INDUSTRI PARIWISATA - JAKARTA. Bisnis pariwisata bakal menjadi lokomotif utama perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun ke depan. Ini bisa terlihat dari proyeksi devisa yang bisa negara raih dari bisnis tersebut.
Menteri Pariwisata Arief Yahya masih optimistis devisa dari bidang pariwisata sampai akhir tahun ini bisa tembus Rp 200 triliun dan tahun depan tumbuh 11,5% menjadi Rp Rp 223 triliun. "Pariwisata bakal menjadi penyumbang devisa terbesar di Indonesia dan masuk top 20 fastest growing travel destination in the world," katanya di acara Indonesia Tourism Outlook 2018, Rabu (1/11).
Namun perlu upaya untuk bisa mencapai target tersebut. Salah satu cara adalah mengoptimalkan pemasaran dan promosi destinasi wisata. Salah satunya dengan media sosial. Sebab ia mencatat, sekitar 70% pelancong untuk berlibur sudah memakai media digital.
Langkah lain yang tidak kalah penting adalah membuat deregulasi yang bisa mengoptimalkan industri pariwisata. Ia sebut saat ini kalau ditotal ada 42.000 deregulasi yang mengikat industri pariwisata. Nah, bila salah satu deregulasi tersebut hilang, bisnis wisata nasional pasti melonjak. Ia mengambil contoh soal kebijakan bebas visa, kemudahan pengurusan kedatangan kapal pesiar, dan lainnya.
Langkah lain yang perlu mendapat perhatian adalah terus mengoptimalkan promosi wisata Indonesia ke berbagai penjuru dunia. Cara ini sejatinya sudah pemerintah lakukan tahun ini. Maklum, Kempar memang berambisi ingin mengenalkan 10 destinasi wisata lokal non Bali ke mancanegara.
Bila langkah tersebut bisa terlaksana, ia yakin target mengejar jumlah wisatawan asing sebanyak 17 juta orang tahun depan plus 270 juta turis lokal dan bisa menjaring devisa hingga Rp 233 triliun bisa terealisasi.
Pengamat ekonomi Faisal Basri menilai industri wisata lokal masih belum kompetitif. Ini bisa terlihat dari tarif wisata, seperti tiket pesawat ke dalam negeri bisa lebih mahal dari luar negeri. Dan seolah industri wisata luar negeri gencar menarik minat pelancong lokal ke luar negeri.
Langkah lain yang harus menjadi perhatian pertajam promosi wisata. Misalnya di wisata religi, alami dan budaya. Jangan hanya fokus di salah satu pasar turis asing yang sudah ada seperti China. Kemudian bidik turis lokal secara optimal. Misal cukup 30% saja dari penduduk, ini artinya berjumlah 78 juta.
Meski cara itu sudah pemerintah lakoni, Faisal pesimistis target devisa tercapai. Di 2019 ia proyeksi cuma Rp 200 triliun atau US$ 14,8 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News