Perlahan tapi pasti, pasar skuter otomatik alias skutik retro di Indonesia terus mengembang. Angka penjualan sepeda motor dengan tampang klasik tapi dengan sentuhan modern atawa retro menanjak, seiring dengan kehadiran pemain baru.
Setidaknya, saat ini, ada empat pemain di pasar skutik retro dengan Honda Scoopy sebagai pionir. Yakni, Minerva Benelli Pepe, Yamaha Fino, dan yang terbaru Jialing Li On yang meluncur awal 2011 lalu.
Di bulan-bulan awal kehadiran Jialing Li On di pasar skutik retro Tanah Air, angka penjualannya masih di kisaran 500-1.000 unit sebulan. Tapi, pada September lalu, "Sudah laku 2.000 unit," ungkap Yacup Eripin, Marketing Manager PT Buana Jialing Makmur Sakti Motor, agen tunggal pemegang merek Jialing.
Sukses ini tak lepas dari strategi Buana Jialing yang fokus memasarkan Li On yang menggendong mesin 125 cc di luar Jabodetabek, khususnya Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatra. "Imaji produsen Jepang (Honda Scoopy) sudah terlalu kuat di Jakarta dan sekitarnya," ujar Yacup.
Untuk merebut pasar skutik retro di luar Jabodetabek, Buana Jialing menyasar pasar menengah bawah. Itu sebabnya, mereka melepas Li On ke pasar dengan harga hanya Rp 8 juta hingga Rp 9,5 juta per unit. Jurus tersebut terbukti ampuh mendongkrak penjualan Li On. Apalagi, Li On tidak hanya paling murah di kelasnya, tapi juga irit bahan bakar.
Bukan ancaman
Untuk terus menggenjot penjualan Li On di berbagai daerah, Buana Jialing bakal menambah subdiler yang sekarang berjumlah 200 unit. "Pasar motor khususnya skutik retro di sini menjanjikan," kata Yacup.
Namun, angka penjualan Jialing Li On yang terus naik bukan ancaman bagi raja skutik restro di negara kita: Honda Scoopy. Senior General Manager Sales Division PT Astra Honda Motor Sigit Kumala bilang, segmen pasar Scoopy dengan Jialing Li On berbeda. Tapi, "Kehadiran Jialing Li On tentu bagus untuk pasar, supaya skutik retro juga memiliki peluang bisnis yang bagus untuk dikembangkan produsen," tutur dia.
Astra Honda sendiri merilis Scoopy lantaran di Indonesia masih banyak yang menyukai motor-motor model klasik. Mereka melihat ceruk motor retro ada. Tetapi, Sigit mengakui, pasar skutik retro memang belum akan berkembang lebih besar lagi tahun ini. Sebab, konsumen masih menyukai skutik dengan wajah futuristik. "Sampai tahun ini sejak meluncur pertengahan tahun lalu , kami baru bisa menjual Scoopy 20.000 unit per bulan, nanti kami tambah terus menjadi 25.000 unit per bulan," ujarnya.
Sigit memprediksi, baru tahun 2013 mendatang pasar skutik retro baru akan berkembang. "Syaratnya, agen pemegang merek lain juga berani masuk ke pasar ini," kata Ketua Bidang Komersil Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) ini.
Indra Dwi Sunda, Public Relation and Corporate Communication Head PT Yamaha Motor Kencana Indonesia, mengungkapkan, skuter retro besutan Yamaha sudah masuk ke Indonesia. Hanya saja, yang mendatangkan Yamaha Fino adalah importir umum. Dan, jagoan Yamaha di pasar skuter retro itu sudah dikenal luas di Thailand. "Yamaha Fino sudah ada sebelum Scoopy," ungkapnya.
Kalau pasar skutik retro makin bagus, Yamaha Motor juga akan mendatangkan Fino. "Harganya tidak akan Rp 27 juta per unit kalau kami yang bawa ke sini," janji Indra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News