SUMBER ENERGI -JAKARTA. Komisaris PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Ignatius Jonan nampaknya ikut tren global: menggunakan energi hijau.
Jonan, begitu komisaris Unilever (UNVR) biasa disapa baru saja mendapat penghargaan sebagai pelopor penggunaan pembangkit listri tenaga surya (PLTS) dari masyarakat energi terbarukan Indonesia dan Asosiasi PLTS bersama Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konversi Energi (Ditjen EBTK).
Dikutip dari Instragram resminya, Jonan memamerkan sertifikat hijau itu pada followernya yang mencapai 138 ribu itu.
“ Sesungguhnya negara Katulistiwa sangat diuntungkan untuk memanfaatkan energi bersih #cleanenergy yang berasal dari sinar surya, karena dari banyak pilihan energi bersih, sinar surya adalah yang paling terjangkau dan paling efisien dan sangat cepat pembangunannya serta mengurangi polusi dan meningkatkan kesehatan masyarakat,” ujar Jonan.
Dus, postingan Jonan yang juga mantan Menteri Energi Sumber Daya Ala mini langsung mendapat reaksi riuh dari para pengikutnya, termasuk dari Ditjen EBTK.
Tanggapan terbanyak atas postingan Jonan adalah pertanyaan biaya pemasangan, ada juga yang menyebut masih mahalnya biaya pemasangan energy surya untuk rumah tangga, cara pengeloaan, sampai pertanyaan kemana jika ingin memasangnya.
Salah satunya datang dari Singgih Purnomo:
Biarpun bagus, manfaatnya banyak, umurnya panjang, kalo harga unit pemasangannya mahal, nggak kebeli. Akhirnya cuma angan2 saja.
Ada juga dari Ronaldekaputra yang menyebut kalau ia pernah menanyakan pemasangan PLTS.
Untuk 3500 MW saja bisa Rp 65 juta untuk satu set inverter dll. Ini masih mahal
Ada juga postingan dari Cpungkas yang menanyakan apakah untuk SLO PLTS 2 Kwp untuk perumahan bisa diurus sendiri.
Namun ada juga mengusulkan agar pemerintah ikut mendorong harga PLST terjangkau, termasuk bagi masyarakat kelas menengah bawah.
Dengan sinar matahari, di Jakarta semisal, rata-rata selama 12 jam penuh matahari bersinar, kata akun giglinibag ini bisa dimanfaatkan sebagai simpanan energi yang besar.
Di Jeman udh ada teknologi baru bagaimana menyimpan energi surya dalam jumlah besar (kalau battery kan ga bisa simpan banyak), supaya bisa dipakai pada saat tdk ada sinar matahari.
Dari aneka pertanyaan dan peryataan para pengikut Jonan, Ditjen EBTKE mencoba menjawabnya, meski terbilang singkat. Yakni: pemasangan on grid 1 KWp bisa dari Rp 20 juta sampai Rp 30 juta.
“Kalau off grid jg bisa dicicil dari 250 wP dulu gak usah langsung besar-besar,”
Adapun Jonan menyebut biaya pemasangan PLTS atap dengan daya 1.000 watt saat peak, "Mungkin seharga motor bebek sederhana," sebut Jonan.
Dari riset yang dilakukan KONTAN, saat ini pemasangan solar panel atas PLTS di atap dengan kapasitas 2Kwp (2200 VA) dengan pembelian sistem grid tie Exim tanpa baterai berkisar Rp 39 jutaan
Hal ini penting karena sistem panel surya grid tie membutuhkan sinkronasi daya listrik PLN sebagai pemicu sistem bekerja. Dengan kata lain, sistem hanya berfungsi jika listrik PLN ada.
Adapun sistem Grid Tie dengan Exim dengan baterai untuk 2200 va biayanya kurang lebih sama Rp 39 jutaan. Hanya saja, ada penambaan biaya senilai Rp 5 juta untuk produk baterai dan inverter charger per setiap jam kebutuhan cadangan daya.
Pilihan lainnya adalah panel surya hybrd. Salah satu kelebihan dengan panel ini adalah mampu bekerja bersama dengan PLN atau pembangkit lain, serta tanpa PLN. Artinya bisa mandiri meski listrik padam.
Untuk 2000 VA atas listrik yang dihasilkan, biayanya Rp 90 juta sampai 100 juta.
Bagaimana tertarik? Klaim para vendor, dengan panel surya biaya berlangganan listrik terpangkas sampai 45% serta biaya investasi atas pemasangan listrik akan kembali dalam 8 tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News