Mendaki gunung purba

Jumat, 13 September 2013 | 09:20 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 9 - 15 September 2013

Gunungkidul tak cuma memiliki pesona pantai nan indah maupun gua yang artistik. Kabupaten di tenggara Kota Yogyakarta ini juga punya kawasan wisata petualangan yang cukup menantang dengan pemandangan alam tak kalah menakjubkan: Gunung Api Purba Nlanggeran.

Gunung api purba? Iya, gunung api purba. Soalnya, wilayah ini merupakan bekas gunung berapi yang pernah aktif sekitar 30 juta–60 juta tahun yang lalu. Jejak gunung berapi purba yang terletak di kawasan kars Baturagung di Desa Nlanggeran, Kecamatan Patuk, ini tampak dari struktur tanah yang disusun oleh material-material geologi vulkanik tua.

Sugianto, pengurus Kelompok Sadar Wisata Nglanggeran, pengelola Kawasan Ekowisata Gunung Api Purba Nlanggeran, mengatakan bahwa batuan vulkanik bisa ditemukan hingga di dasar tanah maupun dasar sungai di Desa Nlanggeran. “Tanaman di daerah ini juga identik dengan tanaman di Gunung Merapi,” kata Sugianto.

Tentu, enggak seru kalau tak menyaksikan langsung pesona gunung api purba secara langsung. Gampang, kok, mencapai kawasan ekowisata ini.

Dari Yogyakarta, Anda hanya perlu mengarahkan kendaraan menuju Kota Wonosari. Setelah sampai di daerah Patuk, belokkan kendaraan Anda ke kiri, persis sebelum Jembatan Kali Penthung. Susuri saja jalan itu sesuai papan petunjuk yang tersedia hingga mencapai lokasi.

Sebelum mencapai lokasi, mata Anda akan tertuju ke sebuah bukit yang disusun secara alami dari bebatuan berukuran besar. Ya, itulah gunung api purba yang akan menjadi lokasi petualangan seru Anda.

Perjalanan mendaki gunung api purba dimulai dari sebuah pendopo yang menjadi pintu masuk kawasan ekowisata ini. Anda perlu membayar tiket masuk sebesar Rp 5.000 per orang. Tapi, kalau Anda melakukan pendakian di malam hari, tarifnya Rp 7.500 seorang.

Oh, iya, jangan lupa membawa makanan dan minuman sebagai bekal penjelajahan Anda. Stamina dan tenaga penting sekali dalam perjalanan kali ini.

Di 200 meter pertama, jalur pendakian terasa tidak terlalu berat. Namun, Anda tak pernah tahu apa yang ada di depan. Di situlah barangkali letak keasyikan dari sebuah petualangan. Tentu saja, enggak seru kalau Anda sudah tahu medan seperti apa yang bakal dihadapi.

Setelah jalur pendakian yang mudah, Anda akan segera ditantang oleh keberadaan batu-batu berukuran cukup besar yang menghalangi langkah Anda. Mau tak mau, Anda harus melewati batu-batu itu.

Cuma, enggak perlu khawatir. Sebab, pengelola kawasan ekowisata ini telah menyediakan tali tambang yang akan memudahkan Anda melewati batu-batu tersebut. Tapi, Anda juga mesti siap-siap karena masih banyak batu-batu besar lain yang harus Anda lewati.

Memang, perjalanan Anda untuk mencapai puncak tak akan lebih mudah dari sebelumnya. Jalur pendakian bakal lebih berat. Baru seperempat jalan, Anda harus melewati rintangan lain yang tak kalah menantang. Sebuah celah tebing yang sangat sempit. Lorong Sumpitan, begitu warga memberi nama, siap menyambut Anda.

Tujuh kepala keluarga

Kalau mendaki dengan rombongan, Anda mesti melewati celah tebing ini satu per satu lantaran ukurannya yang sangat sempit. Lorong sepanjang 50 meter itu juga tak gampang dilewati karena jalurnya yang tak mulus. Sebelum mencapai ujung celah, Anda mesti mendaki bebatuan dengan bantuan tangga kayu yang telah disediakan pengelola ekowisata.

Setelah melewati Lorong Sumpitan, Anda akan sampai di sebuah gardu pandang. Sembari beristirahat sejenak dan mengatur napas, Anda bisa menikmati pemandangan yang memikat. Hamparan batu-batu vulkanik tersebar di bawah kaki Anda. Begitu pula gunung-gunung batu yang berdiri tegak di sekeliling Anda.

Pastinya, pemandangan di gardu pandang belum cukup memuaskan hasrat petualangan Anda. Setelah tenaga kembali pulih, segera lanjutkan perjalanan ke puncak tertinggi yang disebut Gunung Gedhe.

Pendakian menuju puncak bakal makin berat. Medannya juga tambah sulit. Namun, di titik-titik tertentu Anda bisa menyaksikan bebatuan vulkanik tua yang sayang dilewatkan begitu saja. Tak ada salahnya berhenti sebentar untuk menikmati sambil mengatur napas.

Persis sebelum mencapai puncak, nyali Anda akan kembali ditantang. Pasalnya, Anda mesti mendaki melalui tangga kayu untuk bisa sampai di Gunung Gedhe yang merupakan puncak Gunung Api Nlanggeran yang ada di sisi barat.

Tanahnya cukup lapang. Dari situ, Anda bisa melihat pemandangan di sekitar Gunung Nlanggeran. Tampak puncak-puncak gunung api purba yang berdiri tegak berhias pohon-pohon nan hijau. Sungguh mempesona. Rasanya, perjuangan Anda mendaki tidak sia-sia.

Masing-masing puncak gunung memiliki nama-nama yang unik. Misalnya, Gunung Lima Jari yang puncaknya berbentuk seperti lima jari tangan. Lalu, ada Puncak Tujuh Kepala Keluarga. Disebut begitu lantaran kawasan itu hanya boleh dihuni oleh maksimal tujuh kepala keluarga.

Sugiatno bilang, kepercayaan tersebut dijaga turun-temurun hingga sekarang. Kalau ada salah satu anak yang berkeluarga, dia harus pindah dari kawasan tersebut. “Kalau tidak, akibatnya fatal bagi keluarga di situ,” ungkap Sugiatno.

Ayo, petualang ke kandidat geopark versi UNESCO ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru