CEO - Wakil Ketua Umum Kadin bidang Hubungan Internasional, sekaligus CEO Sintesa Group, Shinta W. Kamdani, menerima penghargaan dari pemerintah Belgia dalam bentuk Commander of the Order of Leopold. Penghargaan ini diberikan kepada Shinta atas dedikasinya yang tinggi dalam meningkatkan akses perdagangan dan ekonomi antara Belgia dan Indonesia.
Selain Shinta, pemerintah Belgia juga memberikan penghargaan kepada dua orang lainnya, yaitu mantan Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani. Penghargaan diberikan langsung oleh Duta Besar Belgia untuk Indonesia, Patrick Hermann.
Shinta mengaku bangga mendapat penghargaan sekaligus kehormatan dari pemerintah Belgia. Ia berharap, kerja sama ekonomi antara kedua negara bisa lebih ditingkatkan.
“Penghargaan ini sekaligus menunjukkan bahwa pemerintah Belgia akan senantiasa mendukung dan menaruh harapan tinggi atas keberlanjutan kerja sama ekonomi kedua negara. Terlebih, Belgia juga sudah memilih Indonesia sebagai tujuan utama misi ekonomi mereka di wilayah Asean tahun 2016 lalu,” tegas Shinta dalam keterangan pers, Rabu (13/9).
Sebelumnya, pemerintah Swedia memberikan penghargaan kepada Shinta Kamdani berupa Commander of The Polar Star oleh Tuan Baginda Raja Carl XVI Gustaf pada bulan Mei 2017 dan President of the Order of the Star (Presidente Dell'ordine Della Stella D'italia) dari Presiden Italia Giorgio Napolitano pada Juni 2013.
Hubungan bilateral Indonesia dan Belgia sudah dimulai sejak tahun 1947, saat Belgia menjadi anggota Komisi Tiga Negara (KTN) bersama dengan Australia dan Amerika Serikat untuk mengatasi perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Di tahun 1949, Belgia menjadi salah satu dari negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Dalam 6 tahun terakhir, neraca perdagangan kedua negara selalu mengindikasikan surplus untuk Indonesia. Total nilai perdagangan bilateral di tahun 2016 tercatat US$ 1,61 miliar dengan surplus sebesar US$ 634 miliar bagi Indonesia.
Komoditas ekspor Indonesia ke Belgia, terdiri dari alas kaki (28,1%), pakaian (15,2%), furniture (4,5%), perekam suara (3,2%), benang sintesis (2,9%), ban (2,7%), kopi (2,7%), kayu tripleks (2,2%), daun tembakau (1,7%), kertas (1,5%), lampu (1,3%), jeroan (1,1%), dan cat sintesis (1,0%).
Sementara Indonesia mengimpor beberapa produk dari Belgia (2014), yang terdiri dari produk kimia (11,1%), susu terkonsentrasi (9,1%), kompresor angina (4,8%), kertas daur ulang (3,1%), darah/vaksin raw materials (2,9%), produk kimia nitrogen heterosiklik (2,8%), pupuk kimia (2,8%), mentega (2,8%), truk (2,6%), obat-obatan (2,3%), coklat (2,3%), tepung gandum (1,4%).
Pada bulan Oktober nanti, Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke Brussels, Belgia, untuk membuka secara resmi Festival Europalia Indonesia 2017 bersama-sama dengan Raja Philippe. Festival Europalia merupakan acara dua tahunan, yang diselenggarakan Belgia untuk mempertunjukkan seni dan budaya dari negara tamu terpilih.
Indonesia adalah negara kedelapan di luar Uni Eropa yang telah dipilih sebagai negara tamu, sejak pertama kali festival ini diselenggarakan pada tahun 1949. Selain itu, KADIN Indonesia bersama mitranya di Belgia juga akan mengadakan pertemuan bisnis untuk mempererat hubungan ekonomi diantara kedua negara.
Sebelumnya, delegasi Kerajaan Belgia pernah berkunjung ke Indonesia pada Maret 2016 lalu, dipimpin oleh Putri Astrid, adik Raja Phillipe, dengan membawa 300 delegasi dari kalangan bisnis Belgia. Bisnis utama perusahaan asal Belgia di Indonesia, berada pada sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) dan pariwisata.
Pada 2016 lalu, realisasi investasi asal Belgia ke Indonesia hanya sebesar US$ 7,44 juta atau turun 45,29% dibandingkan realisasi investasi tahun 2015 sebesar US$ 13,6 juta. Sedangkan selama periode 2010 hingga 2015, akumulasi realisasi investasi Belgia ke Indonesia sebesar US$ 132,9 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News