Prestasi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berkali-kali mencetak rekor baru di awal tahun ini tentu membuat investor saham bersorak gembira. Namun, sebagai seorang peracik reksadana, Priyo Santoso justru cuma bisa gigit jari.
Maklum, sebagai Chief Investment Officer (CIO) PT Mandiri Management Investasi (MMI), dia tidak diperbolehkan berinvestasi langsung di pasar saham. “Sesuai dengan kode etik, kami tidak boleh membeli saham sendiri,” katanya.
Toh, peraih penghargaan CIO terbaik tahun 2012 versi Asia Asset Management ini tidak bisa sembarangan mengoleksi produk reksadana. Ia hanya bisa mengempit reksadana yang dikelola oleh perusahaan manajemen investasi (MI) lain atau reksadana besutan MMI namun dikelola oleh Komite Manajer Investasi.
Karena berbagai keterbatasan itulah, Priyo lebih memilih membiakkan dana di luar pasar modal. Cuma, pria yang pernah berkarier di Danareksa Investment Management ini tidak tertarik berinvestasi emas maupun bermain di pasar valuta asing. “Saya tak suka karena volatilitasnya tinggi,” katanya.
Selain itu, dia tidak terlalu suka menebar investasi ke beragam instrumen atau portofolio. “Mengurus dana yang begitu besar di MMI saja sudah menyita banyak energi,” kata pria yang sudah berkecimpung di pasar modal sejak tahun 1990-an tersebut.
Lantaran tak ingin pusing, Priyo memilih “mengoleksi” unit apartemen yang relatif lebih mudah dikelola dan dimanfaatkan. “Tidak banyak, kok, saya sewakan apartemennya,” katanya. Salah satu unit apartemen itu kini dihuninya karena posisinya strategis dan dekat dengan kantor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News