Menpar: Banyuwangi bisa jadi destinasi wisata kelas dunia

Senin, 22 Oktober 2018 | 10:33 WIB   Reporter: Jane Aprilyani
Menpar: Banyuwangi bisa jadi destinasi wisata kelas dunia

ILUSTRASI. Banyuwangi Ethno Carnival 2018


WISATA - JAKARTA. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya meyakini Banyuwangi bisa menjadi destinasi kelas dunia. Pasalnya, selain banyak destinasi baru di kota daerah tersebut, Banyuwangi juga sudah memiliki puluhan hotel dan ratusan homestay.

Arief juga memuji Taman Gandrung Terakota (TGT), yakni taman yang berisi ratusan patung penari gandrung di lahan persawahan terasering di kaki Gunung Ijen. Selain melengkapi atraksi di Banyuwangi, TGT juga menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten berjuluk Sunrise of Java itu.

“Luar biasa keren. Kalo Banyuwangi ingin menjadi destinasi kelas dunia harus punya 3A (atraksi, amentias dan aksestabilitas) TGT lanskapnya oke, amphitheaternya keren, terakotanya juga bagus,” ujar Arief dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Senin (22/10).

Ia juga mengatakan, di sisi aksestabilitas, Bandara Banyuwangi harus menjadi bandara internasional. "Atau harapnnya tahun ini ada penerbangan langsung dari luar negeri ke Banyuwangi. Komitmen kepala daerah di sini dibutuhkan. Banyuwangi itu pendapatan perkapitanya lebih besar nomor dua di Jawa Timur,” kata dia. 

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sangat antusias dengan tumbuhnya destinasi baru di Banyuwangi itu. "Kami sangat bangga dengan antusiasme berbagai pihak untuk terus mengembangkan Banyuwangi. Ini dibangun tanpa APBD, melainkan oleh swasta yang punya kepedulian terhadap seni-budaya Banyuwangi," kata Anas.

Sekedar informasi saja, Taman Gandrung Terakota terinspirasi dari Terracotta Warrior and Horses di Tiongkok yang dibangun pada masa Kaisar Qin Shi Huang (259-210 SM). Penataannya melibatkan kurator seni rupa dari Galeri Nasional Indonesia sekaligus dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dr Suwarno Wisetrotomo. 

Taman Gandrung Terakota tidak hanya menyajikan deretan patung-patung penari gandrung tapi juga bukit hijau dan hamparan sawah, para petani yang membajak sawah, kebun kopi, pohon durian, beraneka jenis bambu, dan tanaman endemik setempat. 

Di tengah hamparan tersebut ditemukan amfiteater terbuka untuk pertunjukan kesenian berjadwal dan perhelatan musik jazz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti
Terbaru