Saking populernya, bubur ayam kerap mendapat cap makanan sejuta umat. Maklum, penggemarnya banyak banget; mulai dari anak kecil, remaja, sampai orang tua. Tak heran, kudapan yang pas disantap pagi ataupun malam hari ini pun tersedia di mana-mana.
Dan, bukan hanya bubur ala chinese food, sejumlah daerah punya unggulan bubur ayam dengan kekhasan masing-masing. Ada bubur ayam cirebon, bubur ayam medan, bubur ayam manado, dan tidak ketinggalan bubur ayam cianjur.
Nah, kalau Anda ingin mencicipi bubur ayam cianjur dengan rasa gayeng alias nikmat di lidah, silakan menyambangi Bubur Cianjur yang berlokasi di Ciputat, Tangerang Selatan. Letak persisnya ada di Jalan Dewi Sartika, dekat Pasar Ciputat.
Kedai yang berdiri sejak tujuh tahun lalu ini berada persis di pinggir jalan yang mengarah ke daerah Sawangan, Bogor; itu jika Anda datang dari arah Jakarta. Ancar-ancarnya, setelah melintasi fly over Ciputat, ada deretan toserba Ramayana, pas di sebelah kantor BRI Ciputat.
Bubur Cianjur menempati emperan sebuah bengkel sepeda motor. Kedai milik Hamdani ini berupa warung tenda, dengan dua meja kayu panjang dan 20 kursi plastik.
Cuma, jangan datang ke kedai ini di pagi atau siang hari, ya. Sebab, Bubur Cianjur baru membuka lapak menjelang magrib, sekitar jam lima sore dan tutup jam tiga dini hari.
Dus, bukan buat sarapan, bubur ala Hamdani memang asyik disantap selewat jam makan malam. Toh, melahap bubur tidak bakal membikin perut meledak kekenyangan. Rasa hangatnya justru menyamankan.
Mengudap bubur ayam juga paling enak selagi hangat. Jadi, makan di tempat pasti lebih nendang rasa gurihnya. Begitu Anda dapat tempat duduk di kedai ini, langsung pesan saja. Lantaran proses penyajiannya cepat, sejurus kemudian, semangkuk bubur ayam hangat terhidang di hadapan Anda.
Sekilas bubur ayam racikan Hamdani tak jauh beda dengan bubur ayam kebanyakan. Ada suwiran daging ayam, taburan kedelai goreng, bawang goreng, irisan daun bawang, dan ada pula kerupuk sebagai topping. Khusus kerupuk, Bubur Cianjur menggunakan kerupuk khas Cianjur yang berwarna putih dengan rasa yang netral.
Yang membedakan, sudah pasti rasanya yang mantap. Begitu masuk ke mulut, rasa gurihnya yang beradu dengan asin dan pedas, yang berasal dari kecap asin dan sambal, menjalar ke seluruh lidah. Dijamin, Anda ingin makan lagi dan lagi hingga isi mangkuk betul-betul tandas tak bersisa.
Beras pandan wangi
Hamdani tidak asal memakai kecap asing. Ia hanya menggunakan kecap asin merek Patkwa keluaran Sukabumi, yang banyak dipakai pedagang bubur sukabumi dan bubur cianjur.
Salah satu rahasia kelezatan bubur ayam olahan Hamdani terletak pada pemakaian beras sebagai bahan baku bubur. Pria asli Cianjur ini hanya menggunakan beras pandan wangi asal tanah kelahirannya. Dia pernah menggunakan beras jenis lain, namun rasanya mengecewakan. “Kurang gurih,” kata lelaki 32 tahun ini.
Anda tentu sudah mafhum, beras pandan wangi tergolong beras kelas premium karena harganya cukup mahal, yakni sekitar Rp 11.000 per kilogram. Meski memakai beras yang terbilang mahal, Hamdani hanya menjual semangkuk buburnya Rp 7.000. Murah, bukan?
Proses memasak juga menjadi kunci kenikmatan bubur cianjur ini. Hamdani menanak beras hingga menjadi bubur selama dua jam di dalam dandang besar ukuran 50 liter. Komposisinya, 5 kilogram beras dicampur dengan air sebanyak 40 liter. “Berasnya seperempat dandang, tiga-perempatnya lagi air,” ujar Fauzi, karyawan Hamdani yang mendapat tugas memasak di kedai Ciputat.
Agar bubur sedikit liat, Hamdani menambahkan satu kilogram beras ketan. Ini juga yang membedakan dengan bubur ayam cianjur lainnya yang sebenarnya sedikit encer. “Permintaan konsumen agar tidak terlalu encer seperti bubur cianjur lain,” terang Hamdani.
Untuk menghasilkan rasa yang lebih gurih, waktu memasak bubur, Hamdani memakai kuah yang diramu dengan bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, dan kunyit, plus ditaburi irisan daun bawang dan daun serai. Lagi-lagi, ini berbeda dengan bubur lain yang kebanyakan menggunakan kuah rebusan tulang ayam.
Oh, ya, tentu kurang lengkap makan bubur ayam tanpa sate ati, ampela, dan usus ayam serta telur puyuh. Rasanya juga gurih. Soalnya, Hamdani menggunakan kuah bumbu dapur ketika merebus semua jeroan ayam dan telur puyuh itu. Harga satu tusuk satai Rp 1.500 saja.
Alhasil, bak laron yang mengerubungi cahaya lampu di malam hari, begitu pula pembeli yang datang ke Bubur Cianjur. Saban hari tak kurang dari 300 mangkuk bubur ayam laku terjual. Pelanggannya tak hanya masyarakat biasa, ada juga dari kalangan artis. Contoh, personel band Wali dan Samsons. Tetapi, “Saya tidak hafal namanya,” kata Hamdani.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News