Penggunaan Rokok Merebak di Kalangan Pelajar, Ini Saran Tenaga Medis

Sabtu, 25 November 2023 | 07:55 WIB   Reporter: Jane Aprilyani
Penggunaan Rokok Merebak di Kalangan Pelajar, Ini Saran Tenaga Medis

ILUSTRASI. asap di ruangan


GANGGUAN KESEHATAN ANAK - Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Kira-kira begitulah bahasa yang dibubuhkan pada kemasan rokok dan juga iklan-iklan rokok. Iklan pada kemasan rokok tersebut terus digaungkan. Niatannya adalah agar orang-orang benar-benar menjauhi rokok. Khususnya bagi mereka yang masih dibawah usia 21 tahun.

Toh, di dalam kemasan sudah jelas-jelas terpampang soal aturan penggunaan rokok. Sayangnya anjuran itu tak benar-benar mendorong orang berhenti merokok.

Elizabeth Wowor, Dokter Spesialis Anak mengatakan bahwa rokok memang sebaiknya tidak dikonsumsi pada usia anak. Alasan utamanya adalah zat kimia yang terkandung di dalam rokok berbahaya dan paparan terhadap asap rokok dapat berdampak negatif khususnya pada usia anak.

Banyak pula penyakit yang dapat ditimbulkan karena efek rokok tersebut. Elizabeth mengatakan penyakit yang umum terjadi adalah gangguan pernapasan, infeksi telinga, masalah perkembangan, hingga gangguan perilaku.

Baca Juga: Indonesia Bisa Tiru Swedia dan Norwegia untuk Turunkan Prevalensi Merokok

“Penting untuk dicatat bahwa dampak rokok pada anak dapat bervariasi tergantung pada seberapa sering dan seberapa lama anak terpapar asap rokok, serta faktor-faktor individu lainnya seperti genetika dan kesehatan umum anak,” ungkap Elizabeth.

Ia juga mengatakan bahwa sejauh ini memang jarang ditemui dampak ekstrim rokok terhadap anak-anak yang menjadi perokok aktif maupun hanya terpapar oleh asap rokok. Akan tetapi, jika anak-anak tersebut terpapar dengan zat-zat kimia maupun asapnya dengan intensitas yang tingga dapat mengancam kesehatan.

“Kasus-kasus tersebut dapat melibatkan masalah pernapasan kronis, perkembangan yang terhambat, atau bahkan komplikasi serius seperti penyakit jantung,” katanya.

Faktanya, rokok tak melulu menyerang kesehatan fisik. Dari sisi psikologi atau kesehatan mental pun bisa terganggu jika terlalu sering atau terlalu lama terpapar.

Hal ini dikemukan oleh Patricia Elfira Vinny, Psikolog Klinis Anak dan Dewasa yang menyebutkan bahwa dampak rokok bisa membuat sang anak menjadi kecanduan. “Jika kecanduan akan ada keinginan untuk terus mengkonsumsi lagi dan daya konsetrasi menurun karena kesulitan mempertahankan fokus lantaran ingin terus merokok,” ujar Elfira.

Misalnya saja ketika jam pelajaran di kelas, sang anak menjadi gelisah karena ingin segera memasuki jam istirahat atau pulang untuk bisa merokok. Alhasil mereka tidak akann konsentrasi mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut.

Selain itu, Elfira bilang bahwa rokok akan menyebabkan anak menjadi lebih emosional. Lantas anak juga cenderung agresif dibandingkan dengan anak yang tidak mengkonsumsi rokok sama sekali.

Baca Juga: Waspadai Penyebab Gagal Ginjal, Gejala Awal yang Timbul, dan Cara Mnecegahnya

Sudah sepatutnya penanganan rokok ini melibatkan banyak pihak. Pasalnya, keinganan anak untuk merokok tidak secara tiba-tiba dari dalam dirinya sendiri. Lingkungan sekitar dinilai mempengaruhi niat mereka dalam merokok.

Penelitian yang berjudul Peer, family and teachers’ role on smoking behaviour among Islamic high school students in Depok, Indonesia dari International Interdisciplinary Journal for Research, Policy and Care menyebutkan bahwa faktor lingkungan seperti teman sebaya, keluarga memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku merokok siswa. Hal ini dikarenakan status merokok dan sikap permisif terhadap rokok berhubungan signifikan dengan kebiasaan merokok di kalangan remaja.

Pada penelitian lainnya yang berjudul Perceived Loneliness, Peer, and Parental Relationship With Smoking: A Cross-Sectional Analysis of Adolescents Across South-East Asia yang diambil Asia Pacific Journal of Public Health menunjukan bahwa sebanyak 10,6% remaja yang merokok di Asia Tenggara termasuk di Indonesia karena faktor kesepaian, kurangnya teman dekat dan juga kurangnya pemahaman orang tua.

Elfira meyakini bahwa kebanyakan kasus yang terjadi justru didorong karena lingkungan. Rasanya menjadi kurang keren jika tidak ikutan merokok saat berbincang-bincang dengan teman-teman yang lebih dulu sudah merokok. “Kebanyakan karena lingkungan. Jadi orang tuanya tidak merokok, tetapi sang anak merokok,” katanya.

Saran dari Elizabeth adalah penting untuk selalu menjaga lingkungan anak dari asap rokok, baik di dalam rumah maupun di lingkungan umum. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan bebas rokok diyakini memiliki peluang lebih baik untuk tumbuh kembang dengan baik dan mencegah risiko kesehatan yang terkait dengan paparan asap rokok.

Perlu diingat bahwa dampak rokok tak hanya dirasakan oleh perokoknya saja. Dalam jurnal Family and Economic Issues yang berjudul Do parental Smoking Behaviors Affect Children& Chinness, Stunting, and Overweight Status in Indonesia? Evidence from a Large-Scale Longitudinal Survey disampaikan bahwa anak yang ayahnya memiliki intensitas merokok sedang atau tinggi cenderung memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kurus dan stunting masing-masing sebesar 2,93 dan 3,47 poin persentasi. Paparan ayah yang merokok meningkatkan risiko anak mengalami stunting dan kurus.

Baca Juga: Waspadai Penyebab Gagal Ginjal, Gejala Awal yang Timbul, dan Cara Mnecegahnya

Elizabeth juga memberikan saran bagi kementerian kesehatan untuk bisa mengupayakan pencegahan rokok lebih masif lagi. Paling tidak dengan cara melakukan kampanye pencegahan rokok yang lebih intensif, terutama bagi pada orangtua dan masyarakat yang berinteraksi langsung dengan anak-anak.

Di samping itu juga bisa dengan mengintegrasikan materi pencegahan rokok ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Tentunya pencegahan ini perlu melibatkan guru dan staf sekolah dalam pelatihan pencegahan rokok sehingga mereka dapat memberikan informasi yang akurat dan membantu mencegah perilaku merokok di kalangan siswa.

Elizabeth bilang terus mendorong regulasi iklan rokok. “Terutama yang ditampilkan di tempat-tempat yang dapat diakses oleh anak-anak, seperti di sekitar sekolah atau area bermain anak,” ungkapnya.

Dirinya juga setuju untuk melakukan penegakan hukum ketat terhadap pelarangan penjualan rokok untuk anak dibawah umur. Hukuman tersebut bisa berupa sanksi yang lebih berat bagi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berhubungan dengan penjualan dan distribusi rokok kepada anak-anak.

Baca Juga: 5 Bahaya Merokok Buat Tubuh yang Wajib Dipahami Remaja, Jangan Coba-Coba!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Jane Aprilyani
Terbaru