Rabies
Penyakit rabies adalah penyakit zoonis pada kucing tak hanya membahayakan kucing, tetapi juga bisa menular dan berakibat fatal bagi manusia. Kucing yang terinfeksi rabies setelah 2 bulan, akan menyebabkan gejala-gejala yang parah, disorientasi, dan kematian yang berlangsung dengan cepat.
Vaksin rabies sebenarnya tidak termasuk dalam vaksin dasar atau vaksin inti, tetapi vaksin ini diwajibkan oleh undang-undang di sebagian besar wilayah karena pernah menimbulkan wabah besar. Di Indonesia, wabah rabies pernah menyerang di sekitar tahun 1977-1978 dengan 142 kasus dan tahun 1979-1983 dengan 298 kasus.
Baca Juga: Kucing piaraan selalu lapar dan minta makan, tahukah Anda kenapa?
Vaksin Non-Inti
Vaksin non-inti adalah vaksin tambahan yang diberikan kepada kucing untuk beberapa alasan dan sesuai dengan petunjuk dokter. Vaksin ini meliputi:
-Vaksin klamidia, untuk mencegah bakteri yang menyebabkan konjungtivitis pada kucing serta infeksi saluran pernapasan atas.
-Vaksin Feline Leukemia (FeLV), untuk mencegah penyakit serius yang belum ada obatnya. Biasanya diberikan kepada kucing yang sering menghabiskan waktunya di luar rumah.
-Vaksin Bordetella, bertujuan untuk mencegah infeksi bakteri yang menyerang pernapasan atas yang menyebabkan kucing bersin dan belekan.
-Vaksin FIV, untuk meminimalisir munculnya penyakit yang berhubungan dengan immunidefisiensi,
-Vaksin FIP, untuk mencegah mutasi virus corona pada kucing. Virus ini sebenarnya tidak berbahaya bagi manusia, tetapi dapat menular ke sesama kucing.
-Vaksin Dermatofitosis, yakni untuk mencegah infeksi jamur yang mengakibatkan kerontokan bulu serta peradangan kulit. Infeksi ini dapat menular ke manusia yang melakukan kontak langsung di area yang terkena infeksi.
Selanjutnya: Begini Cara Atasi Cacingan pada Kucing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News