CLOSE [X]

Paper model: memotong dan mengelem kertas

Selasa, 12 Juni 2012 | 10:58 WIB Sumber: Mingguan KONTAN, Edisi 11 - 17 Juni 2012
Paper model: memotong dan mengelem kertas

ILUSTRASI. Pengunjung melintas dekat papan edukasi investasi di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Miniatur F/A-18C Hornet itu tampak seperti aslinya. Desainnya betul-betul detail dan tegas. Komentar pertama yang mungkin keluar dari orang yang melihatnya adalah: mainan replika atau die-cast pesawat tempur ini terbuat dari besi atau plastik.

Maklum, ya, itu tadi, wujud miniatur F/A-18C Hornet tersebut kayak pesawat aslinya. Tapi, siapa sangka, ternyata bahan dasar burung besi ini berasal dari kertas. Di tangan Julius Perdana replika kapal terbang itu tercipta.

Miniatur semacam F/A-18C Hornet tersebut beken dengan sebutan paper model. Cuma, ada juga yang menyebutnya 3D paper craft alias kerajinan tangan tiga dimensi dari kertas. Jadi, “Merangkai model tiga dimensi dengan bahan kertas,” kata Julius, yang hobi berat membuat paper model.

Pria 34 tahun ini sudah melakoni hobi membikin paper model sejak tahun 1992. Saat itu, Julius masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Untuk menyalurkan hobinya waktu itu, dia rutin membeli Majalah Angkasa lantaran setiap bulan ada bonus pola-pola pesawat yang tinggal dirangkai menjadi paper model. “Mulai dari situ, saya rajin membuat paper model terus sampai sekarang,” ujarnya.

Menurut Julius, paper model mulai populer di Indonesia tahun 1980-an, sejak majalah anak-anak semisal Bobo kerap memberikan bonus aneka pola replika, seperti rumah, pesawat, robot, dan perahu. Namun, tiga tahun belakangan, orang yang demen membuat paper model semakin banyak.

Cuma, jangan keliru menyebut paper model sebagai origami, ya. Julius bilang, paper model dan seni melipat kertas asal Jepang itu berbeda.

Pertama, origami hanya melipat kertas menjadi sebuah bentuk yang tidak mirip aslinya. Sedang paper model tidak hanya melipat, melainkan juga memotong dan mengelem kertas.

Kedua, origami hanya membentuk sebuah model berdasarkan lipatan-lipatan kertas. Sementara paper model merancang sebuah model sesuai dengan desain yang telah disiapkan. Pola itu dipotong, dilipat, dan dilem mengacu kepada petunjuk perakitan.

Unik dan murah

Makanya, membuat paper model lebih rumit ketimbang origami. Butuh ketelitian dan kesabaran. Untuk desain yang jelimet, para pembuat paper model memerlukan waktu berhari-hari untuk membangunnya menjadi sebuah replika yang mirip dengan bentuk aslinya. “Kalau bilang origami semua orang tahu, tapi paper model enggak semua orang tahu,’’ imbuh Rauf Raphanus yang menekuni hobi membuat paper model sejak tahun 2003.

Lelaki 27 tahun ini suka membuat kerajinan tangan tiga dimensi tersebut dengan alasan unik dan murah. Unik, lantaran meskipun terbuat dari kertas, paper model mirip dengan bentuk aslinya. Murah, karena bahan bakunya kertas. “Kalau membeli model robot Gundam dari plastik, harganya bisa ratusan ribu sampai jutaan rupiah,” ungkap Rauf.

Julius, penyiar radio di Bogor, mengenal dan belajar paper model secara autodidak lewat dunia maya. Awalnya, ia tidak sengaja menemukan situs tentang paper model saat browsing internet. Akhirnya, dia tertarik dan menjajal membuat paper model rumah Gargamel. Pola rumah milik penyihir jahat dalam serial kartun The Smurfs tersebut Rauf unduh dari internet. Hasilnya, paper model perdana Rauf itu mendapat pujian dari sejumlah teman kampusnya.

Lain lagi cerita Arief Suseno yang hobi membuat paper model sejak masih mengecap pendidikan di sekolah dasar (SD). Tapi, saat masuk sekolah menengah pertama (SMA) hingga selesai kuliah, kegiatan itu vakum. Baru tahun 2008 lalu, ketika sudah bekerja sebagai akuntan, dia aktif lagi dengan hobinya.

Arief menuturkan, keahliannya dalam membuat paper model makin terasah. Bahkan, tak jarang ia membuat sendiri pola-polanya, tidak mengunduh dari situs di internet. Jadi, “Kalau saya punya bayangan suatu bentuk tertentu, bisa langsung dituangkan lewat paper model,” kata pria 32 tahun ini.

Ya, Julius menjelaskan, ada dua cara untuk membuat paper model.

Pertama, paper model siap jadi. Jadi, Anda tinggal merangkainya saja. Caranya adalah, cukup mencari dan mengunduh pola tertentu yang Anda suka dari berbagai situs paper model. Biasanya, dalam situs tersebut dilengkapi juga dengan petunjuk perakitan.

Kedua, paper model hasil desain sendiri. Hanya, Anda harus punya komputer, software, serta keahlian dalam mendesain objek paper model.

Tahapannya: pertama-tama, Anda harus mengumpulkan data-data seperti foto objek paper model. Kemudian, membuat layout tiga dimensinya memakai software, misalnya, Google SketchUp, yang bisa Anda unduh secara gratis.

Selanjutnya, tampilan tiga dimensi tadi dibentuk menjadi pelbagai potongan pola memakai software khusus bernama Pepakura Designer. Jika ingin memberi warna, Anda bisa menggunakan software Corel Draw. Setelah urusan desain rampung, pola paper model siap Anda cetak. “Anda tinggal merakitnya dengan cara memotong, melipat, dan mengelemnya hingga menjadi bentuk final,” jelas Julius.

Banyak untungnya

Baik cara pertama maupun kedua memiliki peralatan merakit yang serupa. Pertama, kertas putih dengan ukuran A4 dan berat minimal 100 gram, sehingga paper model lebih kokoh berdiri. Tapi, jenis kertas bisa memakai inkjet paper maupun kertas glossy untuk menampilkan warna-warna yang mengkilap pada paper model.

Kedua, gunting atau pisau cutter. Ketiga, lem putih PVAc. Perekat jenis ini mempunyai beberapa keunggulan. Contoh, saat kering lem ini berwarna bening tapi tidak mengkilap. Sehingga, lem ini tidak membuat paper model terlihat kotor oleh bekas lem. Keunggulan lain, lem tersebut punya kadar air relatif sedikit dibandingkan lem kertas lainnya, jadi tidak akan membuat kertas melengkung saat ditempel.

Arief menambahkan, jumlah kertas yang dipakai untuk membuat paper model bervariasi, tergantung dari ukuran dan lipatan objek. Ambil contoh, jika ingin membuat ukuran mini Angry Birds, cukup satu kertas. Tapi, “Kalau tinggi objeknya lebih dari satu meter, bisa menghabiskan sekitar 200 lembar kertas,” terang Arief.

Contoh lain, Julius sewaktu membuat replika Iron Man War Machine setinggi 30 cm menghabiskan 17 kertas. Namun saking rumitnya, ia membutuhkan waktu sampai tiga bulan untuk membuatnya, mulai dari mendesain dan membuat pola di komputer, hingga merakitnya. “Tergantung mood juga, sih,” tuturnya.

Walau proses pembuatan paper model terkadang rumit, Rauf menyatakan, menggeluti hobi ini lebih banyak untungnya.

Pertama, Anda bisa punya banyak koleksi aneka replika dengan harga murah. Apalagi, “Secara visual juga tidak kalah bagus dengan bahan plastik atau besi,” ucap dia.

Kedua, hobi ini membuka ruang untuk menjalin relasi dengan banyak orang dari latar belakang berbeda. Arief mencontohkan, saat ini dirinya tergabung dalam komunitas pencinta paper model bernama Paper Replika Indonesia (PeRI). “Saya punya banyak teman berlatar belakang mulai dari pegawai kantoran sampai penjaga gerai di mal,’’ katanya.

Ketiga, Anda bisa menambah kocek dengan melakoni hobi itu. Arief mengatakan, walaupun tidak rutin, ada saja yang memesan pola atau paper model yang sudah jadi kepadanya. “Pesanan dari kerabat atau kenalan, bahkan dari maskapai penerbangan, perbankan, perusahaan software game, dan jasa iklan,” ujar dia.

Bagi perusahaan-perusahaan itu, paper model mampu menarik minat konsumen untuk membeli produk atau menggunakan jasa mereka. Biasanya, pola paper model mereka berikan sebagai bonus untuk pelanggan yang membeli produk atau memakai jasanya.

Cuma, Rauf menyarankan, bonus yang perusahaan berikan kepada konsumen sebaiknya masih berupa pola paper model, berikut petunjuk perakitan, tentunya. Sehingga, konsumen mereka juga tertantang mengasah kemampuannya membuat suatu replika dalam bentuk tiga dimensi.

Soalnya, “Membuat paper model bukan hanya hasil, tapi proses merakitnya juga penting,” kata Rauf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari
Terbaru