Nostalgia Kopi Klasik Khas Bangka di Tung Tau

Sabtu, 11 Januari 2025 | 11:10 WIB   Reporter: Dupla Kartini
Nostalgia Kopi Klasik Khas Bangka di Tung Tau

ILUSTRASI. Waroeng Kopi Tung Tau cabang Semabung Lama, Kota Pangkalpinang, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. (KONTAN/Dupla KS)


KEDAI - Menyeruput kopi sembari berbincang di warung kopi, menjadi kebiasaan banyak orang, tak terkecuali masyarakat Bangka. Nah, ada tempat ngopi yang legendaris di daerah penghasil timah ini, yakni Tung Tau.

Waroeng Kopi Tung Tau berdiri sejak 1938 di Sungailiat, yang berjarak 35 kilometer dari Kota Pangkalpinang, ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kopi dan roti panggang buatan sendiri, adalah menu andalannya.

Namun, tak perlu jauh-jauh ke Sungailiat untuk menikmati secangkir kopi dan roti panggang Tung Tau. Kini, Tung Tau bisa dengan mudah dijumpai di Kota Pangkalpinang. Ada enam cabang di Pangkalpinang.

Cabang terlawas di Kota Pangkalpinang berlokasi di pinggir Jalan Raya Depati Hamzah, atau biasa disebut Tung Tau Semabung Lama. Lokasi kedai yang buka sejak 2010 ini, cukup luas, parkiran bisa menampung sekitar 5 mobil.

Meski berlokasi di bangunan rumah toko (ruko), namun Tung Tau mempertahankan suasana tempo dulu dengan menggunakan meja dan kursi kayu. Terdapat 15 meja kayu berwarna coklat tua, mengisi ruang utama dan teras. Masing-masing meja dilengkapi empat kursi kayu.

Baca Juga: Aroma Kopi Manglayang Sudah Sampai Pasar Santa

Dinding bagian teras dihiasi interior dari kayu dan sepeda tua yang tergantung, yang menambah kesan klasik.

Kedatangan tamu di Tung Tau disambut bunyi bel di meja kasir. Seorang pramusaji dengan buku menu di tangan, sigap menghampiri tamu.

Kopi O dan kopi susu paling diminati di Tung Tau. "Paling cocok dengan roti panggang," tutur pramusaji yang menghampiri KONTAN, pagi itu.

Sekitar 10 menit, pesanan Kopi O tiba. Secangkir kopi hitam panas, disajikan dengan sepotong egg roll.

Aroma kopi khas Tung Tau cukup ringan. Seruput selagi hangat. Rasa pahit kopi tidak pekat dan tak asam, relatif mudah diterima lidah. Ada jejak rasa manis di pangkal lidah setelah beberapa saat.

Nikmati juga egg roll di sela menyeruput kopi panas, mengimbangi rasa pahit kopi. Egg roll alias semprong yang rasanya manis, termasuk camilan klasik di Bangka.

Baca Juga: Susuri Gang Demi Nasi Uduk Ibu Sidar yang Tenar

Bagi yang tak doyan kopi pahit, jangan khawatir, pesan saja kopi susu. Secangkir kopi hitam panas dipadu susu kental manis, juga menu favorit di Tung Tau. Aduk dulu sebelum disesap, agar rasa manis susu berpadu sempurna dengan rasa pahit kopi hitam.

Sepiring roti panggang hangat khas Tung Tau, cocok menjadi teman ngopi. Ada banyak pilihan rasa. Yang favorit, roti panggang telur dan srikaya. Satu porsi roti terdiri dari empat potongan kecil. Untuk roti panggang telur, dilengkapi irisan tipis telur rebus di bagian tengah roti. Ya, cukup nampol untuk melawan rasa lapar.

Roti panggang Tung Tau mirip roti panggang pada umumnya. Bedanya, roti panggang Tung Tau buatan sendiri alias home made. Selainya pun sebagian besar buatan sendiri, seperti selai srikaya, nanas, kacang wijen dan pisang.

Tedy Bunawan, pemilik Tung Tau, bilang, sebelum disajikan, roti dipanggang secara tradisonal menggunakan arang.

"Kami mempertahankan racikan kopi dan resep roti panggang turun temurun," tutur pria yang merupakan generasi ketiga pemilik Tung Tau.

Kedai nostalgia

Untuk kopi, kata Tedy, didatangkan dari Lampung. Yang membedakan dengan kopi lainnya, dari sisi racikan, yang dipertahankan sejak generasi pertama. Racikan kopi dominan robusta, yang dicampur sedikit arabica. Alhasil, rasa pahitnya tidak pekat.

Penyajian kopi pun secara tradisional. Kopi diseduh manual, tanpa menggunakan mesin alias kopi tubruk. Kopi tidak menyisakan banyak ampas, karena digiling halus.

Baca Juga: Manis Gurih Gudeg Eyangyang Pas Di Lidah

Tedy tak berniat mengutak-atik racikan kopi atau menambah menu kopi kekinian. "Inilah kopi selera orang Bangka, yang pas di lidah masyarakat sini," ujar pria 45 tahun ini.

Lantaran mampu menjaga otentik rasa kopi selama puluhan tahun, Tung Tau menjadi tongkrongan wajib bagi warga kelahiran Bangka, kala pulang dari perantauan. Mereka sengaja datang untuk bernostalgia.

Warung kopi legendaris ini juga kerap disinggahi para traveler, ketika mereka butuh sarapan, atau sekadar menghabiskan waktu senggang.

Wajar, Tung Tau leluasa disambangi, lantaran buka 24 jam. "Paling ramai, biasanya jam sarapan, dan malam di atas jam 8, karena sekalian jadi tempat nongkrong," imbuh Tedy.

Lokasi Tung Tau yang luas dan terbuka, memang nyaman untuk berlama-lama duduk sambil menyeruput kopi. Meski duduk di bagian dalam warung, pengunjung bisa leluasa memandang langsung ke arah keramaian jalan raya.

Dalam sehari, Tung Tau Semabung Lama bisa menyeduh kurang lebih 100 cangkir kopi.

Baca Juga: Beragam Rasa dalam Seporsi Sego Cawuk Bu Sri

Bagi yang ingin makan berat, Tung Tau juga punya banyak hidangan pendamping, lo. Mulai dari nasi goreng, bubur, hingga makanan khas Bangka seperti mi kuah ikan, pantiaw (mirip kwetiau) dan tekwan

Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Secangkir Kopi O bisa dinikmati dengan membayar Rp 16.000, dan Kopi Susu Rp 18.000. Seporsi roti panggang telur dan srikaya cukup ditebus seharga Rp 21.000.

 

Waroeng Kopi Tung Tau

Jl. Depati Hamzah, Semabung Lama Kec. Bukit Intan, Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung

Selanjutnya: Ruben Amorim Blak-blakan kepada Jim Ratcliffe terkait Keluarnya Kobbie Mainoo dari MU

Menarik Dibaca: 7 Rekomendasi Makanan Penurun Kadar Kolesterol Tinggi yang Paling Ampuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Dupla Kartini
Terbaru