FASHION - JAKARTA. Di tengah hiruk-pikuk Jakarta Utara, JJC Rumah Jahit berdiri sebagai oase kreativitas yang mengusung keindahan tenun Troso, Jepara. Jihan Astriningtrias (24), pemilik JJC Rumah Jahit, usaha ini tak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menghadirkan inovasi dalam dunia fashion. Berawal dari usaha kecil ibunya sejak 20 tahun lalu, JJC Rumah Jahit telah menjelma menjadi merek yang dikenal akan desain tenun unik dan komitmen pada keberlanjutan.
JJC Rumah Jahit bermula sebagai JJ Collection, usaha jahit custom yang didirikan ibu Jihan pada 2003. Berfokus pada busana muslim untuk pelanggan setia berusia 40 tahun ke atas, usaha ini awalnya hanya menerima pesanan tanpa stok ready-to-wear. Namun, saat Jihan mengambil alih, ia membawa angin segar dengan rebranding pada 2023 menjadi JJC Rumah Jahit. Nama “JJC” sendiri diambil dari inisial Jihan, mencerminkan sentuhan personal dalam setiap karya.
Kini, JJC Rumah Jahit mengkhususkan diri pada tenun Troso, Jepara, yang diproduksi dengan alat tenun bukan mesin (ATBM). Sebagai putri asli Jepara, Jihan memanfaatkan koneksi keluarganya di desa Troso, tempat mayoritas penduduk adalah penenun. “Kita ingin mengangkat perekonomian tetangga kita di Jepara,” ujar Jihan. Selain melestarikan tradisi, usaha ini juga menjadi jembatan antara pengrajin lokal dan pasar modern.
Pandemi menjadi titik terendah bagi JJC, dengan omset anjlok drastis karena minimnya pembeli. “Satu tahun itu bener-bener nggak ada yang datang beli baju,” kenang Jihan.
Baca Juga: Targetkan Penjualan Lebih dari 5 Kali Lipat, Zalora Luncurkan Zaloraya 2025
Namun, setelah lulus kuliah dan bekerja sebagai wartawan di majalah Gatra, Jihan memutuskan untuk menghidupkan kembali usaha keluarga. Rebranding pada 2023 menjadi langkah besar, diikuti partisipasi aktif dalam bazaar, pameran, dan program binaan seperti Jakarta Entrepreneur, Rumah BUMN, dan Jawara Bank Indonesia.
Bergabungnya dalam komunitas seperti Indonesia Fashion Chamber Community dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jakarta membuka relasi dan ilmu baru, membantu JJC bangkit dari keterpurukan. Hasilnya, dalam setahun pasca-rebranding, JJC mencatat penjualan rata-rata Rp 400 juta per tahun, atau sekitar Rp 33 juta per bulan.
“Belum sepenuhnya maju, tapi setiap hari ada kemajuan,” kata Jihan optimistis.
Keikutsertaan dalam fashion show, seperti di Gone North Festival dan kolaborasi dengan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) dan Puteri Remaja Jakarta, juga memperluas jangkauan merek ini.
Baca Juga: Tampilkan Koleksi Terbaru, Isshu Sebut Jakarta Fashion Week Ajang Penting Fesyen
Keunikan JJC Rumah Jahit
Apa yang membedakan JJC Rumah Jahit dari yang lain? Pertama, desainnya yang tak biasa. Jihan mendesain sendiri setiap produk, mengubah tenun Troso menjadi blazer, dress, hingga overall—model yang jarang ditemui pada tenun konvensional.
Setiap produk dibuat dalam edisi terbatas, hanya 12 potong per model, menjamin eksklusivitas bagi pelanggan.
Kedua, JJC berkomitmen pada keberlanjutan dengan memanfaatkan limbah kain. Sisa tenun diubah menjadi hiasan, kancing, hingga aksesori seperti obi (ikat pinggang) dan gantungan kunci. Produk berbahan limbah ini, seperti dress tenun polos dengan bordir limbah, menjadi bestseller selama Ramadan di berbagai event, termasuk di Hotel Discovery Ancol dan Gajah Mada Plaza. “Ini jadi unique selling point, karena limbah punya cerita,” ungkap Jihan.
Ketiga, kualitas tenun JJC dijamin melalui proses quality control (QC) ketat, termasuk pencucian dua kali untuk mencegah penyusutan dan penggunaan lapisan Trikot sutra agar serat tak mudah terurai. Jihan juga mengedukasi pelanggan tentang perawatan tenun, seperti merendam dengan garam atau mencuci dengan sampo untuk menjaga warna. “Kita pastikan produk ready-to-wear dan tahan lama,” tambahnya.
Menatap Masa Depan
Dengan butik tunggal di Jakarta Utara, Jihan bermimpi membawa JJC go international, sejalan dengan visi UMKM Indonesia untuk naik kelas. Jangka pendek, ia ingin produknya masuk department store seperti Sogo atau Matahari, bahkan membuka butik di pusat kota. “Tenun harus setara dengan batik, dikenal luas, bukan cuma di kalangan tertentu,” harapnya.
Melalui desain inovatif, komitmen pada keberlanjutan, dan semangat melestarikan budaya Jepara, JJC Rumah Jahit tak hanya menenun kain, tetapi juga impian. “Inovasi adalah kunci. Kita nggak bisa stagnan,” tegas Jihan, siap membawa tenun Troso ke panggung yang lebih besar.
Baca Juga: Sukses Sebelum Usia 30, KHDJH Bangun Bisnis Fashion Muslim Lokal Bersama Shopee
Selanjutnya: Bangkit Pasca Pandemi, BTPN Syariah (BTPS) Siap Luncurkan Bisnis Baru
Menarik Dibaca: PCP Tower SCBD Terima Sertifikasi ISO, Perkuat Posisi Gedung Bertanggungjawab
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News