Ramai-Ramai menuju Indonesia Sehat

Minggu, 27 Januari 2019 | 09:00 WIB   Reporter: Merlinda Riska, Petrus Dabu, RR Putri Werdiningsih, SS. Kurniawan
Ramai-Ramai menuju Indonesia Sehat


GAYA HIDUP - Virus gaya hidup sehat mulai mewabah di tanah air. Terutama, di kota-kota besar, seperti Jakarta, Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Dan, yang melakoni pola hidup ini bukan cuma orangtua, tapi juga anak muda.

Bahkan, mereka sudah menjadikan gaya hidup sehat sebagai kebutuhan. Maklum, pelaku gaya hidup sehat mulai sadar: sakit sangat mahal.

Tambah lagi, penyakit menyerang tanpa memandang umur. Termasuk, penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi, komplikasi, dan mengancam jiwa alias katastropik. Ambil contoh, kanker, stroke, juga diabetes melitus.

Nah, Kementerian Kesehatan (Kemkes) menyatakan, Indonesia tengah menghadapi tantangan besar yakni masalah kesehatan triple burden. Sebab, masih ada penyakit infeksi, penyakit tidak menular pun meningkat, dan munculnya kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi.

Pada era 1990-an, penyakit menular, misalnya, ISPA, tuberkulosis, dan diare, merupakan penyakit terbanyak dalam pelayanan kesehatan. Tapi, perubahan gaya hidup masyarakat jadi salah satu penyebab pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi).

Di 2015, penyakit tidak menular, semacam stroke, jantung koroner, kanker, diabetes, justru menduduki peringkat tertinggi.

Tak heran, enggak sedikit orang yang memasukkan gaya hidup sehat sebagai resolusi. Menurut Nazhif Gifari, Wakil Sekretaris Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI), gaya hidup sehat tidak hanya pola makan gizi seimbang, tapi juga istirahat cukup serta melakukan aktivitas fisik.

Demi mendukung gaya hidup sehat masyarakat sekaligus mewujudkan Indonesia sehat, Kemkes mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) pada 2016 lalu.

Ini merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa. Tentu, dengan kesadaran, kemauan, juga kemampuan berperilaku sehat guna meningkatkan kualitas hidup.

Pelaksanaan Germas mulai dari keluarga. Sebab, keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.

Kirana Pritasari, Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemkes, mengatakan, ada lima pesan yang Germas usung. Pertama, melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari. Kedua, mengonsumsi buah dan sayur.

Ketiga, memeriksakan kesehatan secara rutin. Keempat, lingkungan sehat. Dan kelima atau terakhir, edukasi.

Konsep menarik

Bukan cuma pemerintah yang mendukung pola hidup sehat masyarakat. Banyak perusahaan yang juga melakukan ini. Sebut saja, Bank Maybank Indonesia dengan menggelar lomba lari bertajuk Maybank Bali Marathon (MBM) sejak 2012.

Esti Nugraheni, Head Corporate Communication & Branding Maybank, menjelaskan, MBM selaras dengan program kemasyarakatan perusahaannya. “Kami merintis MBM, berangkat dari niatan luhur untuk mendukung gaya hidup sehat melalui olahraga di tanah air,” katanya.

Meski gaya hidup sehat mulai menjadi tren, fakta berbicara lain. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemkes menunjukkan, proporsi aktivitas fisik kurang pada penduduk berusia di atas 10 tahun meningkat menjadi 33,5% dari populasi umur tersebut.

Hasil Riskesdas 2013, proporsinya hanya 26,1%. Yang dimaksud aktivitas fisik kurang: kegiatan kumulatif kurang dari 150 menit seminggu.

“Kami prihatin melihat indikator Riskesdas yang seperti ini. Gaya hidup masyarakat Indonesia ternyata masih kurang sehat. Lebih banyak yang sedentari,” ungkap Kirana.

Tapi, bukan berarti pemerintah angkat tangan. Masih melalui Germas, pemerintah terus mengajak masyarakat menjadikan hidup sehat sebagai budaya.

Selain itu, berbarengan dengan Germas, pemerintah merilis Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) yang fokus pada pembangunan akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni. Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.

Maklum, di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), anggaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan banyak terserap untuk membiayai penyakit katastropik. Selain itu, pembiayaan kesehatan di tingkat lanjutan mendominasi pelayanan peserta JKN dibanding di tingkat dasar.

Jelas, pemerintah perlu menindaklanjuti fakta ini lantaran berpotensi menjadi beban yang luar biasa terhadap keuangan negara. Bolak-balik pemerintah menutup lubang defisit keuangan BPJS Kesehatan yang menganga triliunan rupiah.

Tambah lagi, peningkatan penyakit tidak menular bisa menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa. Ini berdampak pula pada besaran beban pemerintah karena penanganan penyakit tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar.

Pada akhirnya, kesehatan akan sangat memengaruhi pembangunan sosial ekonomi.

Hanya itu tadi, untuk mengubah perilaku masyarakat enggak mudah. Tapi, bukan berarti tidak mungkin. Contoh, untuk menyedot pelari pemula, sejumlah penyelenggara lomba lari mengemas event dengan konsep yang semenarik mungkin.

Penyelenggara Mandiri Jogja Marathon membuat lokasi dan rute lomba lari yang menarik. Event ini mengambil start dan finis di kompleks Taman Wisata Candi Prambanan. Lalu, rute atau lintasannya melewati pedesaan, persawahan, dan candi lain.

Maristella Tri Haryanti, Vice President Corporate Communication Bank Mandiri, menuturkan, itu bisa jadi motivasi pelari pemula untuk konsisten ikut event-event lari ke depan. Tentu, konsisten berlatih lari.

“Sebab, mungkin keikutsertaan mereka karena tren, kebutuhan eksistensi diri. Jadi, kalau lokasi dan rutenya menarik, ada suguhan kuliner atau atraksi lainnya, bisa mereka abadikan lewat selfie (swafoto) atau wefie (grup foto),” jelas Maristella.

Panduan hidup sehat

Untuk membantu mewujudkan gaya hidup sehat, Anda bisa menyusun resolusi, mumpung tahun 2019 belum genap bergulir satu bulan, masih tahun baru. Dr. Andi Kurniawan Sp. KO dari Indonesia Sports Medicine Centre (ISMC), menjelaskan, membuat resolusi kesehatan penting sebagai sebuah panduan gaya hidup sehat.

Edisi Khusus KONTAN kali ini siap membantu Anda dalam menyusun resolusi gaya hidup sehat di 2019. Mulai dari menetapkan target hingga petunjuk  agar bisa disiplin menjalankan semua rencana yang sudah Anda tetapkan.

Ingat, gaya hidup sehat tidak hanya melakukan olahraga secara teratur, tapi juga pola makan gizi seimbang. Tubuh Anda akan tetap sehat jika pasokan kalori sesuai kebutuhan.

Bagaimana cara menghitung kalori pada makanan dan minuman? Tenang, kami punya artikelnya yang akan membantu Anda menakar kalori yang pas. Ada juga ulasan cara mengenali makanan sehat dan bagaimana memilihnya.

Bagi Anda yang baru memulai olahraga dan menjadikannya sebagai resolusi di 2019, Edisi Khusus KONTAN bulan ini menyajikan tipsnya. Termasuk, potret olahraga kekinian yang bisa jadi pilihan Anda untuk mulai latihan, biar enggak mager alias malas gerak.    

Yang menjatuhkan pilihan pada olahraga lari, kami sajikan spot-spot menarik untuk berlari. Tak ketinggalan, agenda lomba lari yang akan berlangsung tahun ini dan berbagai pertimbangan dalam memilih event tersebut. Soalnya, tawaran lomba lari di tanah air sangat banyak.

Anda juga bisa, lo, meniru gaya hidup sehat dari sejumlah chief executive officer (CEO). Edisi Khusus KONTAN Januari 2019 menampilkan juga rubrik Gaya Hidup Sehat ala CEO.

Meski sudah melakoni gaya hidup sehat, bukan berarti Anda tidak perlu lagi punya asuransi kesehatan. Proteksi ini tetap penting. Kok? Simak ulasan lengkapnya di rubrik Asuransi.

Info Langganan Edisi Khusus KONTAN: 021 - 536 53 100 / WA dan SMS 0859 59 1000 95 / email: promo@kontan.co.id

Dapatkan juga di Toko Buku Gramedia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru