Malam Berinai, Ritus Budaya Perkawinan Khas Masyarakat Tanjung Jabung Timur

Kamis, 22 September 2022 | 13:38 WIB   Reporter: Tendi Mahadi
Malam Berinai, Ritus Budaya Perkawinan Khas Masyarakat Tanjung Jabung Timur

ILUSTRASI. Malam Berinai, Ritus Budaya Perkawinan Khas Masyarakat Tanjung Jabung Timur.


KEBUDAYAAN - JAKARTA. Masyarakat muara Sungai Batanghari punya tradisi Malam Berinai sebagai rangkaian dari prosesi pernikahan. Ritual ini umumnya menggambarkan bagaimana mempelai laki-laki datang untuk melamar calon istrinya.

Irama gendang mengiringi langkah seorang pria beserta keluarga besarnya yang datang ke rumah calon mempelai wanita. Malam gelap pun berubah menjadi semarak.  Suasana hening dan dingin yang pekat berubah menjadi hangat. Pasalnya, semua orang yang melihat kedatangan rombongan sang calon pengantin pria menyambutnya dengan senyuman.

Di rumah dinas Bupati Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Romi Hariyanto, pihak mempelai wanita menggelar prosesi Malam Berinai. Sebuah ritus budaya yang masih dilestarikan di Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. 

Namun, prosesi kali ini bukan sungguhan. Hanya rekonstruksi salah satu budaya yang masih sering digelar masyarakat Tanjung Jabung Timur. Malam Berinai digelar setiap menjelang pernikahan.

Baca Juga: Segera Daftar, Kuota Beasiswa LPDP Tahun Depan Capai 3.256 Mahasiswa

Sekretaris Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Sapril, mengatakan Malam Berinai jadi bagian dari prosesi sakral jelang pernikahan sepasang kekasih. Digelar sejak ratusan tahun lalu di masyarakat Melayu. Malam Berinai selalu dihelat selepas Isya.

“Jadi itu tadi bukan penikahan sesungguhnya. Hanya, kami, sengaja menggelar Malam Berinai untuk menyambut tamu dan mengenalkan budaya kami yang diwariskan turun-temurun,” kata Sapril dalam keterangannya, Kamis (22/9).

Ritus Malam Berinai malam itu, dilakukan oleh dua keluarga mempelai. Rombongan pengantin pria disambut keluarga perempuan di depan pintu. Perwakilan dari calon kedua mempelai kemudian berbalas pantun khas Melayu. Saling menyindir, negosiasi dan akhirnya menemukan kesepakatan.

Pihak dari lelaki juga membawa beragam hadiah. Setelah diterima pihak wanita, rombongan sang pria akan dipersilakan masuk dan dipertemukan dengan wanitanya. 

“Malam Berinai ini salah satu adat Melayu Timur, Jambi. Terbagi tiga prosesi. Yang pertama Inai Curi, Inai Kecil dan Inai Besar,” ujarnya.

Inai Curi khusus dilakukan calon pengantin wanita. Pada malam jelang pernikahan, sang wanita akan mengundang sahabat-sahabatnya untuk berkumpul, bercengkrama dan saling melepas tawa. 

Semalam suntuk, Inai Curi ini juga dipakai untuk memasangkan Inai pada calon pengantin wanita.Sementara, Inai Kecil adalah prosesi pemakaian Inai pada calon pengantin wanita oleh keluarga terdekat. Inai Besar melibatkan tokoh masyarakat, tetua adat dan tokoh agama.

Baca Juga: Akun Belajar.id Kemendikbud untuk Wujudkan Pendidikan yang Lebih Inklusif dan Merata

“Prosesi Malam Berinai masih dilakukan oleh masyarakat yang memang secara ekonomi mampu. Karena Malam Berinai ini, dari sejarahnya juga dilakukan oleh keluarga kerajaan. Artinya, membutuhkan biaya besar karena memang pesta besar,” ujarnya.

Malam Berinai, kata Sapril biasanya mengundang masyarakat untuk ikut mendoakan dan merayakan hari jelang pernikahan.

Nuansa serba kuning menghiasi prosesi Malam Berinai. Ritus budaya tersebut bisa digelar semalam suntuk. Sapril mengatakan, selain Malam Berinai, Tanjung Jabung Timur juga masih melestarikan beberapa ritual kebudayaan. Di antaranya Mandi Safar yang dihelat di tengah laut.

“Itu murni kebudayaan. Mandi Safar bukan ritual keagamaan. Tujuannya untuk menghibur masyarakat dan memanjatkan doa agar selalu terhindar dari malapetaka,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi

Terbaru