STUNTING - JAKARTA. Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia bekerjasama dengan Pengurus Besar Dokter Indonesia (PB IDI) untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Keduanya telah meneken nota kesepahaman kerjasama sejak 18 Mei lalu.
Berdasarkan hasil survey Status Gizi Indonesia tahun 2022, prevalensi stunting di Indonesia berada di angka 21,6%. Angka ini ditargetkan bisa turun menjadi 14% di tahun 2024.
Vera Galuh, VP General Secretary Danone Indonesia mengatakan, perusahaan telah menjalankan sejumlah program yang secara bersamaan berkontribusi dalam pencegahan isu stunting dengan payung program bernama Bersama Cegah Stunting. Program ini telah menjangkau lebih dari 4,5 juta penerima manfaat.
Beberapa program di bawahnya seperti WASH sebagai program dan strategi pengelolaan sumber air terpadu di daerah yang memiliki akses air dan sanitasi rendah. Lalu ada program Isi Piringku yang digarap bersama Kementerian Pendidikan. Program yang menyasar guru-guru PAUD hingga guru SD ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya kesehatan, gizi, dan pola asuh yang baik selama periode tumbuh kembang anak.
“Berbicara tentang stunting, kita tidak hanya berbicara tentang nutrisi, tetapi juga akses air bersih dan sanitasi sangat berpengaruh. Program inilah yang kami coba majukan, bersama dengan mitra, tentunya dengan IDI, untuk bisa menyasar permasalahan nutrisi juga hidrasi yang sehat, akses air, sanitasi, pengelolaan lingkungan juga sampah," tutur Vera dalam keterangan resminya, Jumat (26/5).
Penandatangan MoU antara Danone dan PB IDI dilakukan bersamaan dengan diskusi bertajuk “Apa yang perlu diketahui dokter umum tentang stunting?". Moh Adib Khumaidi, Ketua Umum PB IDI mengapresiasi langkah Danone Indonesia yang mendorong adanya kolaborasi lintas sektor dalam penguatan sistem kesehatan dalam menanggulangi stunting.
“Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang belum selesai. Ini bukan tanggung jawab pemerintah saja, keterlibatan lintas sektor perlu dilakukan untuk penanggulangan secara kolaboratif. Hal tersebut menjadi kunci dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan. Perlu peran dari organisasi profesi, LSM, NGO, termasuk pihak swasta," imbuhnya.
PB IDI berharap kerjasama ini bisa berjalan dalam jangka panjang. Pasalnya, kolaborasi merupakan salah satu kunci penting dalam pengentasan stunting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News