Hindari andropause: jaga pola hidup sehat dan rajin olahraga

Rabu, 01 Juni 2011 | 09:20 WIB Sumber: Harian KONTAN, 1 Juni 2011
Hindari andropause: jaga pola hidup sehat dan rajin olahraga

Han Hyo Joo ditawari peran drama Korea terbaru dari sutradara The World of The Married.


Hypogonadisme atau penurunan fungsi sistem reproduksi sampai di bawah nilai ambang fisiologis pada pria memang tak mungkin dihindari. Para pria pun harus bersiap diri menerima kenyataan jika suatu hari nanti mereka tak lagi merasa perkasa.

Namun, bukan berarti pria tidak dapat berbuat apa pun atas kenyataan itu. Menurut Boyke Dian Nugraha, Seksolog Pendiri Klinik Pasutri, mereka yang mengalami andropause bisa mengenali gejala atau tanda-tanda awal andropause. Dengan begitu, pria itu bisa segera menerima penanganan medis yang tepat.

Hypogonadisme terbagi dua, yakni primer dan sekunder. Tiap jenis hypogonadisme mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap kemunculan andropause.

Kemunculan andropause pada pria dengan hypogonadisme primer akan lebih cepat dibandingkan dengan pria dengan hypogonadisme sekunder. Penderita andropause sudah pasti akan mengalami penurunan produksi hormon androgen, yakni testosteron.

Namun, Anda perlu mengetahui jenis hormon testosteron yang akan menyusut jumlahnya itu. Sebagai hormon androgen, testosteron merupakan hormon seks steroid yang berperan penting dalam menentukan maskulinitas, hingga fertilitas pria.

Testosteron yang berperan dalam terjadinya andropause bukanlah testosteron total, melainkan dihydrotestosterone (DHT) atau testosteron bebas (free testosterone) dan bioactive testosterone. Alhasil, kadar testosteron total tidak dapat dijadikan parameter untuk mendiagnosa keluhan andropause.

Pada pria andropause memang sering ditemukan gejala berupa disfungsi ereksi. Ini terjadi karena jumlah hormon androgen yang dibutuhkan oleh susunan saraf untuk memproduksi neurotransmitter nitric oxyde synthase (NO-synthase), tak memadai.

Hal itu akan menghambat proses relaksasi sel-sel otot polos di dalam penis. Jika produksi NO-synthase kurang karena hormon androgen tidak memadai, maka proses pengaliran darah ke dalam penis tidak maksimal. "Inilah yang menyebabkan disfungsi ereksi," tandas Mulyadi Tedjapranata, Direktur Klinik Medizone, di Jakarta.

Kendati belum ada kesepakatan baku mengenai usia terjadinya andropause, gangguan hormon pada pria ini terjadi pada rentang usia 40 tahun hingga 60 tahun. Kebanyakan, andropause timbul pada usia sekitar 45,5 tahun.

Porsi penderita andropause usia 40 tahun-60 tahun mencapai 10% hingga 15%. Pada sebagian kecil kasus, ditemukan pria dengan gangguan andropause sejak berusia 30 tahun. "Jumlahnya sekitar 5%. Penyebabnya bisa bermacam-macam. Di antaranya, karena faktor pola hidup atau kelainan pada sistem reproduksi," terang Mulyadi.

Pada pria andropause usia dini, biasanya pada pemeriksaan sering ditemukan adanya kelainan pada testis, seperti testis yang mengecil seiring dengan usia. Karenanya, kaum pria disarankan agar pandai mengenali gejala awal andropause sejak dini.

Tapi, yang jauh lebih penting adalah menjaga pola hidup yang sehat. Boyke menyarankan, untuk menghindari andropause, ada baiknya Anda mulai menjalani pola hidup dan pola makan sehat sedari dini. Kebiasaan melek larut malam hingga mengonsumsi alkohol dan rokok, juga perlu ditinggalkan.

Boyke memberi alasan, kebiasaan buruk tersebut dapat mempengaruhi produksi hormon testosteron. Betul, mengubah pola hidup dan pola makan ke arah yang lebih sehat dan berkualitas memang bukan perkara mudah. Namun, hal itu merupakan faktor kunci bagi kaum pria untuk memperlambat kemunculan andropause dalam hidupnya.

Olahraga juga perlu dilakukan. Sebab, olahraga merupakan cara terbaik untuk mendapatkan keseimbangan fisik dan mental kita. Berjalan, golf, berenang, berlari, dan joging adalah olahraga yang baik karena tidak banyak menyebabkan peregangan otot.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru