Pusat kebugaran atawa fitness seolah sudah menjadi bagian dari gaya hidup masa kini. Olahraga atau lebih populer dengan nge-gym di studio fitness telah menjadi pilihan kaum urban, terutama di kota-kota besar. Tengok saja, sejak pagi, siang, sore, hingga malam, pusat kebugaran selalu ramai dipenuhi para penggemar olahraga. Kenapa? Ada banyak alasan anak muda di kota besar hobi nge-gym. Pertama, studio fitness tempatnya asyik dan menyenangkan karena berlokasi di pusat keramaian.
Kedua, ajang sosialisasi karena banyak anggota beragam karakter, latarbelakang profesi, dan status sosial. Ketiga, fasilitas pusat kebugaran lengkap dan modern, sehinga pas dengan tempo hidup yang cepat di perkotaan. Sepulang kerja atau kuliah, Anda bisa langsung nge-gym supaya tubuh tetap bugar. Setelah berolahraga, cukup bergeser sedikit ke lokasi-lokasi hangout, yang biasanya tidak jauh dari situ. Bahkan beberapa studio fitness dilengkapi kafe hingga kolam renang. Menarik, bukan?
Kini, model keanggotaan pusat kebugaran semakin dinamis dan fleksibel dengan jangkauan ke banyak pilihan studio olah tubuh berkat sentuhan kecanggihan teknologi informasi. Salah satunya adalah aplikasi GuavaPass yang berbasis internet.
GuavaPass merupakan startup asal Singapura dan baru sebulan ini ekspansi ke Jakarta. Dengan mendaftarkan diri di GuavaPass, Anda bisa mengikuti berbagai kelas olahraga tanpa harus terikat menjadi anggota sebuah gym atau studio. Syaratnya, Anda cukup membayar Rp 770.000 per bulan, setelah melakukan registrasi keanggotaan via ponsel pintar atau komputer desktop. Selanjutnya, bisa diperpanjang lagi keanggotaannya setiap berakhir masa berlaku.
Saat ini, GuavaPass sudah bekerjasama dengan 31 studio kebugaran di Jakarta. Anda bisa mengikuti ribuan kelas-kelas dan waktu latihan di studio yang bermitra dengan GuavaPass. Bahkan Anda leluasa memilih kelas-kelas yang lebih spesifik, seperti yoga dan pilates, parkour, serta berbagai jenis tari dan lainnya.
Memang, kemunculan aplikasi booking olahraga di banyak pusat kebugaran ini bisa dibilang sebagai terobosan atas keluhan dan kelemahan dari model member fitness konvesional selama ini. Maklun, untuk mendapatkan keanggotaan sebuah gym, anggota harus merogoh kocek dalam-dalam.
Terkadang fasilitas atau kelas kebugaran yang tersedia terbatas. Padahal Anda ingin mencoba kelas lain, yang tentu harus mendaftar sebagai anggota baru di studio lain. Pun ketika bepergian ke luar kota, kartu member gym yang biasa tidak bisa digunakan karena ketiadaan jaringan atau cabang tempat fitness yang Anda ikuti.
Alhasil, Anda sudah mengeluarkan banyak uang, tapi tidak mendapatkan manfaat yang maksimal. Dari sinilah, GuavaPass beroperasi.
Belum berdampak
Sejatinya aplikasi semacam GuavaPass bukan barang baru di luar negeri. Di Asia saja, setidaknya ada beberapa startup serupa yang bertarung sengit memperebutkan pasar olah tubuh, yakni Dossier, KFit, dan Passport Asia. Kehadiran pebisnis startup tersebut diilhami dari kesuksesan ClassPass yang diluncurkan seorang penari ternama Payal Kadakia di New York, Amerika Serikat (AS), Juni 2013 lalu. ClassPass kini hadir di 35 kota. Lima di antaranya berada di dua negara di luar AS. Ingin mengikuti jejak sukses pendahulunya, GuavaPass yang dirintis oleh Jeffrey Liu dan Rob Pachter pada awal tahun lalu di Singapura, terus melebarkan sayap bisnisnya. “GuavaPass mirip dengan ClassPass di AS, tetapi menjangkau pasar Asia,” sebut Melissa Tran, GuavaPass’ Head of Product Internationally and Dubai General Manager seperti ditulis laman Sport360.
Sedangkan bagi studio rekanan, sistem GuavaPass bisa menguntungkan, terutama bagi studio butik. Selain bisa mengisi kelas pada jam rendah kunjungan, sistem GuavaPass membuka peluang untuk menggaet anggota baru. Berhubung menawarkan fleksibilitas dan akses yang luas, apakah GuavaPass akan menggerus bisnis studio fitness konvensional? Menurut Yulia, Member Consultant Fitness First Taman Anggrek, kehadiran GuavaPass belum terasa dampaknya dari sisi bisnis. Maklum, GuavaPass baru sekitar sebulan beroperasi di pasar pusat kebugaran Indonesia. “Kami belum menjalin kerjasama dengan GuavaPass,” imbuh dia.
Yulia melihat, kemunculan GuavaPass bukan sebuah ancaman. Bisa saja, Fitness First bermitra dengan GuavaPass jika kerjasama dapat mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Untuk saat ini, Fitness First masih fokus menggarap member utama. “Untuk Fitness First Taman Anggrek saja, member kami sudah mencapai 5.000,” ungkapnya.
Di luar Taman Anggrek yang menjadi pusatnya, Fitness First memiliki 11 cabang di antaranya tersebar di Cibubur Junction, Oakwood, Plaza Semanggi, Pluit Village, Pacific Place, Senayan City, dan Grand Indonesia. Sementara cabang di luar negeri, ada di Singapura, Australia, dan Inggris. Yulia juga menerangkan, tren gym di tanah air semakin berkembang, terlihat dari jumlah member yang terus bertambah. “Setiap tahun member kami naik,” imbuhnya tanpa menyebut angka. Dari 31 studio yang bekerjasama dengan GuavaPass, di antaranya Soulbox SCBD, salah satu tempat nge-gym favorit. Patricia, Operation Manager Soulbox SCBD, mengakui, sejauh ini belum terjadi peningkatan anggota baru. “Belum kelihatan, ya, karena GuavaPass baru banget,” katanya.
Meski begitu, Patricia memprediksi, bakal terjadi pergeseran pola anggota pusat kebugaran dengan kemunculan aplikasi booking kelas kebugaran seperti yang ditawarkan GuavaPass. Pertimbangannya, sistem ini menjadi jawaban bagi mereka yang tidak ingin terikat pada sebuah studio fitness. Selain itu, memberikan keleluasaan bagi mereka yang hanya menginginkan kelas-kelas kebugaran khusus. “Keuntungan bagi studio, bisa untuk ajang promosi,” tuturnya.
Atas dasar itu, Soulbox SCBD tidak menganggap GuavaPass sebagai pesaing. Soulbox SCBD tetap memprioritaskan member reguler. Caranya, slot untuk kelas-kelas yang dikerjasamakan dengan GuavaPass bukan pada peak hour, misalnya dari pukul 6 sampai 10 pagi. ”Jam padat biasanya pada sore. Jadi lumayan membantu isi slot yang kosong-kosong itu,” beber Patricia.
Setali tiga uang dengan Pilates Capital yang menangkap peluang dari kemunculan GuavaPass untuk menambah anggota baru. Damayanti, Operasional Administrator Pilates Capital menjelaskan, kerjasama dengan GuavaPass cukup membantu dari sisi promosi studio lebih luas. Sayang, Damayanti tidak bisa menjelaskan lebih lanjut mengenai sistem kerjasama dan pembagian keuntungannya. Ia berdalih, hal itu merupakan keputusan pemilik studio dan GuavaPass.
“Kami terbuka GuavaPass di luar peak hour,” jelasnya. Seperti halnya Soulbox, Pilates Capital tetap mengutamakan anggota, terutama kategori privat, yang mendapat keistimewaan. Di Pilates Capital, proporsi kelas privat masih lebih banyak ketimbang kelas grup, yakni 60:40. Adapun, pengunjung yang menggunakan jalur GuavaPass hanya boleh tiga kali dalam sebulan mengikuti kelas kebugaran di studionya. Apabila ingin mengikuti kelas secara penuh, ia harus menjadi member Pilates Capital. “Jadi kalau mereka merasa cocok, bisa gabung menjadi anggota kami secara penuh,” terang Damayanti.
GuavaPass juga resmi menggandeng Sana Studio untuk kelas-kelas tertentu yang peminatnya terbatas. “Dari GuavaPass, rata-rata peserta mengikuti kelas zumba,” papar Lina, seorang karyawan Sana Studio. Ia bilang, saat ini pengguna GuavaPass di Sana Studio pun belum banyak. “Karena masih baru, jadi belum bisa bicara lebih jauh dampaknya seperti apa,” kilahnya.
Saat ini, GuavaPass memang baru jadi ajang promosi bagi studio-studio kebugaran butik. Namun, seiring dengan pilihan studio yang kian banyak dan bervariasi, jalur GuavaPass bisa jadi lebih murah ketimbang jadi member beberapa studio sekaligus. Saat itu terjadi, persaingan bisnis fitness mungkin akan kian memanas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News