Mi goreng Surya dengan rasa menggugah selera

Selasa, 11 Desember 2012 | 09:59 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 10 - 16 Desember 2012
Mi goreng Surya dengan rasa menggugah selera

ILUSTRASI. Ilustrasi foto Obligasi. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Sebuah kedai bisa bertahan lebih dari 30 tahun, pasti ada sesuatu yang begitu istimewa dari masakannya. Begitu juga dengan Rumah Makan Surya yang sudah berlokasi di daerah Kramat Jati, Jakarta Timur, sejak 35 tahun lalu.

Kedai yang bercokol di Jalan Raya Bogor Nomor 54 ini menawarkan masakan china alias chinese food. Menu andalannya adalah mi goreng yang rasanya betul-betul mantap.

Penasaran dengan rasanya? Yuk, ke sana. Enggak susah, kok, menemukan kedai milik Gita Gotami ini. Kalau Anda datang dari arah Universitas Kristen Indonesia (UKI), Cawang, lurus saja ke arah Bogor. Letak rumah makan ini ada di kiri jalan, tak jauh dari Carrefour Kramat Jati. Ada plang papan nama berwarna hijau bertuliskan Rumah Makan Surya sebagai penanda.

Tapi, sejak dulu, kebanyakan pelanggan kedai ini memilih membawa pulang pesanan mereka. Bukan berarti daya tampung kedai ini kecil, lo. Kedai ini menyediakan delapan meja berkapasitas 32 orang.

Sambil menunggu pesanan, Anda bisa menyaksikan “atraksi” koki Rumah Makan Surya sewaktu memasak. Maklum, letak dapurnya ada di bagian kanan depan kedai ini.

Menu yang ditawarkan kedai ini cukup beragam, mulai kwetiau, nasi goreng, hingga fuyunghai. Namun yang pasti, jangan lewatkan menu mi gorengnya yang menjadi gacoan kedai ini dan sudah kesohor.

Cuma, jangan kaget, ya, melihat porsi mi goreng dan sebagian menu lainnya di kedai ini yang superjumbo. Jadi, jangan coba-coba memesan satu porsi untuk sendiri. Sebab, satu porsi mi goreng di Rumah Makan Surya cukup untuk tiga sampai empat orang sekaligus.

Meskipun kerja juru masak kedai ini cukup cekatan, dengan banyaknya pesanan yang masuk, harap Anda bersabar. Tapi, kesabaran Anda bakal terbayar tuntas saat sepiring besar mi goreng datang, dengan aroma sedap menyeruak dari kepulan uap panas mi. Rasa lapar Anda pasti bertambah berkali lipat.
Tak perlu pesan nasi untuk teman makan mi goreng. Kehadiran nasi tak diperlukan saat porsi mi gorengnya benar-benar “keterlaluan” bukan?

Di antara helaian mi goreng yang berkilat minyak kecokelatan, terlihat potongan bakso, daging ayam, ampela, telur, dan sayur. Betul-betul menggugah selera. Segera saja ambil sumpit bambu yang tersedia di atas meja, dan tak lupa meminta piring tambahan jika Anda sayang memakan mi gorengnya langsung dari piring utama.

Pakai minyak wijen

Dalam satu suapan, besar kemungkinan mata Anda langsung terpejam menikmati rasa khas mi. Gurih, manis, serta samar-samar aroma hangus minyak wijen dan sedikit arak angciu membikin rasa sedap terbakar terus melekat hingga kerongkongan.

Selain mi, aneka isian, seperti bakso, daging ayam, ampela, telur, dan sayur juga berpadu asyik dengan bumbu mi goreng. Sedap betul, pokoknya.

Biasanya masakan berbumbu kecap manis akan memberi rasa manis yang kadang tak sesuai lidah orang Jakarta. Tapi baluran kecap yang terbakar api penggorengan mi goreng di kedai ini bisa menyempurnakan rasanya. “Itu karena saya memang memakai kecap Bango sejak dulu,” kata Gita.

Sebagai pelengkap, Anda bisa menambahkan acar timun cabai yang dipotong besar-besar nan segar, juga sambal giling encer yang rasa pedasnya pas.

Mi yang empuk dan kenyal, ternyata, bukan bikinan Gita sendiri. Semua bahan mi, kulit pangsit, dan kwetiau Gita beli dari sebuah produsen di daerah Kampung Melayu.
Rasa kwetiau kuah pangsit juga tidak kalah dahsyat. Disajikan dalam sebuah mangkuk besar, pangsitnya terlihat bening dan bersih dengan taburan daging ayam dan jamur kancing berwarna kecokelatan.

Isi pangsit kuah ini sungguh istimewa. Campuran ayam dan minyak wijen serta pelbagai bumbu membuat kita seperti sedang mengudap dimsum, bukannya pangsit kuah. “Ayamnya harus bagian paha, dicampur minyak wijen dan udang kering yang digoreng lalu ditumbuk,” beber Gita. Dia juga menggunakan juhi atau sotong kering yang dibeli di daerah Kota.

Rasa kwetiau juga mantap. Kwetiaunya direbus dengan pas sehingga kenyal dan empuk. Rasa kuahnya pun segar. Menurut Gita, kuah kaldunya dihasilkan dari rebusan tulang ayam.

Oh, iya, kedai ini juga menyediakan mi goreng dan menu lain dengan bahan daging babi. Tapi, menurut Gita, proses memasak santapan khusus itu dilakukan dengan wajan berbeda.

Karena porsinya superjumbo, tentu saja harga mi di sini juga superjumbo. Harga mi Goreng Rp 35.000 per porsi. Kwetiau pangsit kuah Rp 17.000 seporsi, fuyunghai Rp 33.000, dan nasi goreng Rp 35.000.

Kalau Anda penasaran, tak ada salahnya mencoba. Tapi, Gita tak mematok waktu buka kedai, lo. “Kadang ada acara internal atau karyawan punya hajat, ya, tutup warung,” ujarnya. Biar tidak kecele, lebih baik Anda menelepon lebih dulu sebelum datang, ya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru