KOMUNITAS - Istilah buku adalah jendela dunia mungkin tak asing lagi didengar khalayak luas. Dengan baca buku, seseorang bisa menambah wawasannya. Hal ini juga yang diungkapkan Namira Daufina, perempuan yang bekerja di perusahaan penerbitan buku Pear Press di Jakarta.
Kegemaran membaca buku sudah dilakukan Namira sedari kecil. Sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD), Namira terbiasa mampir ke tempat penyewaaan buku untuk meminjam buku bacaan setiap akhir pekan. "Hal itu rutin hingga SMP dan sekarang selalu mampir ke toko buku," katanya.
Menurut perempuan berkacamata itu, untuk mendapat ide dan informasi baru, membaca buku menjadi kebutuhan yang wajib dilakukan bagi Namira, khususnya membantu pekerjaannya di bidang penerbitan buku. "Selain buat senang, baca buku menambah fokus karena terlalu sering bekerja dan beraktivitas menggunakan laptop atau handphone," tuturnya.
Baca Juga: Menakar Kilau Emas di 2025, Sikap Fed Lebih Hawkish Jegal Kenaikan?
Hingga kini, ia sudah mengoleksi sekitar 400 judul buku. Buku yang jadi favorit dibaca Namira beragam, mulai dari non fiksi, ekonomi, sosial, politik, media dan budaya. "Sesekali novel," tandasnya.
Tidak sekedar itu, untuk menyalurkan hobinya membaca buku, Namira bergabung dalam komunitas baca buku. Baginya, bergabung dalam komunitas baca buku bisa menambah referensi buka bacaan. "Menyenangkan gabung komunitas, bisa ngobrol dan bertemu penulis yang diidolakan juga," tutur Namira.
Keberadaan komunitas memang menjadi wadah setiap orang berdiskusi tentang berbagai hal, khususnya buku. Irene Meisty Sambenthiro, Inisiator Terserah Book Club menyebutkan, munculnya komunitas tak lepas dari keinginan setiap anggota yang ingin memiliki teman diskusi dan bertukar pikiran tentang buku yang sudah dibaca.
Isu budaya, sejarah, lingkungan, feminisme bisa jadi bahasan di komunitas. Tanpa dibatasi judul, genre dan penulis tertentu anggota bebas untuk bertukar pendapat. Komunitas terbentuk 21 Februari 2021, Terserah Book Club pun sudah diikuti 118 orang yang aktif dalam grup telegramnya. "Rata-rata yang masuk komunitas itu mahasiswa dan pekerja," lanjut Irene.
Secara garis besar, anggota komunitas berdomisili di Jogjakarta. Ragam aktivitas yang rutin dilakukan adalah; diskusi buku virtual, baca bareng luring yang bisa diadakan dimana saja dan membaca online. "Untuk baca bareng luring, kami melakukannya di tempat publik seperti taman, kafe dan perpustakaan. Siapapun bisa ikut," kata Irene.
Baca Juga: Realisasi Dana Desa Mencapai 99% dari Pagu
Keterlibatan anggota yang ingin bergabung dalam komunitas diakui Irene tidak sulit. Siapapun bisa bergabung dalam kurun waktu yang tidak dibatasi. Tidak ada sistem keanggotaan. Hanya perlu ikut kegiatan sesuai jadwal.
Pada setiap kegiatan, kata Irene, ia akan memberi informasi lewat Instagram dan grup telegram. Kemudahan bergabung dalam komunitas juga ditunjukkan Samuel Pandiangan bersama Wiwik, Ana, Adinda dan Patar di Indonesia Book Party.
Jika ada yang ingin bergabung, tidak ada syarat pendaftaran tertentu. Hanya perlu ketertarikan ikut kegiatan di Indonesia Book Party. Menurut Samuel, komunitasnya ingin menjadi tempat literasi dengan cara yang membumi. Samuel ingin, Indonesia Book Party jadi komunitas yang melawan stigma bahwa buku adalah media kaku, terlalu serius, membosankan dan hanya untuk kaum intelek.
Karena itu, dia mendirikan komunitas ini 22 Oktober 2023 lalu. Hingga kini, sudah ada ratusan orang yang mengikuti aktivitas di Indonesia Book Party. "Yang tergabung di grup Whatsapp sekitar 23.000 dari seluruh daerah di Indonesia," jelas Samuel.
Mulai usia muda hingga lansia bergabung dalam Indonesia Book Party. Samuel juga menepis komunitasnya sebagai komunitas eksklusif yang terbatas pada anggotanya. Sebab, 90% kegiatannya dilakukan untuk publik.
Baca Juga: Kejagung Banding atas Putusan Harvey Moeis
Berbagai kegiatan yang dilakukan, sebut saja piknik sambil baca buku. Kemudian talkshow bareng penulis atau publik figur. Ada juga bermain party atau melakukan kegiatan sosial yang membawa semangat literasi membaca ke tempat-tempat yang kurang mendapat pelayanan literasi mumpuni.
Selain itu, Indonesia Book Party juga melakukan berkelana party atau jalan-jalan membaca ruang, membaca bangunan, membaca museum atau apapun selain buku.
Berbagai aktivitas seru terus dilakukan, kata Samuel. Tidak hanya di Jakarta saja, komunitas juga menggelar aktivitas bagi teman-teman komunitas di luar Jakarta untuk kopi darat. Ambil contoh teman-teman di Solo Book Party yang berkunjung ke Jogjakarta Book Party. Begitu sebaliknya yang diikuti daerah lain seperti Serang, Pandeglang, Kediri, Bandung dan lainnya.
"Kami juga melakukan pesta buku di Panti Asuhan atau kids book party," imbuh Samuel.
Yang jelas, Samuel berpendapat, bahwa komunitasnya ingin menjadi tempat yang dijadikan rumah bagi para pembaca dan yang bukan pembaca.
Ruang dan buku
Kegiatan membaca buku memang aktivitas yang mudah dan bisa dilakukan siapapun. Tanpa terkecuali. Hanya saja, untuk melakukan kegiatan yang dijalankan komunitas baca buku ini masih saja terkendala ruang. Utamanya area terbuka hijau yang sangat terbatas.
Irene menyebutkan, meski Jogjakarta merupakan destinasi wisata yang memiliki ruang hijau, namun areanya tidak banyak. "Sedikitnya ruang hijau yang memadai untuk baca bareng jadi kesulitan kami," tuturnya.
Dia meyakini area yang memadai akan sangat mendukung aktivitas komunitasnya. Tak jarang, komunitas gonta ganti tempat untuk menggelar baca bareng. Di samping area hijau, pilihannya ke perpustakaan, kafe atau area taman hijau di Universitas Gadjah Mada.
Baca Juga: Teliti Belanja Perpajakan Agar Tepat Sasaran
Selain area terbuka hijau yang terbatas, akses buku bacaan yang berkualitas juga semakin menipis.
Hal ini diutarakan oleh Renita Yulistiana, Inisiator Komunitas Gerakan Suka Baca. Ia melihat belakangan buku bacaan anak yang layak dibaca dan berkualitas tidaklah banyak. Sementara untuk mendapatkan buku bacaan dari donasi kebanyakan buku pelajaran.
Menyiasati hal ini, Renita bersama teman-teman komunitas tergerak membuat modul bacaan sendiri. Ya, komunitas Gerakan Suka Baca kata Renita dibuat untuk meningkatkan literasi baca bagi anak-anak SD hingga sekolah menengah atas (SMA).
Sejak berdiri 16 Oktober 2016 lalu, isu terkait pendidikan dan literasi baca di kalangan anak-anak pelajar menjadi pembahasan anggota komunitas. Aktivitas yang dilakukan pun tak jauh dari hal terkait literasi baca.
Mulai dari pengembangan aktivitas baca dan belajar untuk anak-anak. Kemudian membuat konten edukatif melalui platform digital Gerakan Suka Baca hingga mengembangkan materi pendidikan yang mendukung evaluasi belajar anak-anak.
Menjadi bagian dalam komunitas Gerakan Suka Baca tidak ada syarat baku melainkan setiap enam bulan akan dilakukan regenerasi anggota. Sampai saat ini, Renita mencatat setidaknya ada tiga ribu lebih anggota yang bergabung dalam komunitasnya.
Renita berharap. lewat komunitasnya, semakin banyak anak-anak yang mendapat edukasi serta literasi baca juga meningkat. Pun demikian dengan Samuel yang berharap lewat keberadaan Indonesia Book Party, tiap anggota bisa bertumbuh dan berkembang secara pemikirannya. Walaupun memang, menjalankan komunitas dan mengatur komunikasi antar anggota menjadi tantangan bagi Samuel dan tim pengurus komunitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News