Jangan buat nyawa mubazir gara-gara abai kualitas air

Kamis, 15 September 2011 | 08:07 WIB Sumber: Harian KONTAN, 13 September 2011
Jangan buat nyawa mubazir gara-gara abai kualitas air

ILUSTRASI. Emas batangan


Jangan sepelekan kebersihan lingkungan rumah, terutama air. Apalagi jika Anda memiliki anak umur balita (bawah lima tahun).
Berat badan Rani Ismiyanti (1,5) merosot drastis. Dalam lima hari, putri Rachmanto (42), yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga alih daya pada sebuah bank di Jakarta, ini turun dari 11 kilogram (kg) menjadi 7 kg saja. Dokter di puskesmas menyatakan, Rani terkena muntaber (muntah berak).

Baru ketahuan, lingkungan tempat tinggal Rachmanto tak jauh dari tempat pembuangan sampah di kawasan Kelapa Dua, Kebon Jeruk. Lebih parah lagi, tempat pembuangan di bantaran sungai itu sekali hujan turun, air akan meluap dan membuat lingkungan rumah Rachmanto banjir.

Tak hanya di Jakarta, masalah air bersih juga menimpa daerah-daerah. Tak sedikit balita terkena diare dan muntaber. Penyebab utamanya, virus yang mudah menular karena kualitas air bersih, serta kebersihan makanan dan lingkungan kurang diperhatikan.

Belum lama, di Situbondo, Jawa Timur, misalnya. Sebanyak 80% penderita muntaber dan diare adalah balita. Selain air, kondisi cuaca seperti hujan juga sangat memudahkan virus cepat menular. Lebih mengenaskan lagi yang terjadi di Atambua, Nusa Tenggara Timur. Seorang bayi berumur dua minggu meninggal gara-gara masalah air bersih dan kebersihan lingkungan yang kelihatannya sepele ini.

Suhanto Kasmali, Kepala Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Mediros, Jakarta, berujar, cara penanganan pertama pada anak penderita diare adalah minum oralit dan segera dibawa ke dokter terdekat. "Sebab, anak paling rentan daya tahan tubuhnya. Jika tak cepat, bisa dehidrasi fatal," tuturnya.

Air bersih ada syaratnya

Nah, apakah yang disebut air bersih itu? Air bersih ada dua jenis, yaitu air layak konsumsi dan air penunjang aktivitas sehari-hari, seperti mandi, cuci, dan kakus (MCK). Standar air layak konsumsi wajib memenuhi syarat fisik, kimiawi, dan mikrobiologi.

Syarat fisik, air haruslah bersih, tidak keruh maupun berwarna. Air tidak mengeluarkan bau atau mengandung rasa. Air sebaiknya berada pada suhu yang sejuk, yakni 10-25 derajat Celcius. Air juga tidak meninggalkan endapan saat ditempatkan. Syarat kimiawi, air tak boleh mengandung bahan kimia yang mengandung racun. Air yang baik mengandung yodium dan memiliki kadar pH antara 6,5 hingga 9,2.

Terkait syarat mikrobiologi, air tidak mengandung kuman atau bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. "Memang susah mencirikan air bersih yang layak diminum," papar Mulyadi Tedjapranata, Direktur Klinik Medizone, Jakarta.

Yang jelas, lanjut Mulyadi, kriteria air bersih untuk diminum adalah tidak bau, keruh, berwarna, serta memiliki rasa yang aneh.Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan, 3.800 anak per hari meninggal karena hidup tanpa pasokan air bersih. Lebih buruknya lagi, kata Mulyadi, penduduk Indonesia yang memiliki akses air bersih baru mencapai 20%. Sementara, sisa 80% mengonsumsi air yang tak layak pakai untuk kesehatan. Menurut data Kementerian Kesehatan, dari 5.798 kasus diare, sekitar 94 orang meninggal meninggal dunia.

Selain penyakit kulit, beberapa penyakit yang menghantui orang yang mengonsumsi air tidak layak adalah kolera, hepatitis, polymearitis, typoid, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari

Terbaru