Masih muda, WNI ini sudah jadi profesor dan dosen terbaik di universitas di Jerman

Rabu, 09 September 2020 | 20:25 WIB   Reporter: Adi Wikanto
Masih muda, WNI ini sudah jadi profesor dan dosen terbaik di universitas di Jerman


PENDIDIKAN - Jakarta. Hendro Wicaksono, mengukir prestasi hebat di Jerman. Berusia muda, Hendro sudah menjadi profesor dan menerima penghargaan Dosen Terbaik, Teacher of the Year, dari Universitas Jacobs, Bremen, Jerman.

Dikutip Kemenlu.go,id, penghargaan tahunan tersebut diberikan oleh kampus kepada dosen yang memiliki prestasi luar biasa dalam proses pembelajaran. Khusus dalam masa pandemic COVID-19, penilaian terhadap dosen juga dilakukan atas proses pembelajaran daring yang dilakukan.

Dalam sertifikat yang diterbitkan pada 1 September 2020 ini disebutkan bahwa Hendro Wicaksono berhasil menjadikan metode pembelajaran daring yang secara intrinsik memuaskan dan menjadi pengalaman berharga bagi para mahasiswa. Hendro Wicaksonojuga dinilai berhasil memberikan perkuliahan secara persuasif dan mendorong antusiasme tinggi para mahasiswa khususnya pada masa pembelajaran secara virtual.

Mengomentari hal ini, Hendro, yang memiliki gelar lengkap, Prof. Dr-Ing Hendro Wicaksono , menyebutkan di masa pandemi COVID-19 ini, transformasi digital berjalan semakin cepat. Materi pembelajaran di internet pada dasarnya sangat mudah diakses oleh mahasiswa, baik dari sumber gratis maupun berbayar.

Baca juga: Seperti mengulang tragedi 9/9, menara WTC kini seperti kuburan

“Kita dengan mudah dapat mempelajari konsep-konsep dan teknologi baru lewat internet. Bahkan dengan konsep gamification dan virtual reality, kita dapat berinteraksi dengan materi pembelajaran dengan fun. Tanpa ada pertemuan tatap muka dengan dosen, sepertinya semua ilmu yang dibutuhkan bisa kita dapat“, ujar Hendro Wicaksono.

Menurut Hendro Wicaksono, kondisi ini justru memberikan tantangan lebih besar bagi para dosen. Seorang dosen tidak hanya sebagai penyampai ilmu, tetapi juga sebagai peramu dan pembawa ilmu. Media seperti internet, game, VR, dan lain-lain hanyalah media perantara. Ia tidak boleh hanya mengambil isi sebuah buku, artikel, atau video, sebagai materi ajar, tetapi harus meramu beberapa sumber, termasuk dari pengalaman dan sudut pandang pribadi.

Editor: Adi Wikanto
Terbaru