Segarnya Sup Gurame di Waroeng Sunda

Minggu, 17 Mei 2009 | 03:58 WIB   Reporter: Roy Franedya

waroengsundaMENYUSURI Jalan Raya Serpong yang membentang panjang, sesampai di kilometer 8, tampak banyak mobil mengerumuni sebuah kedai. Padahal, jam makan siang sudah lewat. Pengunjung masih saja berdatangan, hingga lapangan parkir yang muat 30 mobil itu terisi penuh. Tentu ada sesuatu yang istimewa dari kedai ini. Hanya dengan membaca papan nama yang tertera di atas pintu masuk, Anda pasti langsung mafhum kalau warung ini menyajikan makanan khas Sunda. Nama yang tertera, ya, memang begitu: Waroeng Sunda; ditulis dengan huruf miring. Begitu kita tiba, seorang pelayan berpakaian tradisional Sunda segera membuka pintu. Wajahnya ramah. Sejurus kemudian, kita dihadapkan dengan deretan meja dan bangku yang terbuat dari potongan pohon. Jika kepingin mengudap makanan secara lesehan, kita bisa langsung menuju ke saung-saung kecil. Waroeng Sunda menyediakan total empat saung yang didirikan di atas kolam ikan. Sehingga, sembari menyantap hidangan, kita bisa melihat puluhan ikan tengah asyik berenang. Sambil menunggu pesanan datang, mata kita dibelai dengan pemandangan pepohonan yang menghijau di belakangan kedai. Tapi, para pelayan tidak ikut santai-santai. Mereka dengan sigap segera menghantarkan sepiring pepes ikan teri atau otak-otak, sesuai pilihan kita. Asyik, kan” Nah, jika kebetulan membawa laptop, segeralah berselancar. “Kami menyediakan fasilitas WiFi gratis,” ujar Laurina Inkiriwang, pemilik Waroeng Sunda, bernada reklame. Cuma, saat itu kelihatannya tidak banyak pengunjung yang memanfaatkan fasilitas ini. Mereka malah keburu asyik menikmati hidangan. Banyak menu Waraoeng Sunda yang bisa menjadi pilihan. Antara lain, aneka olahan gurame, aneka olahan patin, aneka olahan ayam, hingga aneka olahan daging sapi. Tak ketinggalan, pengunjung bisa memilih tiga macam sambal yang tersedia. Yakni, sambal dadak, sambal terasi, dan sambal mangga. Aneka lalapannya melimpah: mentimun, kol, daun kemangi, sampai daun pohpohan. Kita tinggal memilih dan mengambil sesuka hati. Nah, berbeda dengan sambal di warung lain yang umumnya tersedia sepanjang hari, penyajian sambal Waroeng Sunda ini termasuk unik. Sambal baru diracik jika pengunjung datang dan memesan. Jadi, pengunjung bisa melihat langsung proses meracik dan mengulek sambal. Tak usah risau jika ingin mencoba rasa ketiga sambal ini. “Kami siap menyediakannya,” ujar Laurina. Bahkan, Laurina juga membolehkan pengunjung  untuk meracik dan mengulek sendiri sambal kesukaannya. Bingung dengan banyak pilihan” Ada dua menu yang menjadi favorit pengunjung. Yakni, sup gurame dan patin cabut duri.  “Tapi, yang paling top,  ya, sup gurame. Pedas, segar, dengan harum kemangi,” ujar Sarwani, pecinta kuliner yang tengah bersantap di Waroeng Sunda. Semerbak wangi kemangi memang langsung menguar dari semangkuk sup gurame yang terhidang di meja. Sup berbahan gurame ukuran 5 ons pesanan pesanan saya langsung menerbitkan hasrat untuk segera menyantapnya. Apalagi melihat kuah berwarna kuning cerah yang dihiasi potongan tomat dan daun kemangi. waroengsunda2Saat menyeruput kuah, kesegarannya langsung berasa di rongga mulut. Ada rasa asam, pedas, serta manis yang terasa lamat-lamat. Potongan daging guramenya  lembut. Tidak amis. Tidak pula berbau tanah. Mantab surantab! Menu lain yang layak coba adalah patin cabut duri yang berbanderol Rp 6.000 per ons. Patin bakarnya mantap juga, lo. Langsung saja sikat, tak perlu takut ada duri yang tiba-tiba menyelinap. Maka, terbitlah rasa manis dan gurih yang saling meningkahi. “Kami menggunakan bumbu keluarga,” ujar Laurina. Bumbu-bumbu rahasia keluarga itu memang telah dikembangkan di sana-sini. “Tidak melulu bumbu sunda dari keluarga suami saya. Tapi juga ada bumbu menado dan jawa timur  dari saya,” ujar Laurina. Gabungan dari berbagai bumbu inilah yang menjadikan sajian Waroeng Sunda berbeda. Sebagai pelega tenggorokan, cobalah es pluncut dan es kabayan. Mirip dengan es campur, es pluncut tampil unik dengan bentuk es yang kerucut. Sementara, es kabayan mengandalkan rasa manis yang terasa dari gula jawa. Haus karena terpapar sinar mentari langsung sirna begitu menyeruput es seharga “Rp 9.000 ini. Segar nian! Harga Rp 7.500 per ons dan minimal pesanan 5 ons gurame bukanlah halangan. Terbukti ada 100 sampai 200 pengunjung yang datang setiap hari. “Kalau akhir pekan bisa dua hingga tiga kali lipat,” ujar Laurina. Taruh kata, setiap pengunjung menandaskan duit Rp 50.000 saja, Laurina sudah pasti memasukkan duit di dompetnya Rp 5 juta sampai Rp 10 juta pada hari biasa. Dan, akan berlipat-lipat jika ujung minggu menjelang. Mantap, kan!

Kelak, Waroeng Sunda Bisa Buat Kongko WAROENG SUNDA menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di perbukitan Sentul, Bogor, pada 1993. “Kami mengisi salah satu sarana kuliner di sana,” ujar Laurina Ingkiriwang, pemilik kedai. Lima tahun berjalan, pengembang tidak mau lagi memperpanjang sewa. Padahal, pengunjung sudah bererot. Tak ingin kehilangan pelanggan, Laurina bergegas mencari pelabuhan baru. Dari banyak pilihan, “Saya dan suami memutuskan buka di Serpong, delapan bulan yang lalu,” ujar Laurina. Untuk menyiapkan kedai ini, Laurina membutuhkan waktu hingga setahun. Maklumlah, Laurina menginginkan kedainya menjadi rumah kedua bagi pengunjung. Itulah sebabnya, kedai dibikin senyaman mungkin, tak hanya bagi orang dewasa, tapi juga anak-anak. Sembari berselancar, pengunjung juga bisa sambil mengawasi anak-anak yang tengah bermain. Banyak mainan yang tersebar di taman yang penuh dengan rerimbunan pohon. Mulai dari becak-becak kecil, ayunan, kuda-kudaan sampai lempar panah. Saking banyaknya mainan, ada pula anak-anak yang emoh pulang. “Sampai-sampai, ada pengunjung yang balik esok hari karena anaknya minta main ke sini,” ujar Laurina. Jika tidak sempat datang, Waroeng Sunda menawarkan jasa delivery service untuk  untuk wilayah Serpong dan Bumi Sepong Damai (BSD). Selain itu, Laurina juga sudah mengembangkan kedai di food court Mal Margonda, Depok. Tentu, tempatnya tidak senyaman dan selapang di Serpong. Laurina punya rencana memanfaatkan atap kedai untuk tempat nongkrong berkonsep open air. “Sore hari pengunjung bisa kongko di sini,” ujar dia. Asal tak hujan, tentunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test
Terbaru