Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menu nasi uduk seringkali jadi menu sarapan banyak orang. Nasi gurih dipadu dengan berbagai lauk pauk ini banyak ditemukan di sudut kawasan Jabodetabek, tentunya termasuk kota Bogor..
Ada salah satu kedai yang menjajakan nasi uduk sejak tahun 1890-an. Namanya Nasi Uduk Kaum 58. Laela Garwi (47), salah satu karyawan di situ menuturkan, nama kedai diambil dari perpaduan nama jalan dan nomor rumah yang dijadikan kedai.
Kaum itu nama jalan di sini, sementara 58 nomor rumah ini, ujarnya.
Menu yang disajikan kedai ini memang tampak sederhana, tapi mampu mengundang banyak pembeli.
Lokasi kedai Nasi Uduk Kaum 58 tak jauh dari rumah sakit UMMI, Bogor. Kurang lebih jaraknya 100 meter, atau sekitar dua menit menggunakan kendaraan pribadi. Letaknya di dalam gang, samping masjid Agung At-Tohiriyah.
Sekedar saran, kalau Anda yang ingin menyambangi kedai ini, baiknya menggunakan motor atau transportasi publik saja. Sebab, selain tempatnya yang berada di dalam gang, area parkir tak memadai dan jauh.
Setibanya di kedai, terlihat enam meja dengan bangku-bangku yang berjejer rapi.
Tak jauh dari meja pengunjung, ada etalase yang memperlihatkan beberapa baskom serta piring berisi lauk pauk. Pengunjung bebas memilih lauk yang ingin disantap menemani nasi uduk, menu utama di warung ini.
Laela bilang kurang lebih ada 15 hingga 20 aneka lauk yang dimasak setiap hari.
Saat Anda memesan, seporsi nasi uduk ditaruh di atas piring yang dilapisi selembar daun pisang. Kemudian untuk lauknya, KONTAN memilih mi goreng, bihun, telur sambal, orek tempe, perkedel dan kentang balado.
Aroma gurih nasi uduk menguar, membuat lapar. Mulut seakan tak sabar untuk menyantapnya. Saat disendok, nasi uduk langsung buyar, tidak lengket satu sama lain, dan tidak lembek.
Sekali santap, nasi uduknya terasa enak di mulut. Rasa nasinya juga pulen, wangi, dan gurihnya sangat terasa.
Begitupun kala kita melengkapinya dengan orek tempe dan telur sambal. Citarasa pedas, manis dan gurih menyatu di mulut.
Yang unik, kentang baladonya berpadu dengan kacang merah. Ketika dimakan dengan nasi uduk yang dicampur dengan mi goreng dan kuah sambal rasanya renyah.
Kentangnya juga tidak keras. Pun halnya dengan perkedel kentangnya renyah di mulut.
Dijamin, tangan tak akan berhenti untuk menyendok suapan selanjutnya. Jika santapan lauk dirasa kurang pedas, ada sambal kacang yang disediakan. Anda juga bisa menambahkan kerupuk yang tersedia di meja.
Selalu habis
Meski menu andalan kedai ini hanyalah nasi uduk, sebagai tambahan ada beragam menu lauk yang selalu habis diburu pengunjung.
Tengok saja, ada gorengan, telur ceplok, telur balado, orek tempe, bihun goreng, teri kacang, semur jengkol, tongkol balado, kikil, ayam goreng, empal, pepes tahu dan beragam menu lainnya.
Tapi di sini tak hanya nasi uduk, Anda juga bisa memilih nasi putih. Jika nasi uduk yang anda santap habis, pengunjung bebas dan gratis menambah nasi putih di rice cooker yang terdapat di etalase kedai.
Laela menyebut semua menu tanpa terkecuali selalu habis. Sebut saja nasi uduk. Setiap hari, Laela dan lima karyawan memasak 15 liter sampai 20 liter beras untuk nasi uduk.
Kalau hari sabtu atau minggu bisa 30 liter sampai lebih, ucap Laela.
Selain itu, bawang goreng yang dibubuhkan di atas nasi uduk juga dibuat sendiri, bukan beli dari kemasan. Sehari mereka menghabiskan 20 kilo bawang merah.
Adapun beberapa lauk seperti orek tempe, telur balado, semur jengkol, bihun goreng, diakui Laela, dalam kurun waktu beberapa jam bisa habis dengan cepat.
Menurut Laela, Nasi Uduk Kaum memang terkenal karena citarasanya. Berbeda dengan pedagang nasi uduk lain, wangi dan rasa yang ditonjolkan punya keunikan sendiri.
Pembeli Nasi Uduk Kaum 58 juga bukan hanya warga setempat. Kata Laela, pembeli mereka banyak dari luar daerah, seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Padang, hingga Bali.
Demi menjaga citarasa, Laela bilang proses pembuatan nasi uduk pun tak asal-asalan. Sebelum disuguhkan di kedai, sejak sebelum subuh beras direndam di dalam dandang selama dua jam. Setelah itu, baru dicampurkan dengan santan, daun sereh, pandan dan garam. Lantas, beras itu masih harus didiamkan selama satu jam agar bumbu menyerap. Setelah matang baru disajikan di atas daun pisang.
Sama halnya dengan lauk pauk. Semua disajikan segar, tidak ada lauk sisa.
Kalau tidak habis ya dibuang. Tapi di sini lauknya selalu habis ya, tuturnya.
Bila Anda penasaran untuk mencicipi, Nasi Uduk Kaum 58 buka setiap hari pukul 7 pagi sampai 9 malam. Khusus hari Jumat, mereka juga menyediakan menu nasi kebuli.
Nasi Uduk Kaum 58
Jl. Masjid 1 No. 58, Empang, Bogor, Jawa Barat 16132HP: 0896-16354075
Koordinat GPS:
-6.60046, 106.79291
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News