Evaluasi Perilaku Masyarakat dalam Memerangi Covid-19

Rabu, 21 Oktober 2020 | 15:09 WIB   Reporter: Tim KONTAN
Evaluasi Perilaku Masyarakat dalam Memerangi Covid-19

ILUSTRASI. Seorang wanita minum jus menggunakan masker, Senin (19/10/2020). REUTERS/Rupak De Chowdhuri


GAYA HIDUP - JAKARTA. Lihat sekeliling kita. Apakah orang-orang di sekitar sudah mengubah perilaku dan kebiasaan hidupnya dalam memerangi Covid-19? Ya! Masih ada yang belum mematuhi protokol kesehatan dan terbiasa dengan menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker (3M).

Padahal, belajar dari pengalaman Provinsi Hangzou dan Zhejiang, China, perubahan perilaku merupakan satu faktor kunci terbesar kesuksesan memerangi penyebaran Covid-19. Bagaimana dengan kita?

Melalui Forum Group Discussion atau FGD, KONTAN berharap dapat menemukan benang merah berbagai kendala dan menjawab pertanyaan: "Mengapa masih banyak orang yang belum mengubah kebiasaan atau perilakunya dalam menerapkan protokol kesehatan?"

Hadir sebagai narasumber diskusi FGD kali ini antara lain Dosen dan Peneliti Sosial Universitas Gadjah Mada (UGM) Wahyu Kustiningsih, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta Asnil Bambani, Komunitas Jurnalis Sepeda MTB Achmad Fauzie, Jurnalis Kompas TV Cindy Sistyarani, serta Dokter, Aktivis, dan Relawan Covid-10 Tirta Mandira Hudhi.

Para narasumber saling setuju, perilaku dan kebiasaan masyarakat memang sudah berubah, seperti memakai masker, membawa hand sanitizer, mencuci tangan, menggunakan face shield, dan sebagainya. Namun, seberapa besar skala perubahan tersebut, masih belum bisa terukur.

Berbagai komunitas, perusahaan, organisasi, serta bentuk-bentuk komunal lembaga yang lain, juga mempunyai kebiasaan baru dan menerapkan protokol kesehatan. Meksipun butuh waktu dalam adaptasi, tetapi perubahan perilaku ini tetap berjalan dengan baik.

Sayangnya, kata Tirta Mandira yang kerap disapa dengan Dokter Tirta ini, kebiasaan baru tersebut sering terlihat hanya terjadi di kota-kota besar. "Di daerah perbatasan (pinggiran) dan pedesaan, belum ada perubahan perilaku itu," kata Tirta, Jumat (16/10).

Cenderung Abai dan Tak Peduli

Jadi, lanjut Tirta, sejak awal pandemi sampai sekarang, muncul tiga jenis golongan di masyarakat. Golongan pertama, mereka yang punya pengetahuan tentang Covid-19, tetapi jarang turun ke lapangan. Kedua, golongan yang paham Covid-19, punya pengetahuan, dan aktif turun ke lapangan serta melibatkan diri.

Golongan ketiga, mereka yang abai, tidak peduli, dan ignorance alias kurang informasi dan pengetahun. "Nah, yang paling banyak adalah golongan pertama dan ketiga," tutur Tirta.

Terhadap pertanyaan "mengapa masih ada kalangan yang belum menerapkan protokol kesehatan?", para narasumber menyimpulkan: karena mereka sengaja tidak peduli dan/atau tidak mendapatkan cukup informasi dan pengetahuan tentang Covid-19. Informasi dan komunikasi menjadi faktor kunci di sini. Mirip dengan hasil FGD pertama Kontan tentang evaluasi strategi komunikasi dan kampanye 3M.

Berbagai kendala yang diutarakan para narasumber tentang perubahan perilaku adalah sebagai berikut:

  • Adanya misinterpretasi dalam memaknai informasi seputar COVID-19 oleh masyarakat. Misalnya kekeliruan dalam mengartikan penggunaan masker saat berolahraga yang dipersepsikan menjadi penyebab kematian seseorang. Informasi yang diterima oleh masyarakat justru membentuk persepsi bahwa penggunaan masker berbahaya saat berolahraga;

  • Belum adanya sense of community dari masyarakat. Masyarakat cenderung memandang persoalan penularan COVID-19 ini adalah masalah personal/ individu daripada sebagai persoalan komunitas/ masyarakat;

  • Kurangnya contoh pelaksanaan 3M secara benar dari pemerintah, sehingga masyarakat melaksanakan protocol kesehatan sesuai dengan interpretasi masing-masing;

  • Informasi yang disampaikan oleh pemangku kebijakan cenderung berubah-ubah sehingga membingungkan dan membuat jenuh masyarakat;

  • Kurangnya peran serta tokoh masyarakat/ agama dalam mensosialisasikan pentingnya protocol 3M dalam mencegah penularan COVID-19.

Oleh karena itu, para narasumber memberi masukan antara lain:

  • Perlu ada strategi komunikasi yang lebih rapi dari pemerintah. Juga perlu evaluasi komunikasi publik yang dilakukan pemerintah perlu segera dilakukan agar efektifitas komunikasi dapat diukur dan dapat diperbaiki;

  • Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah terkait dengan penanganan COVID-19 harus lebih tegas dan konsisten sehingga tidak membingungkan masyarakat. Perlu ada keselarasan kebijakan dari  pemerintah pusat sampai ke level pemerintah di daerah.

Tentu saja, artikel ini merupakan poin rangkuman dan tidak akan pernah bisa menggantikan momen FGD seutuhnya. Anda bisa mengikuti dan menonton proses diskusi FGD secara lengkap di KONTAN TV pada link berikut: https://www.youtube.com/watch?v=OpCrRlxRNFA&t=5481s

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Andri Indradie
Terbaru