Berawal dari komunitas pembuat video daring Komunitas Web Series Indonesia (KWSI), Dennis Adhiswara mendirikan perusahaan rintisan alias start-up Layaria pada 2012 lalu.
Mulanya Layaria merupakan jejaring multikanal Youtube pertama di Indonesia. Start-up ini dijadikan wadah bagi kreator video lokal untuk membangun karier melalui video online.
Pemeran Bimo dalam film Jomblo ini mengaku, ia tertarik mendirikan start-up ini karena kebiasaan menonton masyarakat pada saat itu sudah mulai bergeser, yang awalnya menonton tayangan televisi konvensional beralih ke tayangan online via koneksi internet.
Di sisi lain, belum banyak kreator dan pilihan konten online-nya. "Dengan semakin besar masyarakat yang melek internet, maka semakin besar pula pasar di bisnis ini," katanya.
Layaria menyediakan studio, program konsultasi, dan mentoring pembentukan karakter para kreator video. Layaria membantu para kreator video membangun tim produksi mulai dari produser, juru kamera, penulis naskah, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, Layaria mendukung penuh para kreator untuk mendapatkan sponsorhip deals dari berbagai brand atau event-event off air supaya mereka tetap eksis berkarya.
Pria yang dikenal dengan karakter Mamet dalam film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) ini mengaku, ia merintis Layaria agar fokus menggarap bisnis video online. Jika di komunitas lebih ke bagian senang-senangnya, sedangkan di Layaria lebih serius, sehingga bisa menjadi mata pencaharian bagi para kreator video.
Sebab itu, Layaria memutuskan bekerjasama dengan Google untuk mendapatkan status premium partnership, sehingga bisa memonetisasi kanal Youtube untuk mendatangkan pemasukan.
“Kami berawal dari komunitas tapi bisa membuktikan punya banyak kreator, sehingga mendapat status premium di Youtube," tutur pria kelahiran Malang, Jawa Timur, September 1982, ini.
Modal tabungan
Untuk mendirikan Layaria, Dennis bersama seorang teman bermodalkan sebuah kamera video, satu tripod, dan akta perusahaan sebagai legalitas usaha. Untuk modal usaha berasal dari tabungan pribadi mereka berdua sebesar Rp 100 juta.
Dengan dua orang karyawan, Layaria memulai usaha dengan memanfaatkan satu ruangan di rumah pribadi Dennis di Jakarta. Kantor sempat pindah ke Cilandak dan sekarang menempati satu lantai bangunan ruko di Mampang, Jakarta Selatan. Perusahaan ini sekarang memiliki lebih dari 20 karyawan.
Layaria menampung lebih dari 100 kreator video. Padahal pada awal berdiri cuma delapan kreator video.
Domisili para kreatornya pun tidak hanya tersebar di Jawa tapi juga sampai ke Kalimantan. Jenis tayangan videonya pun semakin beragam, mulai dari seri edukasi, kartun, musik hingga acara seru-seruan.
Layaria memiliki tiga studio di Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Bulan depan Layaria akan menambah satu studio lagi di Semarang. Tahun 2016 ini, Layaria siap menambah lini bisnis baru yang sistemnya seperti production house (PH).
Nantinya, PH ini akan mempertemukan perusahaan yang mau mempromosikan merek mereka melalui video internet dengan para kreator. Dennis bilang sumber pemasukan Layaria berasal dari iklan di Youtube, proyek dari klien, penjualan merchandise, dan sebagainya. Menurut pengakuan Dennis, tahun 2013 Layaria sudah berhasil balik modal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News