RASA masakan asli Betawi kebanyakan terasa pas bagi lidah yang mencecapnya. Ini barangkali karena cita rasa kuliner Betawi adalah perpaduan masakan ala Timur Tengah, Melayu, Eropa, dan China.
Jakarta yang dulu bernama Batavia memang menjadi tempat persinggahan para saudagar dari berbagai negara. Alhasil, resep-resep masakan yang lahir di kota ini menyesuaikan lidah banyak orang dari berbagai pojok bumi.
Kalau ingin membuktikan kebenaran legenda rasa masakan betawi itu, salah satu tempat bersantap yang bisa Anda uji adalah Warung Haji Muhayar di bilangan Ragunan, Jakarta Selatan. Lokasi persisnya ada di Jalan Taman Margasatwa Nomor 8 Pasar Minggu, di depan Telkom Ragunan.
Kedai makan dua lantai seluas 16 m² ini mampu menampung hingga 60 orang. Ada beberapa menu jagoan sajian Warung Haji Muhayar. Selain pecak ikan gurame yang jadi andalan, ada juga pecak ikan mas, ayam kampung, dan lele goreng, serta tentu saja tersedia sayur asem khas Betawi.
Memang, sih, menu yang tersedia di sini kagak beda jauh dengan menu warung betawi lain. Tapi, kalau bicara soal rasa, mungkin Anda setuju bahwa ini bukan warung betawi biasa. Terutama kalau Anda mencicipi pecak guramenya. Selain tak banyak penjual pecak, rasa santapan khas ini memang patut jadi kenangan.
Pecak gurame adalah ikan gurame goreng berwarna kekuningan yang diguyur kuah pecak dan tersaji hangat-hangat. Di saat musim hujan begini, apa tidak maknyus kalau kita santap bersama nasi putih hangat nan pulen.
Begitu serpihan daging gurame mampir mulut, lidah langsung menari. Bukan cuma rasa dagingnya, kuah pecaknya pun mampu membuat saraf-saraf perasa kita terlena. Selain gurih, terendus pula aroma wangi dari bumbu rempah yang pas.
Sudah begitu, ikan gurame yang tersaji selagi hangat tadi berukuran jumbo. “Kami pakai ikan gurame ukuran setengah kilogram per ekor,” ujar Muhayar. Lantaran rasanya yang lezat, Pak Haji bilang, pecak ikan gurame menjadi menu pilihan pengunjung. Warung ini menjual satu porsi pecak gurame seharga Rp 35.000.
Oh, iya, sayur asem bikinan kedai ini juga oke. Potongan sayur-sayuran seperti pepaya muda, jagung muda, plus irisan kacang panjang, ramai mengambang pada kuah bening khas sayur asem. Rasa kuah sayur asem seharga Rp 4.000 per porsi ini segar.
Satu hal unik pada sayur asem ini, Anda bisa menemukan potongan oncom ukuran besar di dalamnya. “Pake oncom biar sayur asemnya wangi,” ujar Muhayar berbagi resep rahasia masakannya.
Kalau Anda doyan sayuran, selain sayur asem, Muhayar juga menyediakan lalapan. Ada pilihan lalapan mentah maupun rebus. Bagi warung betawi, ini termasuk unik, lo. Sebab, lalapan lazim tersedia di warung sunda.
Ada lalapan tentu wajib ada pasangannya: sambal. Nah, sambal ulekan Pak Haji juga tak kalah mantap. Rasa pedas berbaur dengan aroma terasi segar dan segarnya jeruk limau.
Sambal ala Muhayar ini pas benar menjadi sasaran cocolan ayam goreng. Keistimewaannya, ayam goreng ini berasal dari ayam kampung. Muhayar menjual seporsi ayam goreng kampung ini seharga “Rp 18.000 per porsi.
Kerap jadi lokasi pilihan makan orang tenar
Satu rahasia lagi yang membuat masakan warung ini lezat. Muhayar berani main bumbu saat mengolah bahan makanan. Misalnya, begitu gurame segar datang dari pasar, dia langsung mencucinya dengan air asam campur garam. Setelah itu, biar semakin jauh dari amis, gurame dikucuri air perasan jeruk nipis.
Agar daging ayam kampung terasa lembut di mulut, setelah diberi bumbu kunyit, Muhayar buru-buru merebusnya hingga empuk.
Gara-gara suka eksperimen dengan bumbu, Muhayar bertutur pelanggannya suka berkomentar. “Wah, rasa pecaknya mulai beda, nih. Mulai ditambahi bumbu, ya” Makin enak,” kata Pak Haji menirukan komentar pelanggan.
Ngomong-omong tentang pelanggan, Muhayar mengklaim warung yang buka sejak jam 8 pagi sampai jam 9 malam ini kerap dikunjungi selebriti, di antaranya Rieke Dyah Pitaloka dan aktor kawakan Dedi Mizwar.
Enggak cuma artis, beberapa penggede Jakarta juga suka makan di sana. Saat KONTAN icip-icip di sini, misalnya, Wakil Walikota Jakarta Utara Syafruddin Putra pun sedang lahap bersantap. Rupanya Syafruddin sudah berlangganan makan di warung ini sejak 1993. “Masakan di sini punya rasa khas. Sambalnya oke punya,” ujarnya.
Selain Pak Haji sangat ramah, pesanan juga cepat tersaji. Jumlah pelayan di sana 14 orang. Jadi saat perut sudah main gambus, Anda tak perlu tersiksa menunggu pesanan datang.
Dengan segala kelebihan itu, Muhayar mengaku omzetnya sekitar Rp 6 juta rupiah sehari. Tapi itu tidak ajek. “Kalau lagi sepi, kadang cuma Rp 5 juta per hari,” kata Pak Haji merendah.
Alamat 'Warung Haji Muhayar':
Jl. Taman Margasatwa No.8 Pasar Minggu Jakarta
Ph: 021 781-3945 / 0812-858-2750.
Menyerap Ilmu Masak dari Sang Ibu BAGI MUHAYAR, tantangan bukan untuk dihindari. Walau buta dalam urusan memasak, ia tidak lantas menyerah sebelum perang. Ini ia buktikan ketika ingin membuka warung makan tiga dasawarsa silam. “Saya bilang ke ibu, ternyata beliau mendukung,” kata haji yang kini berusia 70 tahun ini. Kala itu Muhayar baru mengetahui bahwa ibunya adalah mantan juru masak marinir, Angkatan Laut. Praktis, saat warung makan berdiri, soal masak-memasak ditangani sang Ibu. Ia hanya membantu menyiapkan berbagai bahan. Almar-humah ibu Muhayar yang meraciknya. Muhayar muda belajar bertahap sambil membantu, sedikit demi sedikit ia menyerap ilmu masak milik sang ibu. Menu yang disajikan saat itu hanya satu macam, yakni soto babat. Kebetulan Muhayar muda suka soto babat. Muhayar semakin mantap membuka warung setelah mencicipi soto racikan sang Ibu. Rasanya ternyata tidak kalah dengan soto babat yang dijual di Pasar Minggu maupun Tanah Abang. Kala itu kedua tempat tersebut sudah kondang sebagai tempat soto babat yang memikat. Meski hanya satu menu, warung Muhayar berjubal pengunjung. Sayang, seiring dengan waktu, orang mulai sadar akan kesehatan sehingga enggan menyantap soto babat lagi. Pak Haji pun banting setir. Untung, ia telah mewarisi keahlian kuliner sang ibu dalam meracik makanan. Kini, di warung Muhayar, Anda bisa menikmati aneka masakan khas Betawi. Bahkan bila mendapat pasokan ikan gabus, Pak Haji mengolahnya menjadi masakan gabus bumbu pucung alias kluwak. “Masakan ini jarang disajikan, sebab pasokan ikan gabus cukup sulit,” ujar dia. Usai berjuang puluhan tahun lewat soto babat, kini Pak Haji bisa dibilang menuai sukses. Dari usaha warungnya, sekarang ia telah memiliki rumah kontrakan hingga sebanyak 12 pintu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News