ANDROID bukan merek ponsel. Namun nama yang melekat erat dengan Google ini membuat para produsen handset tergila-gila. Android merupakan sistem operasi ponsel buatan Google. Sejak digosipkan dua tahun lalu, Android telah menjadi perhatian vendor dan konsumen. Kini belasan produsen handset yang tergabung dalam Open Handset Alliance (OHA), seperti LG, Samsung, Motorola, HTC, Huawei, Asus, dan Sony Ericsson berlomba-lomba mengembangkan Android dalam tubuh ponsel buatan mereka. Mari kita tengok HTC. Vendor asal Taiwan ini pada September tahun lalu meluncurkan HTC Dream di Amerika Serikat. Belum selesai gaung Dream, April lalu di AS muncul HTC Magic yang hingga September lalu sudah laku 1 juta unit. Di Indonesia HTC menggandeng Telkomsel meluncurkan Magic pada Agustus lalu seharga Rp 6,5 juta. Yang terbaru, Oktober ini di AS HTC bakal meluncurkan ponsel CDMA pertama dengan jeroan Android seharga US$ 179 atau Rp 1,7 juta (kurs Rp 9.500 per dolar AS). Semua produk HTC Android berlayar sentuh. Di Indonesia, kuartal empat tahun ini HTC bakal meluncurkan HTC Sprint Hero. Kabarnya HTC bakal menggandeng Excelcomindo Pratama (XL). Febrianti Nadira, Komunikasi Perusahaan Excelcomindo mengaku, bundling tersebut untuk memenuhi keinginan konsumen. "XL tidak hanya menjual HTC tapi juga memaksimalkan keunggulan Android untuk aplikasi, mungkin akan ada XL Mall di Hero," katanya. Ya, Hero Android yang mengedepankan kemampuan multimedia dan internet tak hanya memberikan layanan Google, tapi juga bisa mengombinasikannya dengan Facebook, Twitter, Flickr. Hero juga bisa menjadi portable modem dan mendukung Adobe Flash. Tentu saja Hero sudah memiliki kemampuan teknologi hingga 3,5 G atau HSDPA. Perlu koneksi prima Anggota OHA lain, Samsung, pada Juni lalu sudah mencangkokkan Android pada seri Samsung Galaxy i7500. “Samsung adalah ponsel Android terramping dengan daya tahan batere 1.500 mAH,” klaim Romeo Michael Vau, Product Marketing Manager PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN). Jadi, si Galaxy mampu stand by hingga 400 jam. Tak mau ketinggalan, vendor asal Koreas Selatan lain, LG pada September lalu memasok pasar smartphone dengan LG GW620. Sayang, spesifikasi produk ini masih rahasia. Menurut Usun Pringgodigdo, General Manager LG Mobile Communications Indonesia, ketertarikan LG mengusung Android karena sifatnya yang open source sehingga membuat fungsi ponsel menjadi lebih maksimal. "Aplikasi pendukung diunduh bebas sehingga bisa memenuhi kebutuhan konsumen lebih efisien," kata dia. Syaratnya, menurut Usun, perlu ponsel cerdas dengan kemampuan koneksi internet yang prima. Selain itu, karena didukung penuh Google, konsumen Android bisa langsung mencicipi fasilitas Google. Seperti Google Maps, Search, Calendar, Gmail, dan sebagainya. Menurut Usun, peluncuran GW620 di Eropa baru berlangsung pada kuartal keempat tahun ini. Oleh karena itu Usun mengaku belum mengetahui harganya. Ponsel Android yang sudah resmi muncul di pasar adalah Motorola Dext, serta Huawei yang meluncurkan seri Pulse di Inggris seharga £ 176,16. Telitilah, jangan sampai Anda menjadi korban teknologi Sebelum membeli handset berbasis Android, ada baiknya Anda mengenal sistem operasi racikan Google ini. Jangan sekadar ikut-ikutan tren. Salah-salah Anda menjadi korban teknologi semata. Android dikembangkan secara open source di bawah lisensi Apache. Kini pengembangan sistem operasi yang pada awalnya dipelopori oleh Google ini bakal diselesaikan oleh Open Handset Alliance (OHA). Jelas ini bisa membuat ketar-ketir sistem operasi BlackBerry, iPhone, atau Windows Mobile. Karena para vendor, operator telekomunikasi, dan pengembang software bisa turut merancang dan mengembangkan, optimalisasi Android bisa lebih cepat. Ada 10 operator telekomunikasi termasuk Vodavone dan T-Mobile, 10 perusahaan pembuat handset dari Acer hingga HTC, perusahaan semikonduktor Intel dan 12 perusahaan lain, serta 6 perusahaan iklan siap mengembangkan Android. Sejak resmi meluncur pada 21 Oktober 2008, Android terus mengembangkan diri agar lebih memudahkan konsumen. Salah satunya, kini Android menampilkan user interface yang menarik serta menambahkan fitur-fitur yang mendukung. Update pertama dilakukan pada 30 April lalu dengan meluncurkan versi 1.5 (Cupcake). Ini menanggapi keinginan konsumen. Android mampu merekam, upload video ke YouTube, dan foto ke Picasa langsung dari ponsel, serta otomatis terhubung dengan headset bluetooth pada jarak tertentu. Juga ada fitur autocomplete untuk mempercepat pengetikan, animasi, dan kemampuan copy paste yang bisa diterapkan dalam halaman web. Enam bulan berikut, muncul versi 1.6 (donut). Versi terbaru ini menampilkan tambahan fitur, seperti kemudahan pencarian nama atau bagian dari data historis browsing, kontak, dan alamat web langsung dari halaman depan desktop. Ditambah integrasi kamera, camcorder, dan gallery dalam satu tampilan menu. Pengguna bebas menentukan mau merekam atau memotret. Donut juga membebaskan pengguna menghapus beberapa foto sekaligus di galeri. Android juga menambah kecepatan aplikasi, jadi tidak ada lagi kamera lemot. Bagi pengguna Android, menambah aplikasi di handset begitu mudah. Dalam situs resminya, Android menyediakan Android Market, berisi beragam jenis aplikasi baik gratis maupun berbayar. Namun, Anda jangan asal comot. Optimalisasinya tergantung versi pengembangan dan jenis handset. Tentu saja Android memiliki kelemahan seperti open source pada umumnya. Salah satunya adalah kesulitan mencari pihak-pihak yang bertanggungjawab kalau ada aplikasi -aplikasi yang crash.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News