rp 10 juta mengalir ke kocek Asep dari bisnis bordir online.
Bukan cuma itu, Asep juga mendapat penghasilan dari bisnis obat herbal online sebesar Rp 5 juta per bulan. Malah, kini dia sedang menjajal bisnis rumah seken online dengan menjadi agen properti Harcourts cabang Bandung. “Baru dua bulan berjalan, di bulan pertama saya sudah dapat penghasilan Rp 8 juta,” ungkapnya.
Muri Handayani, anggota Komunitas BDR Jakarta sejak tahun 2010, bercerita, pelatihan yang ia ikuti mengantarkannya pada paradigma baru, bahwa menjalankan bisnis online lebih menguntungkan dibanding bisnis offline.
Dengan bergabung dengan komunitas ini, dia juga mendapat banyak koneksi dan semakin percaya diri dalam mengembangkan bisnis online-nya yang baru dirintis, yakni usaha jilbab ciput bermerek Razha. “Sampai sekarang, Razha sudah memiliki 150 agen pemasaran jilbab yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan Brunei Darussalam,” tutur Muri yang enggan mengungkap berapa penghasilannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News