Kajian Ilmiah Terkait Tembakau Alternatif Masih Minim

Selasa, 18 April 2023 | 12:22 WIB   Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk
 Kajian Ilmiah Terkait Tembakau Alternatif Masih Minim

ILUSTRASI. KONTAN/Baihaki


TEMBAKAU - JAKARTA. Industri vape atau rokok elektrik (REL) makin menjamur menyusul adanya peralihan tren konsumsi produk hasil tembakau oleh masyarakat, terutama kalangan pemuda.

Namun, belakangan muncul kampanye yang mengkritisi aspek medis dari konsumsi rokok elektrik itu. Namun, belum ada dasar yang kuat untuk dijadikan pijakan secara akademis sebagai dasar dari kampanye negatif itu.

Direktur Program Institute of Development on Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti mengatakan penyebarlusan informasi tentang risiko dan manfaat produk tembakau alternatif idealnya berbasis pada fakta ilmiah.

"Memang riset penggunaan tembakau alternatif di Indonesia masih sangat kurang, terutama riset dari aspek kesehatan. Di negara lain sudah banyak riset tembakau alternatif terutama dari sisi kesehatan yang menyatakan orang yang merokok menggunakan vape lebih sedikit resikonya sehingga digunakan sebagai alternatif bagi orang yg mau berhenti merokok," kata dia, Senin (17/4).

Esther menambahkan, masyarakat juga membutuhkan edukasi dan informasi mengenai produk tembakau alternatif tersebut. Namun, hal yang penting dalam konteks ini adalah keterbukaan dan keilmiahan data.

Apalagi, produk tembakau alternatif seperti vape memiliki karakteristik  yang berbeda dibandingkan dengan produk hasil tembakau konvensional yang telah banyak dikonsumsi masyarakat. Salah satunya tidak adanya kandungan Tar dalam rokok alternatif.

"Harus banyak riset manfaat merokok dengan tembakau alternatif dari sisi kesehatan. Ada profesor Unpad, temuan risetnya tembakau alternatif bisa mengurangi kerusakan gigi. Tetapi riset semacam itu masih sangat jarang," ujarnya.

Sementara berdasarkan penelitian yang dilakukan Otoritas Kesehatan Inggris, risiko konsumsi rokok elektrik jauh lebih ramah bagi kesehatan dibandingkan dengan produk tembakau konvensional.

Negara tersebut bahkan menggulirkan program 1 juta vape, yakni memfasilitasi peralihan konsumsi dari rokok konvensional ke rokok elektrik.  Tujuan dari program ini adalah untuk menjadikan vape sebagai alat strategis agar masyarakat dewasa mampu berhenti mengonsumsi rokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dina Hutauruk

Terbaru