Rayuan investasi wisata di Sumatera Barat

Rabu, 18 Oktober 2017 | 17:30 WIB   Reporter: Ghina Ghaliya Quddus
Rayuan investasi wisata di Sumatera Barat


INDUSTRI PARIWISATA - JAKARTA. Tak ingin ketinggalan momentum pertumbuhan masyarakat kelas menengah di berbagai belahan dunia pasca-krisis moneter 2008 silam, pemerintah gencar menjaring investasi di sektor pariwisata. Mulai dari pengembangan 10 Bali Baru hingga destinasi lainnya yang belum banyak terjamah wisatawan.

Kontan.co.id berkesempatan menengok salah satu daerah yang sedang dipromosikan pemerintah, yakni Sumatera Barat bersama dengan beberapa investor potensial asing yang berasal dari Rusia, Singapura, dan negara Timur Tengah. Ada dua destinasi yang ditawarkan kepada investor, yakni kawasan Mandeh di Pesisir Selatan dan Gunung Padang di Kota Padang.

Mandeh sendiri disebut-sebut sebagai Raja Ampatnya Sumatera Barat. Hanya butuh waktu satu jam dari Kota Padang menggunakan kapal cepat untuk menuju Mandeh. Kalau menggunakan jalur darat, perjalanan ke Mandeh bisa ditempuh dalam waktu dua jam.

Baik jalur laut maupun darat, di sepanjang perjalanan menuju Mandeh, pengunjung bisa menikmati pemandangan yang cantik meski berbeda karakter. Bila naik kapal, sejauh mata memandang terlihat pemandangan laut tenang yang sesekali diselingi pulau-pulau kecil sebelum menepi di Pelabuhan Carocok Tarusan. Sementara apabila naik mobil, perjalanan ditempuh melalui lereng bukit yang dikelilingi pohon-pohon hijau.

Kawasan Mandeh mulai ditengok sejak Presiden Joko Widodo mampir ke kawasan ini akhir 2015 lalu. Usai menengok Mandeh, Presiden meminta infrastruktur menuju Mandeh diperbaiki dan destinasi wisata digarap lebih serius agar wisatawan lebih banyak datang ke sana.

Untuk itu, penanaman modal digencarkan dalam pengembangan kawasan ini baik untuk asing maupun domestik. Tak tanggung-tanggung, agar menarik investor, pemerintah daerah Pesisir Selatan akan membebaskan daerah selama lima tahun pertama usaha.

Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni menyebutkan, pihaknya juga menyiapkan berbagai kemudahan bagi investor yang ingin membangun di kawasan Mandeh. Mulai dari memudahkan pengurusan perizinan usaha hingga menggratiskan biaya dari seluruh proses perizinan.

"Masalah izin semua gratis yang penting ada niat membangun di sini," kata dia saat ditemui di rumah dinasnya, Selasa (17/10).

Di kawasan Mandeh, peluang investasi yang ditawarkan beragam. Namun, yang paling dijagokan adalah Pulau Cubadak yang sudah dikelola oleh investor dari Italia tetapi kontraknya akan habis di 2020 mendatang. Di sana berpotensi untuk dikembangkan dermaga kelas kecil, penginapan, dan restoran.

Selain itu, puncak Mandeh yang merupakan view point dari kawasan Mandeh juga ditawarkan kepada investor. Peluang destinasi yang bisa dibangun adalah restoran berpemandangan laut yang lapang.

Adapun destinasi Bukit Ameh yang saat ini sedang dirampungkan studi kelayakannya berpotensi untuk dibangun hotel, lapangan golf, dan taman buah. Selain itu, ada Sungai Nyalo yang berpotensi untuk dibangun penginapan, restoran, dan pembangkit listrik.

Mandeh juga punya Pulau Pagang, Pulau Marak, Pulau Bintangor, Pulau Setan, Pulau Sironjong Ketek yang memiliki potensi untuk dibangun penginapan, restoran, wahana wisata, hingga peternakan dan pengolahan air bersih.

Namun dengan potensi tersebut, belum banyak wisatawan yang melirik Mandeh. Dinas Pariwisata Pesisir Selatan mencatat, kedatangan turis asing di daerahnya hanya 10% dari total wisatawan yang datang ke sana. Sementara sisanya masih didominasi wisatawan lokal.

Gubernur Pemerintah Provinsi Sumatera Barat Irwan Prayitno mengemukakan bahwa jumlah wisatawan asing yang masuk ke Sumatera Barat tahun lalu bahkan hanya 46 ribu wisatawan, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 48 ribu wisatawan. Menurutnya hal ini lebih disebabkan oleh infrastruktur yang belum memadai. Oleh karena itu, dibutuhkan penanaman modal dari asing maupun domestik.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong menambahkan, untuk meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Indonesia, perlu juga untuk melakukan revolusi mental.

Pasalnya, ada permasalahan pada budaya pelayanan di beberapa daerah yang masih memiliki mindset penguasa. Meskipun butuh waktu untuk mengubah ini, revolusi mental semacam ini perlu dilakukan oleh setiap daerah.

“Kalau kita mental preman, mental penguasa, maka sulit tumbuh ekonominya. Kalau kita melayani, gengsi kepemimpinan lebih tinggi karena pencapaiannya besar,” jelasnya.

Meski begitu, harapan atas investasi di Sumatera Barat sudah mulai terlihat. Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Himawan Hariyoga mengatakan, Sumatera Barat telah menandatangani letter of intent dengan lima investor selama dua hari Regional Investment Forum (RIF) diadakan di sana. LOI tersebut berisi tentang kesepakatan para pihak dalam melakukan pertukaran informasi peluang investasi dan kerja sama.

Menurut Himawan, pihaknya akan mengawal terus bagaimana progres dari investasi ini. "Kami komunikasi dan tidak putus. Di masing-masing negara ada perwakilan Indonesia. Harapannya nanti datang lagi ke sini sudah konkret," ucapnya.

Selain kawasan Mandeh, Sumatera Barat juga menawarkan potensi investasi di Gunung Padang. Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah menyebutkan, potensi investasi yang bisa dikembangkan di sana adalah perhotelan dan cable car. "Kami buat kawasan khusus antara Padang dengan Mandeh. Akses ke Mandeh juga sudah lancar," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Halaman   1 2 Tampilkan Semua
Editor: Yudho Winarto
Terbaru