Pemasok Apple kena serangan ransomware, ini kata pakar keamanana siber

Senin, 03 Mei 2021 | 00:13 WIB   Reporter: Ahmad Febrian
Pemasok Apple kena serangan ransomware, ini kata pakar keamanana siber

ILUSTRASI. Ilustrasi hacker atau kejahatan internet; Foto KONTAN/Muradi/2017/05/25


KEJAHATAN SIBER - JAKARTA.  Salah satu  pemasok Apple, Quanta Computer, menjadi target serangan siber. Perusahaan terebut dilaporkan telah diserang ransomware. Serangan ini diduga berasal dari kelompok peretas (hacker) asal Rusia bernama Revil. 

Dokumen yang berhasil mereka curi adalah desain dari perangkat MacBook Apple berikut uraian lengkap komponen di dalamnya. Agar data-data tak disebarluaskan, Revil meminta uang mencapai US$ 50 juta atau sekitar Rp 720 miliar.
.
Pakar keamanan siber Pratama Persadha menjelaskan, serangan ransomware serupa bisa saja menimpa berbagai perusahaan swasta dan lembaga negara di tanah air.  Pada tahun 2020  banyak kasus serangan ransomware terhadap perusahaan besar contohnya Garmin dan Honda.  

Yang jelas tidak ada sistem yang 100% aman, yang dapat menghalau semua serangan siber pada saat sekarang dan di masa depan. Cara terbaik ke depan adalah melalui mitigasi risiko. Nantinya, seluruh karyawan dan juga para pemain platform perlu diatur, ada beberapa rules yang wajib diterapkan untuk memastikan keamanan siber yang lebih baik.

Kasus ini sebenarnya menjadi sebuah pembelajaran bagi semua tim teknol di dunia atas keamanan dari file-file sensitif dan dalam melindungi data perusahaan. Jika melihat dari perkembangan serangan yang semakin besar selama pandemi terutama karena work from home. “Perusahan-perusahaan besar terlihat meningkatkan anggaran belanja keamanan siber mereka," terang Pratama, yang juga chairman lembaga riset siber, CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini.

Pratama menjelaskan,  dari hasil survei Microsoft terhadap 800 perusahaan di negara-negara maju,   58% telah meningkatkan budget keamanan mereka. .Sebesar 82% perusahaan berencana menambah staf keamanan. Lalu  81% responden merasa tertekan untuk menurunkan biaya keamanan pada perusahaan.


Menurutnya untuk para perusahaan membekali pegawainya dengan aplikasi virtual private network  (VPN) untuk bekerja dari jarak jauh. Agar tak mengandalkan aplikasi VPN perlu juga diterapkan Zero Trust Network Access (ZTNA) dan Secure Access Service Edge (SASE) jika perusahaan mempunyai anggaran keamanan yang besar.


Peristiwa ini adalah peringatan bagi perkembangan industri teknologi di tanah air yang terkoneksi dengan internet. “Bisa dibayangkan bila perusahaan atau sektor strategis dan vital negara banyak yang terkena serangan malware dan juga ransomware. Blackout akan kembali mengancam kehidupan,” jelas pria asal Cepu Jawa Tengah ini.

Menurut Pratama sebaiknya di tanah air sedari dini pemerintah segera menyelesaikan RUU Perlindungan Data Pribadi dan RUU Ketahanan Keamanan Siber. Keduanya  untuk melengkapi perundangan yang menaungi wilayah siber. Semua pihak dituntut harus bisa meningkatkan keamanan pada sistem informasi mereka, meningkatkan perlindungan data, meningkatkan edukasi keamanan siber SDM dan adopsi teknologi terkini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian

Terbaru