Kemampuan Nofrisel semakin lengkap karena sudah tahu pola kerja perusahaan swasta dan BUMN. Menurutnya, ada perbedaan antara perusahaan swasta dan BUMN. Hal itu terletak dalam pengambilan keputusan.
Ia menilai dalam mengambil keputusan di perusahaan BUMN, masih terkesan struktural. Karena itu sulit mengambil keputusan yang cepat. Karena prosesnya panjang sesuai dengan struktur jabatan. Ini menjadi kelemahan karena biasanya kalah cepat dengan perusahaan swasta. Padahal dalam bisnis, kecepatan dalam mengambil keputusan sangat penting.
Selain itu, disiplin juga merupakan salah satu nilai yang harus diperbaiki oleh perusahaan BUMN. Menurut penilaian Nofrisel, kini sebagian besar BUMN sudah mulai berbenah, seperti perusahaan swasta. Dan bagi BGR sendiri sudah menjadi keharusan memiliki budaya kerja seperti perusahaan swasta. Jika tidak punya disiplin dan serba struktural, mana bisa kami mencapai target, katanya.
Tak hanya sibuk memimpin bidang operasional PT BGR, ayah tiga anak ini juga aktif bergabung dalam beberapa organisasi, seperti Asosiasi Perusahaan Pengiriman Jasa Express Indonesia (Asperindo) dan Asosiasi Logistik Indonesia (ALI). Baginya, membangun networking sangat dibutuhkan untuk memajukan bisnis di bidang logistik.
Apalagi sekarang sudah bukan era kompetisi, melainkan sudah era kolaborasi. Sehingga perusahaan kompetitor bukan lagi sebagai tapi bisa menjadi rekan kerjasama.
Di samping berorganisasi, Nofrisel juga aktif pengajar di beberapa perguruan tinggi. Hingga saat ini, ia masih tercatat sebagai dosen pascasarjana ilmu logistik di Universitas Indonesia sejak 2005. Ia juga pernah mengajar di perguruan tinggi lain, seperti Universitas Trisakti, Institut Teknologi Bandung dan Lembaga Pendidikan PPM. Kecintaannya ke dunia logistik juga diwujudkan dengan mendirikan sekolah khusus logistik bernama Sembada Pratama School of Supply Chain and Logistic bersama teman-temannya di ALI sejak 2009.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News