PERBANKAN - JAKARTA. Perjalanan karir Arga Mahanana Nugraha sebagai bankir tampaknya berjalan mulus tanpa hambatan. Bagaimana tidak, di usia yang masih terbilang muda, baru menginjak 40 tahun, dia sudah menduduki jabatan direksi di salah satu bank terbesar di Tanah Air.
Arga diangkat menjadi Direktur Jaringan dan Layanan BRI pada Januari 2021 setelah 17 tahun berkarir di bank pelat merah tersebut. Padahal sejak kecil tak pernah sedikit pun terlintas di benak pria dengan latar belakang pendidikan Teknik Informatika bakal bekerja di bank.
Ketika kecil, sebagaimana lazimnya anak-anak, cita-cita Arga selalu berubah-ubah. Dia pernah ingin jadi arsitek, lalu astronot, kemudian terakhir berubah ingin jadi polisi tetapi pupus pasca divonis harus pakai kacamata rabun jauh dengan dioptri yang cukup besar.
Namun, sejak masih bocah, Arga sudah diperkenalkan oleh ayahnya dengan dengan dunia komputer. Sang ayah memang penyuka teknologi. Itu membuatnya sangat senang bermain gaming dan merakit personal computer (PC) sendiri.
Baca Juga: Pembukaan rekening Kartu Prakerja dapat dilakukan secara online di BNI
Perlahan, dia seperti ditarik kedua komputer. Dari hobi itu, Arga berhasil membuka usaha kecil-kecilan bulletin board system (prekursor online communities) dan konsultan Internet saat masih duduk di bangku SMP. Itu terus berlanjut hingga akhirnya dia bertekad harus berkarir di bidang IT dan bahkan sampai punya slogan sendiri " informatika atau mati".
Untuk mencapai cita-cita tersebut, dia mengambil kuliah jurusan teknik informatika di Universitas Bina Nusantara. Latar belakang pendidikan inilah yang kemudian mengantarkannya menjadi bankir seperti saat ini.
Arga memulai karirnya BRI mulai tahun 2004, setelah sempat bertualang singkat selama satu tahun sebagai web programmer di sebuah software house sebelum resmi resmi menjadi sarjana IT. Dia memulai karirnya sebagai staf IT Auditor. Dia diterima setelah melalui tujuh rangkaian tes dan seleksi yang menantang.
Pada tahapan terakhir, Arga diwawancara oleh Sarwono Sudarto petinggi BRI yang menjadi calon user. Saat ditanyai apakah paham apa tugas auditor IT, dia menjawab hanya mengetahui tugas aditor reguler dan justru bertanya balik kepada pewawancara.
Meskipun dialog akhirnya berujung dengan user menerangkan pekerjaan auditor IT, Arga tetap lulus karena hasil dan nilai seleksinya yang lain cukup membantu untuk menyelamatkannya.
Baca Juga: CIMB Thai dan CIMB Niaga sediakan layanan pembayaran QR lintas negara
Meskipun latar belakang pendidikannya dari teknik informatika, perjalanan karir Arga di BRI kemudian menjadi cukup beragam. Dia tidak mentok di bidang IT saja. Setelah berpetualang di beberapa posisi di sisi risk & control (Auditor IT dan IT Internal Controller), Arga kemudian masuk ke bisnis support yakni sebagai IT Strategic Planner dan MIS Developer.
Lima tahun berselang, dia kemudian mendapatkan kesempatan dari BRI mengambil gelar master dari Carnegie Mellon University. Kembali bekerja lagi, dia masuk ke ranah transaction banking, mulai cash management system untuk segmen wholesal, kemudian payment, card, & e-banking di segmen ritel, dan terakhir di bisnis keagenan Laku Pandai.
Tantangan menjadi bankir
Arga melihat tantangan bankir adalah disrupsi. Dalam berbagai ulasan, industri jasa keuangan selalu ada di daftar teratas industri yang akan terdisrupsi. Pemain lama maupun pemain baru selalu mencari peluang perbaikan dan optimisasi value yang bisa diberikan kepada nasabah.
Perbankan harus memiliki strategi resiko. Jika bank tidak berubah atau berubah tetapi dengan strategi yang tidak tepat maka kana berujung pada irelevansi perusahaan dan kegagalannya dalam mengantarkan value ke nasabah.
Menurutnya, BRI harus memiliki strategi resiko dan pekerja BRI mesti memiliki literasi digital dan budaya inovasi untuk bisa menghadapi tantangan tersebut. BRI telah mencanangkan gerakan transformasi sejak lima tahun silam dan terus mengalibrasi ulang transformasi ini dengan kondisi yang ada di industri dan masyarakat.
Transformasi yang dilakukan bank harus menyasar tiga hal yakni proses bisnis, teknologi dan manusia. Arga melihat, transformasi manusia yang lebih sulit. Salah satu strategi untuk melakukan transformasi itu adalah melalui budaya kerja seperti culture activation programs yang sudah dimiliki BRI saat ini.
Namun, Arga lebih senang menempuh cara-cara informal dengan menumbuhkan raport antara anggota tim. Salah satunya bisa dengan menggunakan aktivitas ekstrakurikuler seperti olahraga bersama.
Sementara prinsip utama yang dipegang teguh Arga sebagai seorang bankir adalah menjaga integritas. Selain itu, dia ingin menjadi seorang yang bisa memberi manfaat dan nilai tidak hanya bagi perusahaan tetapi juga bagi masyarakat dengan memberi manfaat sosial.
Isi waktu luang dengan utak-atik gadget dan komputer
Sebagai penyuka teknologi, Arga senang mengulik komputer dan mengutak-atik gadget sejak kecil. Hobi itu berlanjut hingga kini. Saat punya waktu luang, dia lebih senang berdiam di rumah menjalankan hobi tersebut.
Baca Juga: Di segmen pendanaan korporasi, kredit perbankan tetap jadi andalan
Dia rajin beli berbagai jenis gawai dan perangkat lainnya secara daring melalui situs e-commerce untuk ia otak-atik. Sudah tak terhitung lagi barang-barang menumpuk di rumahnya untuk mendukung hobinya. Sampai-sampai sang istri protes besar.
Guna menghindari omelan sang istri, Arga lantas cari akal. Saat berbelanja barang-barang yang ingin dipreteli dari e-commerce, dia pasti akan minta pengiriman dilakukan ke alamat kantornya saja.
Belakangan, dia memiliki hobi baru. Didorong rasa bosan karena terlalu sering terkungkung di dalam ruangan selama pandemi, ia mulai suka melakukan olahraga. Sepeda santai jadi salah satu pilihannya, di samping jalan kaki di pagi hari bersama istri. Terkadang, dia juga melakukan olahraga sepakbola bersama dengan anggota direksi BRI lainnya di BRILian Stadium Fatmawati.
Sementara untuk membagi waktu antara pekerjaan yang semakin sibuk seiring naiknya jabatan dan waktu bersama keluarga , Arga selalu punya strategi untuk menjaga keseimbangan. Membagi waktu antara keduanya, ia ibaratkan seperti sebuah bandul yang berayun. Misalnya, ketika rasanya sudah terlalu banyak menyita waktu untuk anak dan istri maka ia akan tarik bandul dengan menyediakan waktu ekstra untuk mereka.
Setiap kali Arga menghadapi perubahan karir memang awalnya selalu muncul pertanyaan klasik apakah bisa membagi waktunya. Namun, dia merasa beruntung karena keluarganya sangat memahami tuntutan pekerjaan yang dihadapinya dan selalu memberi dukungan luar biasa.
Selanjutnya: Cepatnya perkembangan teknologi digital bakal mengubah lanskap bisnis perbankan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News