Tak terhitung berapa banyak orang yang suka dengan olahraga otomotif. Salah satu yang sedang naik daun adalah speed off road. Ini adalah adu balap mobil ini di jalanan yang mulus tapi adu balap di tanah liat yang bergelombang.
Benar, tidak mudah untuk menjalani olahraga ini. Pembalap speed off road harus memiliki teknik mengendarai yang mumpuni untuk bisa melintasi trek balap sejauh 20 kilometer. Para pembalap juga harus bersiap diri untuk menerima kenyataan bahwa mobil yang mereka kendaraan jatuh terbalik.
Banyak kalangan pekerja dan eksekutif muda menggandrungi olahraga ini. Salah satunya Supervisor Litigasi PT Intiland Development Tbk, Aditio Pramuditio. Ia memulai olahraga yang memadukan keberanian, kemahiran serta kecepatan berkendara ini ketika masih di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Seorang teman mengajaknya menjajal speed of road. "Pas main ternyata asyik juga. Mampu memacu adrenalin," ujarnya bersemangat.
Kini Aditio sering menghabiskan waktu akhir pekannya di lintasan adu balap speed off road di kawasan dekat Lapangan Terbang Pondok Cabe, Tangerang-Banten.
Untuk mengembangkan hobinya ini, Aditio bahkan ikut bergabung dengan Tim Kitah tahun 2006. Ini adalah komunitas penggemar speed of road yang kini beranggotakan sekitar 30 orang. Tak sekadar menjadi ajang kumpul, Tim Kitah sering ikutan lomba. Saking seringnya mengadakan dan ikut lomba, salah satu produsen ban jadi sponsor.
Sensasi modifikasi
Aditio bilang, terjun ke olahraga ini memerlukan kocek tebal. Hal pertama yang harus dimiliki tentu saja mobil. Mencari mobil yang pas dengan speed of road menawarkan sensasi berbeda
Dalam menjalankan hobinya, Aditio memilih menggunakan Suzuki Jimmy empat silinder. Sebelum dimodifikasi, ia membelinya dengan harga Rp 16 juta. "Waktu itu belinya murah, sekarang sudah full up grade alias full modifikasi," ujarnya.
Julian Johan, Ketua Tim Kitah juga bercerita soal tunggangannya. Ia memilih membeli mobil Toyota Hardtop yang harga Rp 40 juta. Ia lantas memodifikasi mobil itu. Antara lain modifikasi mobil, mengganti ban, besi pengaman, jok untuk balap, hingga sabuk pengaman khusus. Total biaya yang ia keluarkan berkisar Rp 8 juta untuk memodifikasi mobil tersebut. "Untuk mesin habis sekitar Rp 5 juta," ujar pengusaha di bidang fotografi ini.
Endry Febriansyah Mahmud, pegawai Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat mengatakan, sejak ikut speed off road tahun 2010, ia mendapatkan sensasi yang ia inginkan. Adrenalinnya bangkit jika harus melintas di lintasan yang penuh tantangan. Ia memberikan tips bila ikut di speed off road, hal pertama yang wajib ia ketahui adalah lintasannya. "Misalkan ada lubang atau ada belokan yang curam. Semuanya dicatat secara detail," ujarnya. Baginya menang atau kalah tak jadi soal, yang ia butuhkan sensasi saat memacu kendaraan di jalanan terjal. Broom, broom, broom!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News