Cap Go Meh terbesar di Asia Tenggara digelar

Senin, 15 Februari 2016 | 17:16 WIB   Reporter: Yudho Winarto
Cap Go Meh terbesar di Asia Tenggara digelar


JAKARTA. Suasana Perayaan Tahun Baru Imlek 2016 masih terasa di banyak kota di seluruh Indonesia. Berbagai tempat masih banyak memajang atribut bernuansa oriental seperti di mal, hotel, klenteng, kompleks pecinan, kue keranjang, hingga lampion. Dari berbagai perayaan yang ada di Tanah Air, puncak perayaan Cap Go Meh menjadi pusat perhatiannya terutama yang digelar di Singkawang, Kalimantan Barat.

Disebut-sebut itulah perayaan Cap Go Meh terbesar di Asia Tenggara."Puncaknya, nanti diramaikan pada 21-22 Februari 2016 pada Perayaan Cap Go Meh. Singkawang, Kalimantan Barat selalu menjadi pusat perhatian turis karena terbesar dan menjadi terheboh," kata Menpar Arief Yahya dikutip dari laman Indonesia.travel, Senin (15/2).

Dari tahun ke tahun, Singkawang sangat meriah, terutama prosesi tatung, orang yang ditusuk-tusuk wajahnya itu. Manpar sepertinya akan hadir di Glodok, Jakarta Barat, yang akan dibuat carnaval Cap Go Meh. Akan ada persembahan ritual, senam tai chi, dan pentas budaya. Pawainya akan ada Joli Toa Pe Kong, mobil hias, cici dan koko, barongsai, liong, kie lin, marching band, ondel-ondel, tanjidor, sisingaan, rebana dan lainnya.

”Panpel audah menyiapkan sajian kesenian daerah dan kehebatan Singkawang. Sebagai atraksi, kehebohan Singkawang ini bisa menjadi atraksi budaya yang tiada duanya di Asia. Kalau sudah dipromosikan, lalu akses menuju ke Singkawan makin banyak flight, bisa menjadi tontonan unik pasar Tiongkok," jelas Arief Yahya.

Konon, Kota Singkawang pada saat Cap Go Meh dipercaya menjadi pusat berkumpulnya para dewa. Setiap 15 hari setelah tahun baru Imlek, warga Tionghoa di seluruh dunia merayakan Cap Go Meh yang ditujukan sebagai penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. "Culture nya sangat kuat. Orang datang ke Indonesia 60 persen karena culture, 35 persen nature dan sisanya man made 5 persen," jelas Menpar Arief.

Deputi Pemasaran Mancanegara I Gde Pitana, yang didampingi Asdep Asia Pasifik Vincensus Jemedu mengatakan, perayaan Cap Go Meh Singkawang diramaikan dengan pertunjukan barongsai, ular naga, choi lam shin atau keranjang jelangkung. ”Dan yang paling istimewa adalah atraksi tatung,” katanya.

Dalam kepercayaan Tionghoa, ritual pawai tatung diyakini mampu mengusir roh-roh jahat dari seluruh penjuru kota. Para tatung dirasuki oleh roh leluhur sehingga di bawah alam sadar mereka mempertunjukkan ilmu kesaktiannya seperti menusuk pipi, kebal dengan senjata tajam, hingga aksi mengupas kelapa dengan gigi.

Atraksi ini dapat disaksikan di Pasar Tengah, Kota Singkawang. Jangan terkejut apabila melihat tatung yang muncul dengan baju penuh darah. Meskipun demikian, konon luka-luka tersebut dapat sembuh dengan cepat.

Wakil Ketua Panitia Imlek dan Cap Go Meh 2016 di Singkawang, Bong Wui Khong, mengatakan pihaknya akan melakukan pendataan kembali jumlah tatung yang akan ditampilkan pada Festival tersebut. "Saat ini sedang melakukan pendataan tatung untuk tampil di acara Cap Go Meh 2016," kata Bong Wui Khong.

Kalau untuk tahun kemarin, katanya, ada empat ratusan tatung yang terdaftar. "Belum tahu untuk tahun sekarang, ini yang sedang kita data," tambahnya. Menurutnya, dari tahun ke tahun jumlah tatung selalu berubah-ubah. Jika memang memenuhi persyaratan, maka tatung tersebut bisa ditampilkan dan diberi santunan.

Karena, yang nantinya akan menikmati bukan hanya masyarakat Singkawang, tetapi wisatawan maupun mancanegara. Berdasarkan rapat yang digelarnya bersama Wali Kota dan Kapolres Singkawang, bahwa rute tatung akan dimulai dari Jalan Kalimantan.

Sedangkan untuk panggung kehormatan, lanjutnya, akan dibangun di Jalan Setia Budi. Dia menyebutkan, sebelum digelarnya pawai tatung, pihaknya juga akan menggelar pawai lampion pada 20 Februari 2012.

Dia menambahkan, tahun 2016 ini, berdasarkan penanggalan kalender Tiongkok, merupakan tahun monyet. Monyet merupakan hewan yang sangat lincah, cerdas, dan banyak akal.

"Hidupnya (monyet) juga rukun dan suka berteman. Tidak mau makan sendiri dan tidak rakus," kata Bong Wui Khong.

Dia berharap, di tahun monyet masyarakat Singkawang semakin cerdas dalam menghadapi sesuatu. Serta lincah dan gesit dalam beraktivitas. "Kita semua bisa lebih sukses dan maju sesuai dengan sifatnya kera," harapnya.

Singkawang merupakan kota kedua terbesar di Provinsi Kalimantan Barat setelah Pontianak. Tidak seperti kota-kota lain di Indonesia, Singkawang memiliki suasana oriental yang berbeda dengan kehadiran ratusan kuil yang ditemukan di hampir setiap sudut kota. Hal itu karena lebih dari 70% penduduk Singkawang adalah keturunan Tionghoa, terutama dari suku Hakka dan beberapa suku Teochew. Lainnya adalah Melayu, Dayak dan etnis lainnya di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto
Terbaru