Goes sepeda mewah berjumlah terbatas

Senin, 08 Agustus 2011 | 09:08 WIB Sumber: Harian KONTAN, 6 Agustus 2011
Goes sepeda mewah berjumlah terbatas

ILUSTRASI. Brosur Tupperware Oktober 2020 khusus perabotan makan segera berakhir


Mengayuh sepeda bermerek top dan mahal harganya sudah jamak dilakukan penggemar sepeda. Bagaimana kalau mengayuh sepeda bermerek mobil mewah? Sudah pasti, jumlah pengayuh sepeda jenis ini terbatas. Pasalnya, jumlah sepeda bermerek mobil juga tidak banyak di pasaran. Karena itu, pengoleksi dan penggowes sepeda merek mobil mewah terbatas.

Salah satunya adalah Bobby Gafur Umar, Direktur Utama PT Bakrie Brothers Tbk. Ia memiliki sepeda bermerek Mercedes Benz (Merci) yang ia beli tahun 2004. Kala itu, Bobby dan Ambono Janurianto, Dirut PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk tengah menunggu pesawat di Changi Airport, Singapura. Sembari menunggu, Bobby dan Ambono berkeliling bandara dan melihat sepeda merek Merci terpampang di sana.
"Melihat sepeda Merci, saya langsung naksir, dia beli satu, saya beli satu, harganya paling Rp 10 jutaan," cerita dia.

Kecintaan Bobby terhadap sepeda pun berlanjut hingga 2009. Ketika itu, Bobby mulai naksir pada sepeda merek Ferrari. Untuk memboyong sepeda seharga Rp 20 juta lebih itu, Bobby mesti merogoh Rp 10 juta dan memberikan seperangkat audio mobilnya kepada si empunya sepeda Ferrari. Hingga kini, Bobby telah memiliki empat unit sepeda.

Bersepeda di alam bebas

Saking gilanya menggoes sepeda, Bobby pun acap kali menunggangi sepeda Ferrari dari rumahnya di Brawijaya ke kantor yang terletak di Kuningan. Bobby bisa menghabiskan waktu 1,5 jam untuk menempuh jarak dari rumah ke kantor yang sejauh 25 kilometer (km) itu. Setiap minggu, ia pun tak pernah absen bersepeda di Monas.

Bosan bersepeda ke kantor dan Monas, Bobby pun mulai mencoba mengarungi alam alias downhill bersama sepeda Merci. Baru-baru ini, ia memilih downhill ke Bumi Serpong Damai, Tangerang.

"Medannya harus naik-turun sawah. Pas lewatin jembatan, saya milih jatuhin diri aja daripada jatuh beneran ke sungai," ujar Bobby. Tak heran, untuk menuntaskan rute sejauh 6,5 km, Bobby harus menghabiskan waktu tiga jam lebih.

Lain lagi cerita dari Hary Goeritno, Founder PT Nasional Entertainment Indonesia. Hary bercerita, ia mulai hobi bersepeda sejak 1991. Namun, setelah sempat absen 10 tahun, Hary kembali rajin menggoes sepeda tahun 2006.

Hingga saat ini, Hary memiliki empat sepeda mewah, salah satunya merek Merci. Keempat sepeda itu terdiri dari dua unit sepeda gunung, satu fixie, dan satu sepeda lipat.

Serupa dengan Bobby, Hary juga hobi mengayuh sepeda Merci untuk menerjang medan yang curam dan berombak. "Saya biasa memakai sepeda Merci untuk menembus kawasan-kawasan downhill," ujar Hary. Tetapi sekali seminggu Hary juga rajin mengayuh sepedanya ke kantor.

Untuk koleksi sepeda, Hary mengaku tidak perhitungan. Menurutnya, di antara semua koleksi, sepeda Merci yang seharga Rp 25 juta adalah yang termahal. "Saya beli karena suka," tuturnya. Sebentar lagi, Hary juga tengah menyiapkan bujet untuk memboyong sepeda Rp 40 juta.

Bisa dimodifikasi

Selain asyik mengendarai sepeda, umumnya para pehobi juga suka memodifikasi sepeda. Ario Soerjo, Manajer Umum PT Indomobil Sukses Internasional Tbk mengaku hobi memodifikasi sepeda yang tidak baru lagi. "Kalau sudah ada yang lebih bagus, kita harus upgrade," kata Ario.

Ario punya tiga sepeda fixie hasil rakitannya. Jangan tanya harganya. "Harga satu sepeda setara dengan satu motor baru," tutur kemenakan Soebronto Laras itu. Selain itu, Ario juga pernah merakit sepeda gunung merek Whyte. Agar tampil seperti sepeda balap, ia sengaja mendesain bagian depan dan belakang sepeda mirip dengan mobil Formula One. Harga sepeda ini menurutnya, setara dengan motor Ninja.

Hingga kini, Ario memiliki 11 unit sepeda terdiri dari sepeda gunung, sepeda lipat, fixie, sepeda balap, dan sepeda antik. Merek koleksinya pun beragam mulai dari Birdie asal Jerman, Superior produksi tahun 1980, dan sepeda balap merek Gazelle-Cinelli produksi 1978.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru