Mendengar kata Gunungkidul, saat ngomongin makanan, mungkin yang banyak terlintas di benak sebagian orang: gaplek dan tiwul. Makanan yang terbuat dari singkong ini memang sudah menjadi trade mark kabupaten di Yogyakarta itu.
Tapi, ada kudapan lain khas daerah tersebut, lo. Salah satu kuliner asal Gunungkidul yang membekas di lidah lantaran kenikmatannya ialah soto.
Nah, kalau Anda berlibur ke Yogyakarta, jangan lupa mampir ke Soto Mbah Noto, ya. Kedai ini terletak di Jalan Wonosari Km 4, sekitar 40 kilometer dari Kota Yogyakarta. Posisi persisnya ada di sebelah kiri jalan, 200 meter sebelum gapura Selamat Datang Kota Wonosari. Di kedai ini, Anda akan menemukan kelezatan kuah soto berpadu rasa gurih daging ayam kampung muda.
Oh, iya, meski memakai nama Mbah Noto, pemilik kedai ini bukan Mbah Noto, melainkan Mami Darsono. “Mbah Noto adalah nama kakek saya, karena resep soto ini merupakan warisan keluarga yang dulu biasa dihidangkan di meja makan keluarga,” jelas Mami.
Kedai yang buka jam enam pagi sampai dua siang ini tak hanya populer di Gunungkidul dan Yogyakarta. Tak heran, terutama saat akhir pekan, pelat mobil pengunjung yang parkir bukan AB saja, tapi juga dari luar Jogja. “Pengunjung yang datang di akhir pekan dua kali lipat dari hari biasa, hingga 300 orang,” beber Mami.
Sekarang, yuk, kita icip-icip. Soto Mbah Noto berkuah bening, seperti soto kudus dan soto semarang. Sehingga, terlihat jelas bihun, suwiran daging ayam kampung, irisan bawang merah goreng dan daun seledri, serta nasi putih “berenang” di dalam kuah soto.
Aroma kuah merebak dan langsung menggugah selera makan. Tapi, kurang afdal rasanya menyantap soto tanpa perasan jeruk nipis dan tambahan kecap manis. Bagi Anda yang suka pedas, tak ada salahnya menambahkan sambal. Setelah itu, aduk soto biar semua bahan tambahan tercampur.
Pakai ayam jantan
Jangan buru-buru menyantap seluruh isi soto. Cicipi dulu kesegaran kuahnya. Selain segar, rasa kaldu ayam sangat dominan. Ada rasa gurih juga yang menemani kaldu itu.
Namun, itu belum cukup. Cobalah gigit potongan daging ayamnya. Daging ayam nan empuk itu begitu gurih. Rasa nikmat pun makin terasa saat bawang goreng, bihun, dan irisan seledri berpadu di lidah.
Mami bercerita, kunci kelezatan soto racikannya memang terletak pada kaldu yang berasal dari air rebusan ayam kampung muda. Tak sekadar ayam kampung muda, sebisa mungkin Mami menggunakan ayam kampung jantan karena dagingnya lebih empuk.
Sembari merendah, Mami bilang, sebetulnya tidak ada resep rahasia untuk menghasilkan kuah yang nikmat, seperti halnya bumbu soto lainnya. Cuma memang, ia tidak memakai santan dan susu. “Takut enek rasanya. Orang Gunungkidul suka yang segar-segar,” ujarnya.
Mami mengatakan, kuah soto harus dimasak sampai betul-betul matang. Dan, proses memasaknya harus pakai kayu bakar, bukan dengan kompor minyak tanah apalagi gas. “Kalau tidak pakai kayu bakar, rasanya menjadi lain. Agak kurang,” ungkap Mami.
Di samping kuah soto, Mami juga memperhatikan kualitas nasi putih. Menurut dia, nasinya harus pulen. Kalau tidak, akan berpengaruh ke rasa soto. “Makanya, masak nasinya harus pas. Juga harus dimasak pakai kayu bakar,” tuturnya.
Untuk menebus semangkuk Soto Mbah Noto, Anda hanya perlu merogoh kocek Rp 6.000. Murah, bukan? Dan, sebagai teman menyantap soto, ada beberapa jenis sate, mulai sate telur puyuh, sate ati ampela, sate daging sapi, hingga ayam kampung. Harganya mulai Rp 1.000 sampai Rp 2.000 per tusuk.
Di kedai ini juga menyediakan menu ayam goreng. Seperti bahan baku soto, Mami memakai ayam kampung muda jantan untuk ayam gorengnya. Rasa ayamnya gurih dan empuk, bumbunya meresap ke dalam daging. Harganya, Rp 6.000 saja per potong, dengan nasi putih menjadi Rp 8.000.
Soto Mbah Noto
Jl. Wonosari Km 4 Wonosari, Yogyakarta
Koordinat GPS: S7093.918’ - E110057.629’
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News