Laptop Android, Murah Harganya dan Bisa Dibawa Kemana Saja

Sabtu, 06 Juni 2009 | 00:28 WIB   Reporter: Markus Sumartomdjon, Yudo Widiyanto,

android_kontan_panji-indra_120109-editHARGA KOMPUTER jinjing terus melorot. Bandingkan saja, dengan spesifikasi tertentu, harga sebuah laptop bisa di kisaran Rp 5 juta. Bahkan, untuk produk lokal, bisa di bawah harga itu. Namun, kalau harga segitu masih mahal, tenang saja, Juli nanti bakal muncul laptop jenis netbook yang bisa kita tebus lebih murah lagi, yakni Alpha 680. Bayangkan, harga netbook ini hanya di kisaran US$ 250 atawa Rp 2,5 juta saja. Soal kinerja, Alpha 680 memang masih sedikit di bawah kinerja laptop kecil seharga Rp 5 jutaan. Otak netbook berlayar 7 inci ini memakai ARM 11 CPU 533 MHz dan kapasitas memori 128 megabyte (Mb). Sedangkan gudang data internal cuma sanggup menyimpan hingga 1 Gb. Namun, untuk koneksi, netbook ini terbilang lumayan. Setidaknya, penggunanya bisa berselancar di area hot spot dengan kekuatan koneksi 3 G. Lantas, apa penyebab netbook rakitan Guangzhou Skytone Transmission Technologies Co ini bisa semurah itu? Ternyata, yang membuat komputer ini murah karena jaringan sarafnya memakai sistem operasi yang bernama Android. Sistem operasi kreasi Google ini bisa didapat secara gratis alias open source, seperti halnya Linux. Dengan sistem gratisan itu, produsen bisa menekan harga netbook dalam-dalam. Karena, galibnya, ongkos untuk operating system biasanya memakan hingga 50% dari biaya produksi sebuah komputer jinjing. “Ini sudah umum,” kata Budi Raharjo, pengamat komputer. Apakah bakal menjadi gaya hidup ? Google sendiri bukan tanpa alasan mantap ketika meluncurkan Android. Dengan memanfaatkan platform gratisan Linux, Google berharap bisa bersaing dengan Microsoft. Inilah yang membuat Skytone dengan penuh percaya diri memproduksi laptop mini berdarah android ini. Asal tahu saja, Skytone adalah salah satu dari 33 perusahaan bersama Google yang membangun dan mengembangkan Android. Beberapa vendor komputer kelas kakap pun langsung menyambut antusias kehadiran Alpha. Hewlett Packard (HP), Dell, serta Asus, disebut-sebut bakal merilis laptop berbasis android pada tahun ini juga. “Tidak tertutup kemungkinan kami juga memakai Android,” ujar Manajer Pengembangan Pasar HP Indonesia Primawan Badri. L. Potjian, Manajer Produk PT Galva Technologies, penyalur notebook BenQ, mengaku belum banyak mengetahui informasi netbook berbasis android tersebut. Yang pasti, Potjian bilang, masuknya android di pasar global bakal meramaikan pasar laptop yang kebanyakan masih mengandalkan Windows atau Macintosh sebagai sistem operasi. “Persaingan pasti bakal seru,” ucap dia. Tapi, banyak pemerhati teknologi informasi menduga kehadiran android bakal tak beda jauh nasibnya dengan Linux. Meski gratis, perkembangan Linux tidak sedahsyat Windows yang harganya relatif mahal. “Akhirnya, perkembangan Linux lebih banyak berkutat di lembaga pendidikan saja,” kata Zulfianes Budiman, web officer toko online Bhinneka.com. Zulfianes bilang, kalaupun netbook android masuk ke pasar domestik, tentu harus ada perubahan cara pemasaran. “Intinya adalah harus ada edukasi pasar. Jangan sampai tidak. Dan, hal ini menjadi tugas dari Google,” kata dia. Sebetulnya, Google sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Buktinya,android merupakan keroyokan 33 perusahaan teknologi informasi di bawah payung bernama Open Handset Alliance (OHA). Ditilik dari namanya, awalnya kumpulan perusahaan ini membuat android sebagai sistem operasi untuk perangkat ponsel, seperti Symbian atau Windows Mobile. Namun, dalam perkembangannya, saat dilakukan ujicoba pada beberapa peranti lunak dan peranti keras termasuk komputer, konon kinerja android lebih baik ketimbang Linux. Beberapa perusahaan yang tergabung dalam OHA pun mempunyai komitmen untuk mengembangkan sistem operasi android ke perangkat gadget lain, di luar laptop. Yakni, dengan membuat peranti keras atau peranti lunak berbasis Android. “Cara ini harus mereka tempuh kalau ingin produknya cepat diterima pasar,” tutur Budi Raharjo. Jika betul android masuk ke pasar domestik, ini menjadi ladang bisnis baru bagi para penyedia peranti lunak dalam negeri. Apalagi mereka tidak perlu membayar lisensi supaya program yang mereka buat dapat bekerja secara maksimal dalam sistem Android. “Laptop murah tentu bakal mengundang animo besar masyarakat. Ujungnya permintaan software lokal pun bisa naik,” kata Direktur Utama PT Zahir Internasional Muhamad Ismail Thalib, salah satu perusahaan pembuat peranti lunak. Apakah nantinya android bisa lebih populer dari Linux? “Tergantung. Apakah ini bakal menjadi gaya hidup atau tidak,” kata Rudi Rusdiah, pemilik Java Net Cafe. Kita lihat saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test

Terbaru