Jika ingin menyantap ikan bakar yang benar-benar lezat, datanglah ke pantai. Orang tepi laut yang paling tahu cara membakar ikan. Begitu kata banyak orang.
Saran itu perlu diingat bagi siapa saja yang sedang bertandang ke Jepara, Jawa Tengah.
Dari sekian banyak lokasi makan yang menawarkan santapan laut menawan di seputar Jepara, tersebutlah nama Ikan Bakar Mak Gipah. Kedai ini berlokasi di kawasan pantai wisata Bandengan. Tapi, warung ini tidak berada di area wisata yang dikelola pemerintah daerah.
Kedai ikan bakar Mak Gipah berpenampilan sangat sederhana: sebuah rumah berdinding papan. Di depannya ada beberapa saung tua. Salah satunya menyediakan meja makan panjang. Saung lain hanya berupa balai-balai beralas karpet plastik, tempat Anda nanti menggerogoti ikan sembari lesehan.
Anda ke sini bukan untuk mencari suasana senyaman halaman belakang resort pantai, lo, ya. Tapi, jika sebagai pecinta ikan bakar sejati, dijamin Anda akan menikmati santapan yang lebih lezat dari kebanyakan sajian resort mewah sekali pun.
Sebelum memesan, Anda bisa memilih sendiri ikan yang bakal disantap. Di dapur, beberapa cool box berisi ikan segar beku boleh Anda ubek-ubek. Bu Gipah dan sanak famili yang mengelola kedai ini menyediakan beberapa jenis ikan laut, antara lain ikan patikoli, kakap merah, dan ikan dorang.
Belum akrab dengan nama patikoli? Konon ikan ini hanya hidup di laut sekitar Kepulauan Karimun Jawa. “Ini ikan yang paling banyak dipesan pelanggan untuk dibakar,” kata Romli, salah seorang putra Ibu Mugipah yang turut mengelola warung makan ini. So, jangan ragu ikut-ikutan menjajal kelezatan patikoli bakar di sini!
Sebagian pelanggan punya kebiasaan unik. Mereka meminta kepala ikan dimasak terpisah sebagai pindang serani. Pindang serani adalah semacam sup ikan berkuah bening. Lagi-lagi, tak ada ruginya menyontek jurus cerdik mereka, bukan?
Setelah menjatuhkan vonis atas ikan pilihan Anda, silakan pilih tempat yang masih tersedia. Dari saung-saung sederhana yang ada di sini, Anda bisa leluasa memandang biru laut Jawa.
Anda mesti super sabar menanti patikoli bakar terhidang. Jajan ikan bakar, mana ada yang bisa ditunggu dalam sekejap? Apalagi, protokol membakar ikan di sini berbeda dengan kebanyakan penjaja ikan bakar yang lain.
Menurut Rajimin, sang pendiri sekaligus pemilik kedai ikan bakar ini, kunci keistimewaan sajiannya ada pada bahan yang dipakai untuk membakar ikan. “Bukan kayu, bukan arang. Kami pakai batok kelapa,” katanya.
Durasi penantian Anda terasa lama karena tukang bakar di kedai ini tak mengizinkan api menyala dari batok kelapa. ”Yang dipakai asapnya,” sambung Rajimin.
Tentu butuh waktu lebih lama bagi asap si batok kelapa untuk mematangkan patikoli Anda.
Rasa kedalaman laut
Karena kelaparan menanti, bisa jadi Anda teringat pada pepatah “bumbu terbaik adalah rasa lapar”. Keraguan itu mungkin menguat ketika pesanan Anda terhidang di hadapan.
Tak ada tampilan yang istimewa.
Tiada garnis cantik menghiasi piring saji di depan Anda. Mereka menaruh begitu saja patikoli bakar di atas sebuah piring ukuran besar. Lalapan timun dan daun kemangi juga tampil apa adanya di atas piring keramik lama.
Begitu pula dengan sambal terasi dan sambal kecapnya. Bahkan, pindang serani pesanan Anda terhidang bersama panci enamel putih yang mewadahinya.
Ah, sudahlah, lapar tak butuh pernak-pernik hiasan, bukan?
Comotlah sepotong daging patikoli yang harum mewangi. Lupakan pasangan sambal yang menyertai, agar lidah Anda bisa memerawani tanpa bias rasa manis dan pedas.
Sekejap kemudian, Anda pasti setuju bahwa Mak Gipah memang bukan tergolong kedai ikan bakar biasa!
Kecuali garnis yang minimalis, patikoli bakar pesanan Anda jelas memenuhi syarat layak hidang ala celebrity chef Gordon Ramsay sekali pun. Daging ikan yang tetap lembab meski bermenit-menit terpanggang di atas pembakaran, masih setia menyimpan rasa “manis laut” untuk Anda.
Rupanya Rajimin paham benar bahwa tak sepantasnya keaslian citarasa dari kedalaman laut Karimun disamarkan oleh baluran bumbu bakar nan tebal. “Kami hanya mengolesnya dengan campuran bawang putih, kunyit, dan garam,” tuturnya.
Olesan bumbu bakar nan tipis itu cukup untuk menemani kulit si patikoli tampil kering keemasan, tanpa menyebabkan daging di dalamnya membal kematangan.
Resapi potongan demi potongan. Setelah puas menikmati ledakan rasa dari setiap kunyahan, silakan kalau mau mencoba paduan rasa jika para sambal ikut dilibatkan. Anda juga akan menyimpulkan Mak Gipah bukan cuma jago membakar ikan, tapi juga lihai meracik sambal. Uji saja sendiri.
Tuntaskan kepuasan Anda dengan menyeruput kuah pindang serani kepala patikoli. Tom yam ala pantai utara Jawa ini berkuah bening kekuningan. Rasa sedikit getir kunyit berpadu serasi dengan rasa asam tomat, gurih daun salam, pedas sereh, dan rasa hangat lengkuas; menjadi pengantar ideal keratan daging yang terselip di sela-sela tulang kepala. Sedap!
Setelah mencecap segala kenikmatan itu, sebagai pecandu ikan bakar sejati Anda akan menyimpulkan bahwa harga Rp 120.000 pantas disematkan untuk menebus setiap kilogram patikoli bakar yang telah Anda nikmati bersama sambal, lalapan, dan nasi.
Kalau pun Anda “hanya” pemangsa seafood kebanyakan, Mak Gipah juga siap memasak udang, cumi, dan kepiting dengan jenis masakan yang lazim kita temui di tempat lain.
Peta Lokasi: Silakan klik di sini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News