INDUSTRI KREATIF -JAKARTA. Pandemi Covid-19 membuat industri parawisata dan ekonomi kreatif menjadi salah satu industri yang tertohok paling dalam. Industri ini nyaris berhenti gerak, meski kini perlahan bangkit dengan konsep daring alias virtual.
Ini juga yang hendak dibangkitkan dalam pagelaran Jazz Gunung Indonesia pada tanggal 12 Desember mendatang. Dengan konsep hybrid, Jazz Gunung Indonesia akan menggabungkan dua event besar sekaligus yakni Jazz Gunung Bromo dan Jazz Gunung Ijen.
Tak hanya itu saja, gelaran acara ini memadukan unsur virtual sekaligus tatap muka alias live on location di dua tempat berbeda.
"Kami memberanikan diri, pada 12 Desember nanti kami akan mengusung pertunjukan kombinasi hybrid, yakni antara penyelenggaraan di lokasi Banyuwangi dan secara virtual dari Yogyakarta,” ujar ungkap Sigit Pramono, Penggagas Jazz Gunung Indonesia dalam talkshow Konser Musik di Masa Pandemi yang digelar secara virtual pekan lalu.
Baca Juga: Road to Jazz Gunung Series, konser virtual digelar akhir pekan ini
Konser Jazz Gunung Bromo virtual akan menghadirkan Ring of Fire feat Tashoora, Tohpati, dan Ricad Hutapea. Sementara, Jazz Gunung Ijen yang diselenggarakan di Banyuwangi menghadirkan Bintang Indrianto feat Sruti Respati, serta Sri Hanuraga Trio feat Dira Suga
Sigit bilang, pandemi Covid-19 tak boleh membuat industri kreatif terhenti. Di tengah pandemi, konser jazz gunung tak bisa diselenggaran seperti biasanya yakni secara terbuka. “Kali ini, kami menggelar konser virtal sekaligus live on location,” ujar Sigit.
Gelaran live on location atau tatap muka dilakukan dengan protokol kesehatan ketat. Makanya, dalam ajang gelaran Jazz Gunung 2020 ini, Sigit menggandeng Gerakan Pakai Masker. Gerakan yang diinisia kalangan perbankan, pebisnis, penggiat sosial untuk menahan penyebaran Covid-19 dengan menggunakan masker dalam aktivitas.
Sigit berharap, penyelenggaraan Jazz Gunung dinilai sebagai simbol kebangkitan pariwisata Indonesia sekaligus kebangkitan perekonomian nasional.
Sigit yakin, sektor pariwisata dan ekonomi kreatif akan mulai bangkit, seiring masyarakat berani melakukan perjalanan wisata, termasuk menonton konser musik di ruang terbuka. Tentu saja, ini harus dibarengi dengan kesadaran tinggi untuk menggunakan masker, menjaga jarak sekaligus mencuci tangan.
Baca Juga: Menpar: Banyuwangi bisa jadi destinasi wisata kelas dunia
Menteri Pariwisata dan Industri Kreatif Wishutama (Kemenparekraf) mendukung penyelengaran acara Jazz Gunung 2020 . " Inisiatif penyelenggaraan acara secara hybrid menurut saya luar biasa dan sangat saya hargai. Karena, ini bukan hanya membantu dari segi ekonomi tapi memberikan semangat, memberikan hopes untuk bangkit," ujar Wishnutama.
Gelaran Jazz Gunung yang dilakukan hybrid yang memadukan acara live dan virtual bisa menjadi alternatif di tengah pandemi Covid-19. “Ini bisa menjadi solusi, tak bisa selamanya, tapi pertunjukan hybrid bisa menjadi alternatif sehingga kelak bisa kembali beraktivitas secara normal,” ujar dia.
Kata Wishnutama, Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif telah membuat berbagai macam panduan dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk seni pertunjukan ada panduannya yang bisa menjadi panduan untuk menyelenggarakan event ke depan," paparnya.
Acara ini diharapkan bisa menjadi momentum awal kebangkitan musik Indonesia meski ada pandemi. Para artis, pekerja seni, termasuk sektor pendukung seperti teknisi, sound engineering, dan pekerja lain akan tampil dan bekerja kembali setelah hampir setahun terpuruk karena pandemi.
"Penyelenggaraan Jazz Gunung Ijen 2020 ini, kami sekali lagi ingin menegaskan bahwa ini akan menjadi semacam showcase, kolaborasi pemerintah dan kelompok masyarakat mampu menyelenggarakan konser di tengah pandemi dengan protokol yang sangat ketat," ucap Sigit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News