INDUSTRI PARIWISATA - JAKARTA. Komunitas Penjelajah Alam Kepulauan Riau (PARI) dan Kementerian Pariwisata mengklaim sukses menggelar Festival Kampung Terih 2017 di Nongsa Batam, Minggu lalu (17/12). Dari catatan mereka, acara ini dihadiri 500 wisatawan mancanegara dan domestik yang ingin melihat eksotisme alam dan budaya Batam.
"Festival Kampung Terih ini sengaja berkoloborasi dengan Pasar Rajungan biar makin oke," kata Ketua PARI Sunarsih, dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Rabu (20/12).
Pada event ini, para wisatawan diajak untuk berinteraksi dengan alam serta budaya yang ada di Kampung Terih. Wisatawan juga bisa menikmati udara segar sambil mengeksplor pemahaman tentang vegetasi hutan mangrove. Harapannya, wisatawan memiliki empati lebih terhadap kampanye go green dan ikut melestarikan lingkungan di sekitarnya.
"Sengaja kita buat seperti ini sehingga wisatawan betah dan merasa di kampung sendiri. Mereka tanpa sungkan berbaur dengan masyarakat di sini. Festival ini paket lengkap, sehingga semua wisatawan bisa menikmatinya. Yang suka budaya ada panggung budaya, yang suka petualang bisa menjelajah ke hutan mangrove, lalu yang suka kuliner dan cendramata tinggal ke Pasar Rajungan," kata Sunarsih.
Dengan pagelaran tersebut, General Manager Batam View Resort, Anddy Fong mengungkapkan, sebanyak 70 wisatawan paspor Singapura dan Malaysia diajak menikmati suasana Festival Kampung Terih usai menikmati wisata belanja.
"Ini jadi salah satu atraksi yang kita jual ke wisatawan yang menginap di Batam View Resort. Di negara asal mereka yaitu Singapura dan Malaysia, suasana Kampung Melayu yang asli seperti ini sudah tidak ada. Dan, yang terpenting momentumnya sangat pas karena ada festival ini," kata Anddy.
Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti pun menilai, pariwisata harus berjalan selaras dengan kesejahteraan masyarakat. Dia menyebut, Batam saat ini telah menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan Singapura dan Malaysia.
“Di sinilah fungsi pariwisata. Pariwisata hadir untuk terus mensejahterakan masyarakat. Bayangkan jika seorang wisatawan mengeluarkan Rp 200 ribu, sudah Rp 100 juta uang beredar di Kampung Terih,” kata Esthy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News