Kuliner Indonesia enggak ribet

Selasa, 15 Maret 2016 | 14:04 WIB   Reporter: Melati Amaya Dori
Kuliner Indonesia enggak ribet


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang digagas sejak lama akhirnya kini mulai berjalan. Tetapi, rupanya tidak semua orang menyambut gembira berlakunya era perdagangan bebas di ASEAN ini.

Coba tanya saja Cynthia Lamusu. Penyanyi wanita ini justru merasa sedih dan khawatir melihat berlakunya MEA. 

Lo, kenapa begitu? Menurut Cynthia, berjalannya MEA sangat berpengaruh ke industri kuliner Indonesia. Maklum saja, selain berprofesi sebagai penyanyi, anggota kelompok vokal B3 ini juga menjalani profesi sebagai pemilik usaha katering online yang bernama Nasi Kepel Mama Thia.

Cynthia bilang, dengan semakin terbukanya pasar kuliner dalam negeri, maka akan semakin banyak makanan asing yang masuk. Bahkan serbuan makanan asing ini sudah terasa sebelum MEA berlangsung. Hal inilah yang membuat ia merasa sedih.

Cynthia berkisah, selama hampir setahun terakhir rajin mengikuti pameran-pameran kuliner, namun ia kerap menemukan peserta pameran kuliner kebanyakan menampilkan makanan yang bukan berasal dari Indonesia. 

"Saya lihat sekitar 60% peserta pasti menjajakan makanan asing," kisah istri dari aktor Surya Saputra ini. Peserta pameran kebanyakan lebih memilih menjajakan makanan dari Jepang, Korea atau Thailand. Padahal, sebagian besar pameran yang diikuti Cynthia adalah pameran skala nasional. 

Inovasi kemasan

Melihat banyak pengusaha kuliner lebih doyan menjajakan panganan dari luar negeri membuat Thia, panggilan akrab Cynthia, merasa tertantang untuk lebih mempopulerkan makanan Indonesia. Karena itu, ia berniat melebarkan bisnis kuliner katering online miliknya.

Katering online yang didirikan Thia ini memang menjajakan makanan asli Indonesia sebagai menu utama. Masakan yang dijajakan oleh Thia merupakan perpaduan dari kuliner Sulawesi, Jawa dan Betawi.

Menurut analisa wanita yang merayakan ulang tahun setiap 12 April ini, salah satu kelemahan produk kuliner dalam negeri adalah kebanyakan belum dikemas, di-branding dan dipromosikan dengan gaya yang mudah dikenal. Padahal, soal citarasa, masakan Indonesia justru sangat kaya.

Karena itu, kini Thia mencoba berinovasi dengan produk lauk kemasan, atau menurut bahasa kerennya Thia, produk lauk on-the-go. Dengan memberi kemasan, maka pecinta kuliner asli Indonesia bisa dengan mudah membawa makanan Indonesia kesukaannya. "Pokoknya bagaimana agar orang melihat bahwa enggak semua kuliner Indonesia itu ribet bawanya," tegas Thia.

Wanita berdarah Makassar ini juga memiliki cita-cita makanan asli Indonesia bisa disukai di dalam dan di luar negeri, baik melalui konsep restoran, warung makan, truk makanan (food truck) maupun kedai kecil. Karena itu, kini ia juga melakukan ekspansi dengan membuka Nasi Kepal Mama Thia versi food truck.

Usaha Thia mempopulerkan makanan Indonesia ini rupanya tidak sia-sia. Pemerintah Indonesia pun mengakui kerja keras Thia memperkenalkan kuliner Indonesia. Pertengahan tahun lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pernah memanggil wanita berusia 37 tahun ini untuk meminta pendapat dan urun rembuk dari Thia, dalam rangka program pengembangan kuliner Indonesia.

Lalu, bagaimana pendapat Thia soal berjalannya MEA tahun ini? Meski sedih dan khawatir, wanita kelahiran Jakarta ini menilai berlakunya MEA juga bisa menjadi sebuah peluang bagi pengusaha kuliner dalam negeri. 

Menurut pendapat Thia, momen Masyarakat Ekonomi ASEAN ini merupakan saat yang tepat bagi pelaku kuliner Indonesia untuk berbenah dan mengubah sudut pandang dari domestik menjadi global. Dengan demikian, pebisnis kuliner yang menjajakan menu-menu asli Indonesia bisa tetap bertahan.

Semoga semangat Thia bisa menular ke pebisnis kuliner dalam negeri lainnya, ya! 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru