Sayang, tidak ada data yang dibukukan dalam transaksi jual beli buah dan bibit kelapa bido ini. Yang jelas, setiap minggunya selalu ada pembeli. "Banyak yang minat, biasanya yang beli dari desa lain," ujar Anton.
Anton mengatakan, cara tanam kelapa bido sama seperti kelapa pada umumnya. Uniknya, ukuran pohonnya tumbuh lambat namun berbuah cukup cepat.
Tingginya hanya berkisar 3 meter hingga maksimal 9 meter. Anton bilang, dalam tiga tahun sudah kelapa bido sudah bisa dipanen. Dalam satu tandan, bisa ada 30 buah kelapa bido.
"Jadi cocok ditanam di halaman rumah. Tingginya lama, bahkan sering juga buahnya sampai bisa menyentuh tanah," terangnya.
Hasil kajian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Balitbangtan) pun mengkonfirmasi apa yang disampaikan Anton. Mulai berbuah di umur 3 tahun, kelapa bido rata-rata berukuran 2,5 kg per butir.
Dalam rentang usia 60 tahun, tinggi batang kelapa bido hanya mencapai 9 meter. Sedangkan untuk jenis kelapa pada umumnya di usia yang sama, tingginya bisa mencapai lebih dari 20 meter.
Kelapa Bido Morotai ini menjadi Varietas Unggul Baru (VUB) kelapa yang sudah dirilis Balitbangtan pada 21 April 2017.
Selain dapat dikonsumsi, menurut kajian Balitbangtan, kelapa bido memiliki potensi hasil kopra lebih dari 4 ton per hektare selama setahun, dengan berat kopra per butir sebanyak 320 gr dan kadar minyak 58,34%.
Melihat potensinya sebagai penggerak agrowisata dan produk pertanian, pengelolaan kelapa bido sejatinya layak mendapatkan perhatian serius dari Pemkab Pulau Morotai. Apalagi, Pemkab Pulau Morotai pun memang hendak menjadikan pariwisata dan pertanian sebagai sektor unggulannya.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pulau Morotai Nona N. Duwila, ada tiga sektor unggulan yang akan dikembangkan di Morotai. Ketiga sektor itu adalah pariwisata, perikanan dan juga pertanian.
"Sektor unggulan itu jadi ujung tombak kami. Nantinya ketiga sektor itu ditunjang oleh sektor-sektor lainnya," kata Nona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News