Direktur RMK Energy Vincent Saputra, yang Rajin Mengoleksi Saham Salah Harga

Sabtu, 10 Desember 2022 | 07:36 WIB   Reporter: Akhmad Suryahadi
Direktur RMK Energy Vincent Saputra, yang Rajin Mengoleksi Saham Salah Harga

ILUSTRASI. Vincent Saputra, Direktur?PT RMK Energy Tbk (RMKE).


TOKOH - JAKARTA. Vincent Saputra telah mengenal dunia investasi sejak usia muda. Usai menyelesaikan studinya di bangku kuliah pada 2011, Direktur PT RMK Energy Tbk (RMKE) ini mulai menjajal investasi di emas serta obligasi negara ritel atau ORI.

Dia bercerita, instrumen ORI dipilih karena kala itu menawarkan return sekitar 6% sampai 7%. Imbal hasil ini jauh lebih besar dibandingkan dengan tabungan yang hanya menawarkan bunga tidak lebih dari 2% per tahun.

Kemudian sekitar tahun 2012, Vincent mulai mencoba membeli saham. Salah satu pertimbangannya, saham menawarkan return lebih menarik. Saat ini, sekitar 40% dari total portofolionya berisikan instrumen saham.

Baca Juga: Saham-Saham Berbasis ESG di Asia Bakal Rebound di 2023, Cek Pemicunya

Saham yang menjadi pilihannya tersebar di sejumlah sektor, seperti sektor komoditas hingga manufaktur yang memiliki model bisnis dan potensi usaha yang menjanjikan.

Vincent juga menempatkan investasinya di saham sektor perbankan big caps dan saham emiten perbankan regional yang menawarkan dividend yield dua digit.

Vincent bercerita, ia pernah meraup cuan hingga 600% dari modal investasinya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Cuan ini dia dapatkan dari saham perusahaan energi yang dimiliki sejak 2021, yang kala itu ketiban berkah sentimen booming harga batubara.

"Karena kebetulan saya familiar di industri ini, maka saya berani beli saham itu dan ternyata cukup terbayarkan," kata dia.

Baca Juga: Lebarkan Potensi Laba, RMK Energy (RMKE) Menggenjot Proyek Jalan Batubara

Tapi bukan berarti juga perjalanan investasi Vincent selalu mulus dan ketiban cuan. Pria berusia 32 tahun ini masih menyimpan saham yang terkena suspensi dan akhirnya mengendap di portofolionya.

Meski jumlahnya tidak banyak, Vincent mengaku hal ini dia jadikan pelajaran agar lebih selektif dalam memilih instrumen investasi.

Profit taking di kripto

Saat ini, keranjang investasi Vincent cukup beragam. Tapi, porsi investasinya di emas kini sudah tak banyak, karena return yang dihasilkan emas sudah tak tinggi lagi. Meskipun harga emas sempat melonjak akibat guncangan ekonomi global, Vincent menilai kondisi tersebut bukan sesuatu yang normal dan lazim.

"Inilah sebabnya portofolio emas saya hanya 10%," tutur pria asal Jakarta ini. Nah, investasi terbesarnya masih berada di pasar obligasi. Porsinya sekitar 50%, yang terdiri dari obligasi dalam negeri maupun luar negeri.

Vincent juga sempat mencoba masuk ke investasi kripto selama kurang lebih selama enam bulan. Kala itu, harga bitcoin sedang melejit. Vincent memanfaatkan momentum ini untuk merealisasikan keuntungan (profit taking). Dia pun menarik kesimpulan kalau instrumen kripto sangat berisiko tinggi.

Baca Juga: RMK Energy (RMKE) Anggarkan Dana Rp 350 Miliar untuk Bangun Hauling Road

Buktinya, setelah membumbung tinggi hingga puluhan ribu dollar Amerika Serikat (AS), kini harga bitcoin sudah turun jauh. "Untungnya saya sudah jual. Kalau tidak pasti saya sudah nyangkut di sana," kenang dia.

Dari berbagai pengalaman tersebut, Vincent banyak mempelajari bahwa diperlukan riset dan pendalaman sebelum melakukan investasi. Jika sudah memahami fundamentalnya, maka akan lebih mudah menemukan celah keuntungan dari pasar modal.

Dia juga setuju dengan nasihat Warren Buffet yang mengatakan bahwa pasar modal adalah tempat dimana perusahaan mengalami salah harga. Ada perusahaan yang fundamentalnya tidak baik, tetapi harga sahamnya mahal.

Sebaliknya, ada perusahaan yang berfundamental bagus, namun justru dihargai dengan harga yang murah.

Sehingga, asalkan bisa memaksimalkan riset, investor bisa meraih keuntungan maksimal dari pasar modal dan menemukan perusahaan yang salah harga.

Baca Juga: RMK Energy (RMKE) Bidik Penjualan 3 Juta Ton Batubara pada Tahun Depan

"Tugas investor adalah mencari saham yang bagus dan saham yang tidak bagus. Karena kebanyakan perusahaan yang salah harga ada di pasar modal," ujar dia.

Prinsip inilah yang selalu ia yakini, bahkan saat pasar modal tengah menghadapi potensi resesi di tahun depan.

Vincent yakin, perusahaan dengan fundamental yang bagus akan bertahan di tengah terjangan resesi. Di sisi lain, investor juga harus pandai membaca momentum, agar bisa tepat waktu merealisasikan keuntungan atau menambah investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Noverius Laoli
Terbaru