KERUKUNAN antarwarga ternyata bisa tercipta berkat olahraga. Paling tidak, hal itu telah dibuktikan oleh sejumlah warga di Bumi Serpong Damai (BSD) City, Tangerang, Banten. Adalah senam tai chi yang mengakrabkan warga perumahan itu. Bahkan, untuk menambah kekompakan, mereka membentuk sebuah perkumpulan untuk mewadahi kegiatan ini. Namanya Komunitas Wisdom Tai Chi Serpong Damai. Memang, di beberapa daerah juga ada komunitas tai chi. Di Balikpapan dan di Jambi, misalnya. Nah, yang membedakan Komunitas Wisdom Serpong Damai dengan komunitas tai chi lain adalah sifat komunitasnya yang lebih cair. Gerakan yang mereka terapkan pun sederhana, sehingga bisa menjaring lebih banyak peminat. Menurut M. Taufik, Ketua Komunitas Wisdom Tai Chi Serpong Damai, komunitasnya tidak mengutamakan penambahan jurus sebagai tolok ukur kemajuan porsi latihan, sebagaimana yang dilakukan komunitas tai chi lainnya. Jadi, mereka tidak memakai ukuran “kurva intensitas” agar tidak rumit. “Yang penting rutinitas kumpul-kumpulnya,” kata dia. Terbukti, keberadaan komunitas ini mendapat sambutan baik dari warga di lingkungan perumahan. Padahal, Komunitas Wisdom Serpong Damai ini berdiri tanpa disengaja. Itu bermula pada 2004, ketika Taufik beserta sejumlah rekannya yang juga penggemar tai chi melakukan senam bersama di salah satu taman di Perumahan BSD City. Eh, ternyata, “Banyak warga berminat ikut senam tai chi,” kata Taufik. Awalnya, sebagian besar warga yang berminat adalah kalangan lanjut usia. Ada yang mantan pengusaha, pensiunan pegawai negeri sipil, pegawai swasta, dan ibu rumah tangga. Namun, belakangan peminat senam tai chi mulai merasuki kalangan remaja pula. “Meskipun hanya 10%, tapi ini kemajuan,” ungkap Taufik. Salah satunya Mohamad Mukhlis Ismail, remaja berusia 14 tahun. Siswa SMP di bilangan Kebayoran, Jakarta, ini merasa tertarik ikut senam tai chi lantaran ingin belajar kungfu. “Tai chi ini biarpun gerakannya lambat tapi mirip kungfu,” ujar Mukhlis. Menurut Taufik, kaum remaja bisa tertarik mengikuti senam tai chi karena model latihan senam di komunitasnya yang kerap mengombinasikan gerakan seni beladiri tai chi dengan gerakan senam populer seperti aerobik dan poco-poco. “Sebelum masuk ke jurus tai chi, mereka kami ajak senam populer dulu untuk pemanasan, biar energik,” kata dia. Tak ayal, setelah melihat animo warga terhadap senam tai chi sudah membesar, para pegiatnya sepakat untuk membentuk satu perkumpulan pada September 2004. “Arti sederhana dari Wisdom Tai Chi adalah kebijakan atau filosofi tai chi,” ungkap Taufik. Iuran sukarela Kini, anggota Komunitas Wisdom Tai Chi sudah mencapai 300 orang. Dalam sepekan, komunitas ini menggelar latihan sebanyak tiga kali, yakni pada Selasa, Kamis, dan Sabtu. Waktunya dari pukul 6.00–7.30 pagi di Taman Kota 1 BSD City. Eloknya, tak sulit bagi siapa saja yang berminat untuk menjadi anggota komunitas ini. Setiap anggota hanya dipungut iuran yang berkisar Rp 20.000-Rp 25.000 per bulan. Sifat iurannya pun sukarela. Di setiap jadwal latihan, misalnya, disediakan sejenis “kotak amal” yang bisa diisi oleh siapa saja dan berapa saja nilainya. “Uang hasil sumbangan, antara lain, digunakan untuk membuat kaus senam,” kata Taufik. Ong Siau Wie, yang juga pendiri Komunitas Wisdom Tai Chi, mengatakan, meski harus membayar iuran, toh ia merasakan manfaat dari kegiatan komunitasnya. Sebab, di kala usianya saat ini telah menginjak 70 tahun, tubuhnya tetap terasa bugar dan energik. “Jiwa dan raga saya jadi sehat,” kata mantan pengusaha onderdil mobil itu. Apalagi, lanjut Ong, batasan latar belakang antaranggota akan lenyap ketika komunitas mengadakan acara kumpul bareng. Ya, selain rutin melakukan latihan senam tai chi, kegiatan lain komunitas ini adalah pelesiran. “Misalnya dengan menyewa bus ke Puncak,” kata Ong. Taufik juga bilang begitu. Untuk menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari, komunitasnya memang acap mengadakan acara tertentu. “September nanti kami juga akan pelesiran ke suatu tempat untuk merayakan ulangtahun kami yang kelima,” ujar dia. Taufik bilang, kalau sudah kumpul, anggota komunitas sangat menikmati suasana kebersamaan. “Bicaranya pun ngalor-ngidul. Kami saling melupakan latar belakang, suku, golongan, dan masalah di kantor serta di rumah. Yang penting bercengkrama,” tambahnya. Taufik pun mengaku menikmati perannya sebagai anggota Komunitas Wisdom Tai Chi. Lagi pula, ia sudah berkecimpung di dunia Tai Chi sejak tahun 1987. Ketertarikannya terhadap olahraga ini bermula saat ia melakukan penelitian tai chi di Gelora Bung Karno, Senayan, selama tiga pekan. Di situ, ia mengamati pengaruh senam tai chi terhadap kesehatan tubuh. Ternyata, “Orang-orang yang melakukan olahraga tai chi itu kadar kolesterolnya bisa turun, gula darah dan hipertensi stabil. Akhirnya, kesehatan mereka pun tambah baik,” katanya. Alasan serupa diungkapkan Sonya Theng. Menurut ibu rumahtangga berumur 59 tahun ini, ketertarikannya menggeluti senam tai chi karena pengalaman yang dialaminya. Sebelum melakoni olahraga ini, setiap tiga bulan sekali Sonya harus ke rumahsakit untuk menghilangkan penyakit radang tenggorokannya. “Namun setelah ikut, kini penyakit tidak kambuh lagi,” ucap Sonya. Pun begitu, Sonya mengaku lebih suka melakukan senam tai chi secara bersama-sama. “Kalau latihan sendiri susah, malah cepat bosan. Makanya, saya senang mendengar ada komunitas tai chi,” kata mantan pelatih tai chi itu. Berbeda halnya dengan Sumintri Wido, yang kini berusia 64 tahun. Pensiunan pegawai negeri sipil Departemen Tenaga Kerja ini mulai tertarik ikut senam tai chi karena menyukai gerakan-gerakannya. Sumintri bilang, ia pertama kali mengetahui gerakan-gerakan tai chi dari sang suami yang pensiunan Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas). “Saya juga mendapatkan jurus tai chi dari suami. Akhirnya, saya keterusan dan tertarik ikut komunitas ini,” ujar dia. Ia tidak tidak merasa kesulitan mempelajari gerakan-gerakan tai chi. “Gerakannya sangat mudah dan bisa dipelajari oleh siapa saja. Asal rutin berlatih minimal tiga kali dalam sepekan saja, lama-kelamaan bisa mengikuti,” kata dia. Namun, sebetulnya keterta-rikan Sumintri ikut komunitas ini bukan cuma lantaran kegiatan senamnya. Ia terus terang mengaku lebih menyukai acara kongko-kongko yang kerap diadakan oleh Komunitas Wisdom Tai Chi. Memang, dia merasakan setelah latihan tai chi, tubuh terasa menjadi lebih bugar. “Tapi, yang penting adalah acara kumpul-kumpulnya. Sebab, di situ kita bisa saling curhat. Maklumlah, ibu-ibu,” tutur dia sembari tersenyum. Bunaidi Citra, Wakil Ketua Wisdom Tai Chi, sepakat dengan Sumintri. Tujuan utama terbentuknya komunitas adalah menjalin silaturahmi antaranggota. Bunaidi bilang, sekalipun komunitasnya mengadakan latihan senam Tai Chi di lingkungan kompleks BSD City, namun komunitasnya tidak membatasi bila ada warga yang beralamat di tempat lain. “Siapa saja boleh ikut senam,” ujar Bunaidi. Apalagi, dia menambahkan, komunitasnya lebih mementingkan tali silaturahmi. Soal pengaruh senam terhadap kesehatan tubuh, Bunaidi tidak berani menjamin. “Jangan berharap pengidap penyakit stroke bisa sembuh dengan mengikuti senam tai chi. Olahraga ini sifatnya hanya mencegah penyakit, bukan mengobati,” kata dia. Yang jelas, tubuh tetap bugar dan makin kompak dengan para tetangga.
Aneka Jurus yang Menyehatkan SENAM tai chi sesungguhnya adalah seni beladiri. Seiring dengan kepopulerannya, lambat laun, olahraga yang berasal dari China ini diterapkan khalayak luas untuk kegiatan senam. Tujuannya, untuk mengolah tubuh agar menjadi lebih sehat. Di Indonesia, organisasi profesi yang mewadahi olahraga tai chi adalah Persatuan Olah Raga Pernafasan Indonesia (PORPI) yang memiliki standar khusus teknik gerakan tai chi. Ada beragam gerakan tai chi, mulai dari 8 jurus hingga lebih dari 24 jurus. Untuk membandingkan gerakan tai chi yang asli dengan gerakan yang lazim digunakan, sejumlah pegiat senam tai chi di Tanah Air kerap menyambangi negeri tempat lahirnya olahraga ini. Hal itu pun dilakukan anggota Komunitas Wisdom Tai Chi BSD. “Rata-rata gerakannya sudah baku di seluruh dunia,” kata M. Taufik, Ketua Komunitas Wisdom Tai Chi BSD. Namun, khusus untuk Komunitas Wisdom, gerakan tai chi lebih disederhanakan agar bisa diikuti oleh para anggotanya. “Cara berhitung jurusnya pun seperti senam, diawali dari hitungan satu hingga delapan, lalu ganti jurus,” imbuh Taufik. Adapun aliran tai chi terdiri dari dua jenis: tai chi chuan dan tai chi-kung. Ciri khas tai chi chuan adalah jurusnya yang beragam dan gerakannya cepat. “Jurusnya dari 8 gerakan,16 gerakan, 24, dan seterusnya,” ujar Taufik. Sedangkan ciri khas aliran tai chi-kung itu gerakannya lambat dan tidak terlalu mengandalkan banyak jurus. “Ini hanya untuk melatih pernafasan,” tambah dia. Di sisi lain, kata Taufik, ada tiga unsur gerakan tai chi. Yakni meditasi, pengaturan pernafasan, dan gerakan lambat. “Setiap unsur memiliki fungsi yang berbeda,” ungkap dia. Unsur meditasi, misalnya, berfungsi menghilangkan ketegangan dengan berkonsentrasi menghilangkan pikiran-pikiran buruk. Sedangkan unsur pengaturan pernafasan berfungsi untuk membakar lemak dan menghilangkan penyakit asma. Lalu, unsur gerakan lambat berfungsi melatih keseimbangan antara gerakan yang keras dan lembut (yin-yang). “Jika keseimbangan tubuh terwujud, pembakaran terjadi, darah mengalir baik dan oksigen masuk, badan pun jadi bugar,” ujar Taufik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News