Akhirnya, dua rekanan ini memutuskan membuat sendiri sepeda Brompton untuk display. Mereka membongkar Brompton seri terbaru milik temannya, untuk membuat prototype pertama Kreuz.
“Prototype pertama ini banyak kesalahan. Meski geometris dan wheelbase-nya sama, detail nya ada yang salah. Tapi kalau digunakan sudah enak dan nyaman,” tutur dia.
Rupanya banyak orang yang tertarik dengan prototype ini. Bahkan ada orang yang ingin membeli prototype pertama, dan ada pula yang ingin berinvestasi.
Namun kedua permintaan tersebut ditolak. Sebab Yudi dan Jujun, belum mengetahui kelemahan dari produk ini, dan ia tidak ingin produknya hanya sekadar bisnis.
Kedua orang ini kemudian memproduksi Kreuz dengan bantuan permodalan tanpa bunga dari seorang teman. “Basic-nya memang Brompton. Tapi tekukannya kami buat beda. Kalau Brompton di tengah, kami dari awal. Bentuk kepala juga dibuat berbeda,” ucap dia.
"Begitu pun dengan over size-nya, dibuat beda. Karena Kreuz dibuat untuk kuat di segala medan," sebut Yudi.
Semua pengerjaan dilakukan handmade dengan melibatkan banyak industri kecil rumahan. Mulai dari tukang bubut, tukang cetak plastik, dan lainnya, dengan bahan baku dalam negeri.
“Brompton memang (sudah) membebaskan siapa pun meniru produknya. Tapi kalo full bike enggak akan bisa, karena beberapa sparepart-nya sulit didapat. Kalaupun ada, mahal banget,” ungkap Yudi.
Karena itu, ia memproduksi sepeda dengan kemudahan sparepart. Ada lebih dari 30 sparepart yang dibuat Kreuz. Sejumlah sparepart, bahkan bisa pula digunakan untuk sepeda Brompton.