Inilah alasan mengapa planet di Tata Surya mengorbit di bidang yang sama

Jumat, 24 September 2021 | 11:27 WIB Sumber: Live Science
Inilah alasan mengapa planet di Tata Surya mengorbit di bidang yang sama

ILUSTRASI. Inilah alasan mengapa planet di Tata Surya mengorbit di bidang yang sama


LUAR ANGKASA - Inilah alasan mengapa planet di tata surya mengorbit di bidang yang sama. Planet-planet yang berada di tata surya mengorbit di bidang yang sama, tempat dimana sebuah planet berasal.

Saat duduk di bangku SD, Anda mungkin pernah melihat model tata surya lengkap dengan lintasan masing-masing planet yang mengililingi matahari. Meski tak kasat mata, planet-planet yang ada di tata surya mengorbit di bidang yang sama, begitu pun dengan benda langit lainnya, seperti bulan dan asteroid.

Tetapi, apa alasan benda-benda langit tersebut mengorbit pada bidang yang sama?

Awal terbentuknya Tata Surya

ILUSTRASI: Sistem tata surya

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita membutuhkan mesin waktu menuju sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Mengutip dari Livescience, tata surya hanyalah awan debu dan gas besar yang berputar.

Demikian kata Nader Haghipour, seorang astronom dari University of Hawaii di Manoa, seperti yang dikutip dari Livescience.

Awan besar itu berukuran 12.000 unit astronomi (AU), 1 AU adalah jarak rata-rata antara Bumi dan matahari, yakni sekitar 93 juta mil (150 juta Km). Awan tersebut menjadi sangat besar, sehingga meskipun hanya diisi dengan debu dan molekul gas, awan tersebut mulai runtuh dan menyusut di bawah massanya sendiri, demikian kata Haghighipour.

Saat awan debu dan gas yang berputar mulai runtuh, runtuhannya juga merata. Layaknya seorang pembuat pizza yang melemparkan adonan berputar di udara. 

Adonan tersebut mengembang saat berputar, tetapi menjadi semakin tipis dan rata. Begitulah gambran yang terjadi pada tata surya paling awal.

Di tengah-tengh awan tersebut, semua molekul gas terhimpit begitu banyak, mereka memanas, kata Haghighipur. Di bawah pana dan tekanan yang luar biasa, atom hidrogen dan helium menyatu dan memulai reaksi nuklir miliaran tahun dalam bentuk bintang bayi yaitu matahari.

50 Juta tahun berikutnya, matahari terus tumbuh, sembari mengumpulkan gas dan debu dari sekitarnya dan mengeluarkan gelombang panas dan radiasi.

Baca Juga: Planet di tepi tata surya ini menjadi pengganti Pluto? Lebih besar dari Bumi

Seiring dengan tumbuhnya matahari, membersihkan ruang kosong yang ada di sekitarnya.

Dalam prosesnya yang begitu panjang, kemudian terbentuk piringan protoplanet, yang mengorbt bintang muda itu. Piringan tersebut membentang sepanjang ratusan AU dan tebalnya hanya sepersepuluh dari jarak tersebut. Piringan protoplanet terus beprutar-putar selama puluhan juta tahun.

Terkadang juga menabrak satu sama lain, bahkan beberapa diantaranya terjebak bersamaan. Dalam kurun waktu jutaan tahun, partikel-partikel tersebut menjadi butir-butir sepanjang milimeter, kemudian dari butir mejnadi kerikil sepanjang sentimeter, hingga dari kerikil tersebut bertabrakan dan saling menempel.

Dari situlah sebagian besar materi di piringan protoplanet saling menempel membentuk objek besar. Beberapa objek tersebut juga tumbuh begitu besar, sehingga gravitasi membentuknya menjadi planet bulat, planet kerdil, dan bulan.

Benda-benda lain yang tidak beraturan juga terbentuk, seperti aseteroid, komet dan beberapa bulan kecil.

Alasan mengapa planet di tata surya mengorbit di bidang yang sama

Setelah mengetahui proses awal terbentuknya tata surya hingga terciptanya planet dan benda-benda langit lainnya, alasan mengapa mereka mengorbit di bidang yang sama pun terungkap. Pada dasrnya, planet atau benda langit lainnya akan mengorbit di bidang yang sama, di tempat mereka berasal.

Bahkan hingga saat ini, Bumi, Mars, Jupiter, hingga planet lain atau bahkan asteroid tetap mengorbit di bidangnya masing-masing. 

Meski delapan planet dan benda langit lainnya di tata surya memiliki ukuran yang berbeda, mereka mengorbit pada tingkat yang kurang lebih sama.

Selanjutnya: Asteroid berukuran tiga kali lipat patung Liberty akan melintasi Bumi, berbahayakah?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Arif Budianto

Terbaru